Akhirnya
aku memahami bagaimana sebuah perasaan mampu mengalahkan dirimu sendiri. Aku
tidak pernah percaya, malah terkadang begitu yakin tidak akan menjadi jatuh
sedalam apa pun pada manusia. Hidupku memiliki begitu banyak prinsip bahkan
sering kali hatiku mengingatkan. Jangan angkuh! Jangan sombong! Kamu tetaplah
seorang perempuan yang memiliki kelemahan yaitu perasaan. Bila seorang
perempuan telah begitu mencintai seseorang ia akan lemah, lemah untuk sekedar
memahami apa itu “benar atau salah.”
Mungkin perasaan ini seperti aku
padamu Tuan. Aku tidak pernah mengerti seperti apa kata sayang yang sebenarnya.
Lalu kata suka yang sesungguhnya. Namun kali ini aku jauh lebih peduli
perasaanku mulai melemah pada jatuhnya. Disisimu aku merasa aman melebihi detak
amanku sendiri, bersamamu seperti sebuah candu yang aku sendiri tak mengerti,
tanpamu aku merasa sebuah hilang yang tak tahu sebab apa hilangnya. Apakah itu
petanda aku mulai dalam mencintaimu?
Dekapmu itu nyamanku, namun aku
tak mampu memahami ini sebuah salah atau sebuah benar. Sebab aku tahu ada garis
batas di antara kita. Aku hanya tahu pelukmu itu menghangatkan. Namun aku
seperti telah gagal menjagamu dalam sebuah titik di sebut masa depan. Aku kalah
dengan perasaan, segala yang aku angkuhkan selama ini. Aku buat patah sendiri,
aku hempaskan sendiri. Mungkin itulah mengapa tidak boleh aku mengangkuhkan
diri tentang apapun itu. Tuan, maafkan aku yang tidak bisa menjagamu. Aku ingin
menangis sejadi-jadinya, rasa bersalah ini membuat aku begitu tersiksa.
Kini aku sadar bagaimana rasa kalah pada dirimu sendiri, kekalahan yang kau buat sendiri. Harapan yang aku sendiri patahkan dan harapan yang aku kalahkan seorang diri.
Tuhan, bila padamu dulu ku sebut
nama Tuan dalam doa. Apakah salah perasaanku padanya telah berada dalam titik
ini. Tuhan, maafkan aku yang tidak menjaganya lagi. Maafkan bila ini jalan yang
salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar