Sore
ini aku masih terlelap tidur dalam kehangatan. Tetapi sebenarnya aku tidak
tertidur hanya pura-pura tidur. Tidak pernah ada yang menyangka aku akan
terlahir begitu sempurna, bukan sempurna hanya saja mendekati sempurna. Termasuk
diriku sendiri, tidak pernah bermimpi akan menjadi sosok cantik dan mempesona
kata banyak orang. Kulit putih merona, rambut hitam bergelombang, selanjutnya
warna mata cokelat menjadi salah satu pujian siapa pun yang melihatnya. Namun semua
itu tidak membuat aku bangga, karena ada seseorang yang menangis setiap
menatapku. Aku tidak butuh pujian dari mata-mata itu, bila aku hanya membuat
seseorang itu selalu mengeluarkan air mata setiap memendang tubuhku. Aku benci
membuat ia menangis! Menatap pada sesuatu yang disebut TUHAN.
Kalau
saja usiaku tidak terlalu kecil aku akan protes pada Tuhan kenapa Dia
mengirimku pada seseorang itu. Kenapa aku terlahir hanya untuk membuat
seseorang menangis. Aku ingin menumpahkan amarahku pada Tuhan. Kenapa dengan usiaku yang begitu muda, bahkan nama pun belum kusandang namun undangan tangisan terus ku buat.
“Tuhan! Mengapa aku ada!.” Aku ingin
berteriak pada-Nya.
Tetapi aku tahu Tuhan telah
memberikan kehidupan padaku. Sehingga aku bisa menghirup oksigen-Nya di alam
yang dulu sama sekali tidak aku rasakan. Sebenarnya aku bukan marah pada Tuhan,
aku hanya merasa menjadi manusia sia-sia saja. Aku kecil, tubuh rentan, dan aku
tidak berdaya.
Tuhan andai saja sehari aku di
izinkan berbicara. Aku ingin menyampaikan sesuatu pada seseorang itu.
Maafkan aku yang belum sempat
mengenal mama. Memeluk mama sekedar untuk menenangkan hati mama. Aku tahu mama
merindukan pelukan bayi mungil ini yang sudah selama sembilan bulan lebih di
tunggu kehadirannya. Mama, bukan anakmu ini tidak ingin memeluk. Hanya saja
tangannya terlalu rentan untuk menenangkan kesahmu.
Mama, aku tahu pasti kesepian. Sudah
terlalu berat bebanmu menanggung derita selama ini di hina atas kehadiranku. Bayi
mungil tanpa daya yang hanya mampu menyusahkan saja. Ah mama, maafkan aku tidak
bisa menemanimu hingga cukup tua. Menghadirkan senyuman kebahagiaan dirumah
kita. Aku ingin mama. Tapi apalah dayaku jika Tuhan memiliki takdir untukku. Mungkin
aku hanya sebentar disini tetapi aku tidak akan pernah melupakan mama yang selalu
berdoa untuk kehidupan panjangku. Mama terimakasih atas semua, tetapi aku harus
pergi dengan cepat, karena para malaikat sudah menantiku di surga. Surga dan
aku akan menunggu mama. Mama tidak perlu takut jatuh saat melewati jembatan
sidaratul muntaha karena aku akan menggandeng mama esok. Aku akan membantu mama
dengan izin Tuhan. Mama maafkan aku, yang harus sakit. Mama maafkan aku yang
hanya bisa membahagiakanmu ketika detik kelahiran. Mama maafkan aku yang tidak
bisa menjadi orang besar untuk menjagamu.
Mama maafkan aku tidak bisa memberi kesempatan pada mama untuk memanggil namaku. memanggil? sedangkan untuk memikirkan namaku pun mama tidak sempat karena terlalu sibuk meminta di sepertiga malam pada Tuhan agar aku dapat menikmati hidup. Mama jangan menangis lagi, aku akan bahagia disana. Surga itu indah mama. percayalah.
Mama aku akan menitipkan mama pada
penjagaan Tuhan. Mama maafkan anakmu yang hanya bisa mencicipi bau dunia
sekejap saja.
Inilah surat untuk mama dari Bayi tanpa namamu.