Seperti biasanya menikmati hujan adalah
kesukaanku. Apalagi hujan rintiknya tak terlalu membuat sakit tubuh seperti di
tusuk jarum. Tapi sekarang aku sedang ingin menjadi orang dewasa. Kenapa aku
menyebutnya seperti itu? Sebab orang dewasa itu selalu berteduh di saat hujan
turun. Padahal mereka selalu bilang “Aku suka banget sama Hujan.” Itu kata-kata
paling membuat aku heran. Bagaimana bisa seseorang menyukai suatu hal tetapi
menghindar. Namun kali ini aku menjadi orang dewasa menghindari hujan sebab sesuatu.
Hujan, ini rahasia kita antara makhluk Tuhan.
Hujan,
kali ini kau akan menjadi saksi
pertemuan aku dengan lelaki Hujan. Entah mengapa ada sesuatu yang membuatnya
seperti magnet. Bukan karena ketampanannya ia mempesona, dia tidak tampan. Itu
tidak membuat aku menghentikan langkah untuk berteduh hanya karena dia tampan.
Langkahku berhenti sebab tindakannya. Mungkin akan jarang di lakukan lelaki
lain yang tidak memiliki pemikiran berbeda. Siapa yang mau membiarkan tubuhnya
kebasahan oleh hujan demi menolong seseorang. Aku tahu persis dia sedang
mempercepat langkahnya untuk kesuatu tempat, pasti ada hal penting yang akan ia
lakukan dengan pakaian formal seperti itu. Lalu sekarang Hujan membuatnya
basah. Sekarang kami sedang berteduh. Tidak ada yang di bicarakan meskipun aku
sangat penasaran mengapa ia rela basah-basahan begini.
“Iya, aku lagi berteduh ini. Haltenya
masih lumayan jauh agak reda langsung aku tancap deh.” Samar-samar suaranya
ketika mengangkat telepon. Sudut mataku mencurinya, seperti ada rasa gelisah
diantara gerak tubuh lelaki Hujan.
“Heeh, hari ini aku harus seminar. Nggak
mungkin aku biarin bajunya basah kuyup gitu.
Tadi aku ketemu bumil pas turun angkot kasihan aja kalau kehujanan,
nggak lucu kalau ngelahirin kehujanan kan?. Tolong siapin aja deh semua
keperluan, tolong banget ya, Men. Kalau nggak karena seminar aku langsung jalan
aja tanpa berteduh.” Katanya, lelaki itu diam seperti sedang menunggu.
“Thanks ya Men.”
Ia memasukan kembali ponselnya.
Tiba-tiba lelaki itu menoleh sambil tersenyum. Hei, kenapa? jangan tersenyum kearahku. Aduh aku benar-benar ketangkap basah kali ini sedang memperhatikannya. Tanpa membalas senyumnya kutundukan saja lah pandangan. Hujan, cepatlah berhenti!
Tunggu! aku memiliki payung. Benda bewarna biru muda yang sedang aku pegang.
"Gunakan ini." Kataku sambil menyodorkan payung biruku. Tanpa perlu menunggu kata iya darinya, aku sudah melangkah pergi dari sana menerobos hujan deras yang penuh ujian kali ini.
Hujan, akhirnya aku memahami. Terkadang
kita harus mengindari apa yang begitu kita sukai sebab sesuatu hal. Bukan
karena kita tak menyukai suatu hal itu tetapi ada yang harus kita lakukan .
Lelaki Hujan mengajariku tentang itu. Meninggalkan yang kita sukai bukan sebab
kita tidak menyukainya.
Bener aku juga suka kata katanya mba. Meninggalkan yang kita sukai bukan sebab kita tidak menyukainnya. Keren keren.
BalasHapusIya aku menyukainya. :)
BalasHapusKe sana, bukan kesana hehe. Semangat Mbak :)
Mbak Santi : terimakasih ya mbak sudah mau menikmati dan komentar :)
BalasHapusMbak Hana : Heheh terimakasih mbak :)
Mbak Kartini : Iya mbak, nanti di perbaiki lagi EYD nya :D
Obat Tradisional Sakit Kepala paling Ampuh
BalasHapusPantangan Makanan Bagi Penderita Maag
Obat Tradisional Pria Perkasa dan Tahan Lama Bercinta
Solusi Ampuh Menurunkan Berat Badan paling Mujarab
Vig Power Capsule Green World
Eye Care Softgel Harga
Obat Disfungsi Seksual Pria Alami
Obat Impotensi Alami Paling Ampuh
Obat Ejakulasi Dini Paling Ampuh
Obat Kuat Pria Alami
Obat Tradisional Flu paling Ampuh
Distributor Green World Manado Sulawesi Utara
Pengobatan Penyakit Ginjal paling Mujarab
Pengobatan Alami untuk Mencegah Kebutaan
Obat Tradisional Hepatitis paling Ampuh