Mengagumi
seseorang terkadang perasaan yang abstrak untuk dipahami. Kita selalu merasa
kebingungan ketika berhadapan dengannya. Sama seperti perasaan yang persis aku
rasakan padamu. Sesuatu yang pernah begitu dalam namun biasa tidak pernah
membuat debaran pada jantung. Tetapi tetap saja pesonamu selalu membuat aku
kagum, ntah apa yang membuatmu menarik. Dalam mataku begitu menyukai setiap
kalimat-kalimat kamu susun begitu sempurna. Kalimat itu begitu tergambar jelas,
kamu begitu cerdas dan menawan. Mengagumimu dari jauh sebatas itu yang pernah
ku rasakan selama ini. Tidak pernah ku biarkan hati berjalan melebihi
koridornya, tidak pernah ku biarkan rasa penasaran menembus benteng pertahanan yang
sedang ku bangun. Meskipun aku kebingungan, rasa apa yang sedang aku rasakan
padamu, Tuan. Tetapi aku masih sanggup menekan perasaan kebingungan itu sedalam
mungkin. Aku takut menemukan kenyataan yang menyakitkan membuat aku harus sadar
pada sesuatu. Bahawa nyatanya kau tidak seperti dugaanku. Mungkin manusia
memang tidak terlepas pada kekurangan, tetapi aku ingin tatapan sempurna pada
bayanganmu tidak bernilai minus sama sekali.
Berjalannya
dengan waktu. Aku mengerti perasaan apa yang sebenarnya ku rasakan pada namamu.
Bila memang aku telah gagal dalam episode yang aku bangun untuk tidak luluh dan
jatuh. Tetapi rasa yang lama ku tekan akhirnya ia membuyar bagai aksara yang
selalu ku tuang. Sudahlah, aku tidak peduli seperti apa aku sekarang. Aku hanya
ingin mencari sebuah kebahagiaan. Namun mengaggumimu dalam diam layaknya sesuatu
yang begitu menyenangkan. Lantas, apakah semua itu harus ku bagi sekarang? aku masih tidak ingin membaginya, tetapi sekali lagi memendam bukan hal yang baik. Tapi diam adalah cara paling baik dalam sebuah perasaan. Sebab dengan diamnya pun hujan bisa menyampaikan perhatiannya pada bumi.
Biarkan aku yang memeliharanya.
Sebab bila aku telah jatuh cinta. Aku takut kau kewalahan dengan segala sikap
dan sifat yang menjengkelkan. Tuan, bila kau tak siap jangan buat aku jatuh
cinta. Sebab setiap perempuan tidak pernah berharap banyak untuk sebuah
perasaan. Masing-masing dari mereka bisa menahan atau memblock apa yang
seharusnya tidak di rasakan. Namun terkadang lelaki lah yang meminta tempat. Meminta
untuk diberi kesempatan, lalu setelahnya mereka sia-sia kan. Kalau saja aku tidak ingat bahwa perempuan itu harus lembut. Ingin rasanya ku maki lelaki yang berani meninggalkan perempuan setelah mereka sudah mulai mencintai atau sekedar menumpu harap pada lelaki. Mungkin itulah
bayangan pada diriku sendiri. Aku bisa menjaga perasaan agar tidak tumbuh dan
menunas. Aku bisa menetralkan selama itu ku lakukan sendiri. Jadi, Tuan bila
pada dasarnya kamu tidak pernah berniat bersamaku. Jangan pernah mencoba
bersamaku. Bila hatimu kau simpan nyonya dengan nama perempuan lain jangan
pernah usik tentang ku. Sudah ku katakan aku bisa seorang diri dan hanya membutuhkan diriku sendiri, asalkan kau tidak pernah hadir. Kesempatan tidak selamanya harus di ambil terkadang
kita cukup tinggalkan. Sebab ada kesempatan bernama ujian atau kajaiban. Andai
saja hadirmu hanya untuk mencoba jangan pernah datang. Sesungguhnya aku tidak
akan pernah sudi menghadirkan kedatanganmu. Aku tidak pernah ingin menimbun
harap pada kadar lebih. Tetapi segalanya akan berbeda bila aku sudah memiliki
rasa untuk memilikimu. Seperti kala ini.
ketika ......
Tuan, Bila kamu mengerti maksudku
kali ini. Aku akan mengatakan sesuatu kalimat yang paling berarti. Terimakasih
tidak membuat aku jatuh cinta, Tuan.