Permen Kecil

Permen Kecil
Siap-siaplah menikmati permen kecil jangan di bawa perasaan nanti bisa jatuh di buat cinta sebab Meski hanya permen kecil akan menjadi pemanis dalam hidupmu.

Selasa, 28 April 2015

Sebuah Cerita di Kala Hujan





-Hujan kapan kau berhenti, aku ingin dia mendengarkanku-

Maukan Hujan Mengalah ?

Sore ini aku terjebak oleh hujan, sendiri dan sunyi. Tetapi ada seseorang diujung sana sedang memandang derasnya hujan. Aku mengenali dia, ternyata dia adalah KAMU.

Kamu masih saja seperti waktu itu, dimana pertama kali aku melihatmu. Kafe ini, sore hari, hujan dan kamu. Mengapa hujan begitu penting untukmu, sedari tadi kamu tidak bosannya memandang hujan yang turun entah sudah berapa ribu titik airnya bergenang. Aku memandangmu, tapi kamu sepertinnya tidak sadar ada seseorang yang sedari tadi memperhatikkan. Ah, aku tidak kecewa malahan aku merasa bersyukur kamu tidak melihatku. Jadi aku tidak perlu berpura-pura dengan ujung mata ini. 

Hujan sore ini sangat deras, padahal aku sudah berteduh tetap saja angin membawa airnya padaku. Lantas, aku berjalan perlahan kearahmu. Aku meminta izin untuk duduk dikursi yang sedang kamu duduki, tahu tidak rasanya jantung ini berdegub sangat cepat karena ini pertama kalinya kita berjarak sedekat ini. Aku tetap berharap tuhan menjaga perasaanku.

Kamu menatap kearahku tetapi sama sekali tidak merubannya, karena kamu terlalu asik dengan hujan. Aku adalah kekosongan buat kamu karena hujan sepertinya sangat menarik buat kamu. 

Aku memberanikan diri mengajakmu berkenalan, akhirnya kita sama-sama tahu nama. Meski hanya nama sebuah nama yang ntah seberapa pentingnya nama tetapi setidaknya jika aku bertemu denganmu nanti aku tidak memanggilmu dengan lelaki hujan tapi sebuh nama.

Oh iya? Kenapa hujan begitu penting dan menarik. Bahkan hujan tidak membiarkan aku untuk lama berbincang denganmu.

Menurutmu apakah dilain waktu, ketika seperti ini. Kafe, sore hari, dan waktu yang sama. 

Maukah hujan mengalah? aku ingin berbiacara kepada dia, ingin di dengarkan oleh dia. maukah hujan sedikit mengalah ?

Jumat, 03 April 2015

Tentang Menunggu



Tentang Menunggu

            Begitu banyak orang membenci menunggu, termasuk aku yang paling tidak suka untuk menunggu. Bagiku menunggu itu sangat membosankan atau bahkan sangat menyebalkan. Kita harus memiliki cadangan kesabaran yang luar biasa ketika menunggu. Kalau tidak sudahlah pasti akan membuat uring-uringan tidak jelas akhirnya jatuh pada kata tidak ikhlas. Menunggu, menurutku tidak ada satu orang pun ingin menunggu. Hidup akan lebih menyenangkan dengan yang pasti-pasti, ini kata banyak orang. Bisa jadi jawabannya iya atau tidak. Menunggu, aku masih kebingungan tentang menunggu? Bolehkah aku terhindar dari menunggu?. Setidaknya aku tidak merasa jenuh ketika menunggu. 

            Kembali tentang menunggu, begitu banyak pertanyaan tentang menunggu. Banyak orang membenci kata menunggu tetapi mereka masih melakukannya. Banyak orang lupa mereka sedang menunggu sesuatu. Sesuatu yang belum tau kapan datangnya, tapi mereka masih sibuk untuk menunggu. Tetapi tidak jarang ada orang yang tidak ingin menunggu, memasa bodohkan apa yang akan datang. Ada juga beberapa orang mengerti arti sesuatu yang akan datang lalu mereka berfikir hal yang akan datang itu akan datang nantinya. Banyak juga orang yang menyibukkan diri sembari menunggu sesuatu yang akan datang itu. Menyibukkan dirinya untuk memperbaiki diri atau mengejar segala cita-cita dalam hidupnya. Agar mereka tidak menyia-nyiakan waktu dengan menunggu agar mereka tidak merasakan jenuh. Seperti aku yang menunggumu disini, tuan.

            Aku memang membenci menunggu, aku juga tidak suka dengan menunggu. Aku ini nona yang sangat on time, aku tidak suka melihat keterlambatan kedatangan seseorang ketika berjanji, aku juga pemarah dan berwatak sangat keras kepala. Aku akan mengeluarkan amarahku dengan cara yang berbeda. Karena bagiku waktu itu berharga. Karena waktu adalah hal paling berharga di sediakan Tuhan untuk kita. Tetapi jangan takut, karena aku masih memiliki toleransi dalam memberi waktu. Beberapa waktu untuk tidak marah kepada orang-orang yang terlambat. Barang semenit atau beberapa detik. Setidaknya aku memberi waktu agar tidak marah pada seseorang. Termasuk kamu, menunggu memang hal yang membosankan. Tetapi dengan menyibukkan diri dengan segala apa yang bisa kulakukan untuk membangun hidup diriku sendiri dan keluarga tercinta. Tidak membuat jenuh, karena aku tidak terlalu berfikir tentang kedatanganmu. Bertanya kapan kamu datang? Atau sampai kapan aku menunggu? Sebab aku percaya “Kamu” adalah sesuatu yang Insya Allah pasti datang. 

            Walaupun aku tidak bertanya tentang kedatanganmu. Terkadang hati kecil menggoda sedikit tentang siapa dan seperti apa kelak yang akan datang menjadi pelabuhan tentang menunggu. Tetapi yang jelas ada satu wajah yang sedang aku tunggu. Ntah sebenarnya wajah itu atau bukan, yang aku tau “kamu” adalah hal yang aku tunggu. Kita tidak pernah bertemu satu sama lain tapi kamu selalu menjadi doa di penghujung sujud, tuan. Walau kita tidak pernah saling bicara atau bercerita satu sama lain kecuali dengan “tumpukan kata” melalui layar komputer. Bahkan sekedar tau suara satu sama lain saja kita tidak pernah berniat. Mungkin hanya satu kali sepanjang perkenalan beberapa tahun, itu pun hanya iseng yang tidak jelas. Itu membuat aku nyaman, tuan. Kamu juga tidak perlu mengkhawatirkan tentang perasaanku. Aku tidak perlu marah bila kamu tidak mengirim pesan menanyakan kabar. Atau tidak saling sapa walaupun kita sama-sama bertemu di dunia maya, sebab tidak ada ikatan apa-apa selain doa yang ku ikat, tuan. Aku juga tidak perlu repot-repot bersikap sok manis kepadamu dan aku juga tidak akan kerepotan mengabarkan keadaanku setiap waktu. Aku memang tidak suka kerepotan dengan hal-hal seperti itu. Sebab aku sedang mengejar banyak impian dan cita. Kamu juga seperti itukan?. Aku terlalu sibuk sekarang, jadi menunggumu tidak membuat aku jenuh.

Bahkan untuk sekedar mendengar ceritamu tentang banyak nyonya-nyonya yang sedang kamu kagumi, tidak membuat aku cemburu. Hanya saja terkadang aku takut nyonya itu menjatuhkan kamu. Tapi ketika kamu bersama nyonyamu, aku tidak marah. Biarlah kamu pilih dia sebagai nyonyamu, sebab aku tidak ingin menjadi pilihan di masa sekarang. Aku terlalu takut waktu yang tidak tepat menodai tentang menunggu. Biarlah waktu yang nantinya menjawab. Biarlah Tuhan yang menghadirkan bersama atau tidaknya kita kelak. 

Seperti itulah tentang menunggu menurutku, aku ingin menuliskan tentang menunggumu. Menunggumu seperti yang di katakan Masgun pada Hujan Matahari. Hujan akan membutuhkan Mataharinya ketika dia merasa lelah. Selamat menunggu sesuatu yang Insya Allah pasti akan datang.:))