Tentang Menunggu
Begitu banyak orang membenci
menunggu, termasuk aku yang paling tidak suka untuk menunggu. Bagiku menunggu
itu sangat membosankan atau bahkan sangat menyebalkan. Kita harus memiliki
cadangan kesabaran yang luar biasa ketika menunggu. Kalau tidak sudahlah pasti
akan membuat uring-uringan tidak jelas akhirnya jatuh pada kata tidak ikhlas.
Menunggu, menurutku tidak ada satu orang pun ingin menunggu. Hidup akan lebih
menyenangkan dengan yang pasti-pasti, ini kata banyak orang. Bisa jadi jawabannya
iya atau tidak. Menunggu, aku masih kebingungan tentang menunggu? Bolehkah aku
terhindar dari menunggu?. Setidaknya aku tidak merasa jenuh ketika menunggu.
Kembali tentang menunggu, begitu
banyak pertanyaan tentang menunggu. Banyak orang membenci kata menunggu tetapi
mereka masih melakukannya. Banyak orang lupa mereka sedang menunggu sesuatu.
Sesuatu yang belum tau kapan datangnya, tapi mereka masih sibuk untuk menunggu.
Tetapi tidak jarang ada orang yang tidak ingin menunggu, memasa bodohkan apa
yang akan datang. Ada juga beberapa orang mengerti arti sesuatu yang akan
datang lalu mereka berfikir hal yang akan datang itu akan datang nantinya. Banyak
juga orang yang menyibukkan diri sembari menunggu sesuatu yang akan datang itu.
Menyibukkan dirinya untuk memperbaiki diri atau mengejar segala cita-cita dalam
hidupnya. Agar mereka tidak menyia-nyiakan waktu dengan menunggu agar mereka
tidak merasakan jenuh. Seperti aku yang menunggumu disini, tuan.
Aku memang membenci menunggu, aku
juga tidak suka dengan menunggu. Aku ini nona yang sangat on time, aku tidak
suka melihat keterlambatan kedatangan seseorang ketika berjanji, aku juga
pemarah dan berwatak sangat keras kepala. Aku akan mengeluarkan amarahku dengan
cara yang berbeda. Karena bagiku waktu itu berharga. Karena waktu adalah hal
paling berharga di sediakan Tuhan untuk kita. Tetapi jangan takut, karena aku
masih memiliki toleransi dalam memberi waktu. Beberapa waktu untuk tidak marah
kepada orang-orang yang terlambat. Barang semenit atau beberapa detik.
Setidaknya aku memberi waktu agar tidak marah pada seseorang. Termasuk kamu,
menunggu memang hal yang membosankan. Tetapi dengan menyibukkan diri dengan
segala apa yang bisa kulakukan untuk membangun hidup diriku sendiri dan
keluarga tercinta. Tidak membuat jenuh, karena aku tidak terlalu berfikir
tentang kedatanganmu. Bertanya kapan kamu datang? Atau sampai kapan aku
menunggu? Sebab aku percaya “Kamu” adalah sesuatu yang Insya Allah pasti
datang.
Walaupun aku tidak bertanya tentang
kedatanganmu. Terkadang hati kecil menggoda sedikit tentang siapa dan seperti
apa kelak yang akan datang menjadi pelabuhan tentang menunggu. Tetapi yang
jelas ada satu wajah yang sedang aku tunggu. Ntah sebenarnya wajah itu atau
bukan, yang aku tau “kamu” adalah hal yang aku tunggu. Kita tidak pernah
bertemu satu sama lain tapi kamu selalu menjadi doa di penghujung sujud, tuan.
Walau kita tidak pernah saling bicara atau bercerita satu sama lain kecuali
dengan “tumpukan kata” melalui layar komputer. Bahkan sekedar tau suara satu
sama lain saja kita tidak pernah berniat. Mungkin hanya satu kali sepanjang
perkenalan beberapa tahun,
itu pun hanya iseng yang tidak jelas. Itu membuat aku nyaman, tuan. Kamu juga
tidak perlu mengkhawatirkan tentang perasaanku. Aku tidak perlu marah bila kamu
tidak mengirim pesan menanyakan kabar. Atau tidak saling sapa walaupun kita
sama-sama bertemu di dunia maya, sebab tidak ada ikatan apa-apa selain doa yang
ku ikat, tuan. Aku juga tidak perlu repot-repot bersikap sok manis kepadamu dan
aku juga tidak akan kerepotan mengabarkan keadaanku setiap waktu. Aku memang
tidak suka kerepotan dengan hal-hal seperti itu. Sebab aku sedang mengejar
banyak impian dan cita. Kamu juga seperti itukan?. Aku terlalu sibuk sekarang,
jadi menunggumu tidak membuat aku jenuh.
Bahkan
untuk sekedar mendengar ceritamu tentang banyak nyonya-nyonya yang sedang kamu
kagumi, tidak membuat aku cemburu. Hanya saja terkadang aku takut nyonya itu
menjatuhkan kamu. Tapi ketika kamu bersama nyonyamu, aku tidak marah. Biarlah
kamu pilih dia sebagai nyonyamu, sebab aku tidak ingin menjadi pilihan di masa
sekarang. Aku terlalu takut waktu yang tidak tepat menodai tentang menunggu.
Biarlah waktu yang nantinya menjawab. Biarlah Tuhan yang menghadirkan bersama
atau tidaknya kita kelak.
Seperti
itulah tentang menunggu menurutku, aku ingin menuliskan tentang menunggumu.
Menunggumu seperti yang di katakan Masgun pada Hujan Matahari. Hujan akan
membutuhkan Mataharinya ketika dia merasa lelah. Selamat menunggu sesuatu yang
Insya Allah pasti akan datang.:))