-Hujan kapan kau berhenti, aku ingin dia mendengarkanku-
Maukan
Hujan Mengalah ?
Sore
ini aku terjebak oleh hujan, sendiri dan sunyi. Tetapi ada seseorang diujung
sana sedang memandang derasnya hujan. Aku mengenali dia, ternyata dia adalah KAMU.
Kamu
masih saja seperti waktu itu, dimana pertama kali aku melihatmu. Kafe ini, sore
hari, hujan dan kamu. Mengapa hujan begitu penting untukmu, sedari tadi kamu
tidak bosannya memandang hujan yang turun entah sudah berapa ribu titik airnya
bergenang. Aku memandangmu, tapi kamu sepertinnya tidak sadar ada seseorang
yang sedari tadi memperhatikkan. Ah, aku tidak kecewa malahan aku merasa
bersyukur kamu tidak melihatku. Jadi aku tidak perlu berpura-pura dengan ujung
mata ini.
Hujan
sore ini sangat deras, padahal aku sudah berteduh tetap saja angin membawa
airnya padaku. Lantas, aku berjalan perlahan kearahmu. Aku meminta izin untuk
duduk dikursi yang sedang kamu duduki, tahu tidak rasanya jantung ini berdegub
sangat cepat karena ini pertama kalinya kita berjarak sedekat ini. Aku tetap
berharap tuhan menjaga perasaanku.
Kamu
menatap kearahku tetapi sama sekali tidak merubannya, karena kamu terlalu asik
dengan hujan. Aku adalah kekosongan buat kamu karena hujan sepertinya sangat
menarik buat kamu.
Aku
memberanikan diri mengajakmu berkenalan, akhirnya kita sama-sama tahu nama.
Meski hanya nama sebuah nama yang ntah seberapa pentingnya nama tetapi setidaknya jika aku bertemu denganmu nanti aku tidak
memanggilmu dengan lelaki hujan tapi sebuh nama.
Oh
iya? Kenapa hujan begitu penting dan menarik. Bahkan hujan tidak membiarkan aku
untuk lama berbincang denganmu.
Menurutmu
apakah dilain waktu, ketika seperti ini. Kafe, sore hari, dan waktu yang sama.
Maukah
hujan mengalah? aku ingin berbiacara kepada dia, ingin di dengarkan oleh dia. maukah hujan sedikit mengalah ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar