Permen Kecil

Permen Kecil
Siap-siaplah menikmati permen kecil jangan di bawa perasaan nanti bisa jatuh di buat cinta sebab Meski hanya permen kecil akan menjadi pemanis dalam hidupmu.

Senin, 26 Oktober 2015

Terimakasih Tidak Membuat Aku Jatuh Cinta

                
                Mengagumi seseorang terkadang perasaan yang abstrak untuk dipahami. Kita selalu merasa kebingungan ketika berhadapan dengannya. Sama seperti perasaan yang persis aku rasakan padamu. Sesuatu yang pernah begitu dalam namun biasa tidak pernah membuat debaran pada jantung. Tetapi tetap saja pesonamu selalu membuat aku kagum, ntah apa yang membuatmu menarik. Dalam mataku begitu menyukai setiap kalimat-kalimat kamu susun begitu sempurna. Kalimat itu begitu tergambar jelas, kamu begitu cerdas dan menawan. Mengagumimu dari jauh sebatas itu yang pernah ku rasakan selama ini. Tidak pernah ku biarkan hati berjalan melebihi koridornya, tidak pernah ku biarkan rasa penasaran menembus benteng pertahanan yang sedang ku bangun. Meskipun aku kebingungan, rasa apa yang sedang aku rasakan padamu, Tuan. Tetapi aku masih sanggup menekan perasaan kebingungan itu sedalam mungkin. Aku takut menemukan kenyataan yang menyakitkan membuat aku harus sadar pada sesuatu. Bahawa nyatanya kau tidak seperti dugaanku. Mungkin manusia memang tidak terlepas pada kekurangan, tetapi aku ingin tatapan sempurna pada bayanganmu tidak bernilai minus sama sekali.

                Berjalannya dengan waktu. Aku mengerti perasaan apa yang sebenarnya ku rasakan pada namamu. Bila memang aku telah gagal dalam episode yang aku bangun untuk tidak luluh dan jatuh. Tetapi rasa yang lama ku tekan akhirnya ia membuyar bagai aksara yang selalu ku tuang. Sudahlah, aku tidak peduli seperti apa aku sekarang. Aku hanya ingin mencari sebuah kebahagiaan. Namun mengaggumimu dalam diam layaknya sesuatu yang begitu menyenangkan. Lantas, apakah semua itu harus ku bagi sekarang?  aku masih tidak ingin membaginya, tetapi sekali lagi memendam bukan hal yang baik. Tapi diam adalah cara paling baik dalam sebuah perasaan. Sebab dengan diamnya pun hujan bisa menyampaikan perhatiannya pada bumi.

Biarkan aku yang memeliharanya. Sebab bila aku telah jatuh cinta. Aku takut kau kewalahan dengan segala sikap dan sifat yang menjengkelkan. Tuan, bila kau tak siap jangan buat aku jatuh cinta. Sebab setiap perempuan tidak pernah berharap banyak untuk sebuah perasaan. Masing-masing dari mereka bisa menahan atau memblock apa yang seharusnya tidak di rasakan. Namun terkadang lelaki lah yang meminta tempat. Meminta untuk diberi kesempatan, lalu setelahnya mereka sia-sia kan. Kalau saja aku tidak ingat bahwa perempuan itu harus lembut. Ingin rasanya ku maki lelaki yang berani meninggalkan perempuan setelah mereka sudah mulai mencintai atau sekedar menumpu harap pada lelaki. Mungkin itulah bayangan pada diriku sendiri. Aku bisa menjaga perasaan agar tidak tumbuh dan menunas. Aku bisa menetralkan selama itu ku lakukan sendiri. Jadi, Tuan bila pada dasarnya kamu tidak pernah berniat bersamaku. Jangan pernah mencoba bersamaku. Bila hatimu kau simpan nyonya dengan nama perempuan lain jangan pernah usik tentang ku. Sudah ku katakan aku bisa seorang diri dan hanya membutuhkan diriku sendiri, asalkan kau tidak pernah hadir. Kesempatan tidak selamanya harus di ambil terkadang kita cukup tinggalkan. Sebab ada kesempatan bernama ujian atau kajaiban. Andai saja hadirmu hanya untuk mencoba jangan pernah datang. Sesungguhnya aku tidak akan pernah sudi menghadirkan kedatanganmu. Aku tidak pernah ingin menimbun harap pada kadar lebih. Tetapi segalanya akan berbeda bila aku sudah memiliki rasa untuk memilikimu. Seperti kala ini.

ketika ......


Tuan, Bila kamu mengerti maksudku kali ini. Aku akan mengatakan sesuatu kalimat yang paling berarti. Terimakasih tidak membuat aku jatuh cinta, Tuan. 

#DiaryCinta : Nona Cinta Sendirimu

Bagaimana malammu kali ini Tuan. Sudah lama sekali aku tidak menyapamu melalui rangkaian aksara yang ku buat indah. Tepatnya, ku buat indah untuk aku nikmati sendiri. Masih kah kau dalam ruang menunggu? Menunggu sesuatu yang belum pasti datang. Aku tidak berkata sinis hanya saja masih terheran ada seseorang yang rela menunggu sepertimu. Tanpa kepastian dan tanpa kejelasan. Kau itu aneh! Sebaiknya pergilah, tidak ada siapa pun yang menginginkan untuk di tunggu. Jangan memaksakan yang tidak mungkin. Jangan lagi menjadi seorang penunggu setelah itu kamu uring-uringan bila yang kau tunggu tidak sesuai harapan. Hei, Tuan. Dia memiliki kehidupannya, kau tidak bisa mengurusi hidupnya untuk menerima kata tunggu darimu. Kenapa kau begitu keras kepala? Apa yang membuatmu begitu cinta padanya.

 Dia itu sederhana malahan sangat biasa, pasti ada seorang gadis yang lebih pantas untuk kau tunggu. Percaya padaku, jangan kau akan sesat. Lebih baik percaya saja hatimu aku tidak mau ambil pusing dengan urusanmu.

Lupakan saja lah nyonya itu. Hidupmu masih panjang ada yang harus kamu kejar kenapa kamu begitu keras kepala. Ada yang salah darimu Tuan. Boleh aku menasehatimu, jangan menjadi penunggu lagi!.

Tuan, tidak bosankah kamu menunggu? Tidak ada kah hal yang bisa kamu lakukan selain menunggu? Mungkinkah ada yang lain namun kamu begitu tidak peduli?. Ada begitu pertanyaan untukmu Tuan. Jangan buat aku semakin tidak mengerti jalan pikiranmu. Tuan sekali lagi aku bertanya, Tidak bosan kamu menunggu? . Taun, Itulah pertanyaan yang harusnya ku tanyakan pada diriku sendiri. Sebab, aku pun terlalu lama menunggu. Menunggu seseorang yang hatinya bukan untukku. Seseorang yang tidak pernah melihat aku, mendengar aku. Seseorang yang sedang sibuk melatih hatinya untuk bersabar dalam penantian panjang. Kamu tau seseorang itu siapa? Siapa lagi kalau bukan kamu Tuan. Aku sedang atau terlalu lama menunggumu. Nona ini menunggumu, sedang kau Tuan sedang menunggu nyonya lain. Tidak pernah merasa bosan sekali pun tidak pernah di pandang atau di lirik. Aku tidak pernah mendengar sapaanmu sekalipun, jangankan sapaan senyummu.

Meskipun, berkali-kali aku berjanji agar tidak menunggumu. Namun akhirnya aku mengingkari janji itu seorang diri. Menunggumu adalah hal menyakitkan namun menyenangkan untukku. Sebab dalam ruang tunggu, aku bisa menikmati indahnya perasaan ini. Hal yang kecil mampu membuat aku begitu bahagia. Berkali-kali aku selalu menjatuhkan air mata hingga tandas di tengah malam ketika akun sosial mediamu menceritakan betapa kamu mencintai nyonya itu. Aku tidak ingin tahu, namun aku mencari tahu. Mengoreskan luka yang sengaja aku buat sendiri. Kata-kata indahmu, mengapa kamu berikan untuk nyonya itu? Andai saja itu semua untukku. Bagaimana bisa aku jatuh pada hati yang sudah dimiliki perempuan lain. Cinta sendiri, kisah ini ku sebut demikian. Karena hanya aku yang bermain disini. Menikmatinya sendiri hingga aku tahu rasa ini akan semakin dalam atau akhirnya ku relakan untuk pudar. Tuan, sekali lagi berhentilah menunggu. Sebab ada yang menunggumu. Menunggu untuk membuat harimu indah dan tidak menangis sebab rindu berkepayahan tanpa balas. Ini aku, nona Cinta sendirimu yang tersia-sia.




#Inspirasi Sahabat yang ntah namanya pun tidak mau di ucap. 


Sabtu, 24 Oktober 2015

#DiaryCinta Episode : Semoga Bukan Kamu Lagi Orangnya

"Kamu Lagi?" Lirihku pada malam.


Kenangan itu hanya untuk sesekali di ingat, bukan untuk di rindukan. Itulah yang tersisa di antara hati yang pernah dengan sengaja mencintaimu, Tuan. Aku pernah begitu mencintaimu, menyelipkan angan-angan yang ntah darimana asalnya datang. Sampai aku pernah merasa sedih ketika kamu bahagia. Bukan sebab apa pun hanya saja itu karena bukan aku yang membuatmu bahagia. Tuan, aku juga pernah merasakan betapa senyummu itu adalah sebuah amunisi untukku. Lempari saja aku dengan senyum itu, tidak akan pernah ada kata bosan. Asal jangan kamu lempar aku lalu tersenyum. Bagaimana mungkin aku bisa terima? Namun kamu melakukannya dengan sempurna.

Namun, perasaan itu ku rasakan salah jatuh. Sebab semuanya hanya sia-sia bila aku ingat. Dengan sengaja kamu membiarkan dia tergeletak tanpa pernah disentuh. Tidak memberi kesempatan pada hatimu untuk merasakan seperti apa rasa itu tertancap padamu. Ntah apa yang membuatmu begitu tidak mau, apa yang membuatmu begitu keras menahan. Bukan menahan, tepatnya tersia-sia rasanya. Seharusnya tidak pernah kau sentuh rasa bila hanya ingin bermain menggoda. Kamu yang membuat segala cita dan usahaku lenyap. Padahal sudah ku beri kesempatan yang tidak pernah ku berikan sekali pun  pada makhluk bernama lelaki. Seharusnya aku lebih percaya menjaga hati untuk tetap diam. Sebab aku jatuh pada namamu yang tidak seharusnya aku jatuh. Aku ingin tertawa, meringis sendiri mengingatmu. Ternyata tulus bukan lah yang kamu cari. Bukan! Bagaimana aku bisa menyerah pada lelaki serupamu. Aku tidak menyesal hanya saja aku terasa telah di tipu. Oleh semesta yang membiarkan aku mencintaimu dan membuat aku dengan percaya diri. kali ini aku telah membungkus harapan dengan plastik yang baik. Tuan, memang bila cantik adalah tolak ukurmu. Aku tidak akan pernah masuk dalam kategori ceritamu. Namun selain itu, waktu akan ku usahakan untuk menyisakan dentingan bahagia. Kamu memahami seperti apa lukanya, namun tak acuhmu membuat rasa itu seperti terhapus.

Sebelum aku tidak mencintaimu lagi, aku pernah begitu mengagumimu apa adanya. Itu yang masih menjadikan sebuah bangga. Sebatas rasa yang kusisipkan beberpa waktu lalu. Namun setelah ini, aku hanya berharap bukan kamu lagi seseorang yang akan ku rindukan setiap malam mengisi. Menanti sebuah sapa lembut yang begitu aku nanti sambil terlelap tidur. Aku mendoakan juga bukan kamu lagi yang akan aku sapa pada kalimat “Selamat tidur kamu.” Aku tidak ingin kamu lagi. Sebab luka yang kamu selip bukan hanya menggores namun sudah menancap hingga berkarat. Bila itu pun aku bersihkan nyatanya tidak akan sempurna bersihnya. Kamu membuat aku mengerti bahwa harapan yang kita buat patah sendiri. Seperti apa rasanya.


Ku sisipkan pada doa malamku setiap tengadah tangan semoga itu bukanlah kamu lagi. Sebagai seseorang yang akan ku temani langkah kecilnya. Menjaga aku dalam setiap doanya. Semoga bukan kamu lagi orangnya.  

Senin, 12 Oktober 2015

Cerita Pada Sepi

                Malam ini aku ingin sendiri, menikmati langit yang mendung. Saat seperti ini aku selalu bahagia di temani Sepi. Banyak orang membenci Sepi tetapi tidak untuk aku, seorang gadis yang selalu membagi cerita bersama Sepi. Walaupun iya tidak mau bicara, tidak mau menanggapi, hanya diam terkadang membuat aku ingin berteriak agar dia bicara. Namun Sepi selalu saja berdiam diri tidak peduli, aku menantikan cakap bersamanya. Aku termenung bersama Sepi yang lagi-lagi membisu.

“Sepi, kau adalah teman terbaik.” Kataku memandangnya sambil tersenyum. Namun ia tidak menanggapi.

“Bagaimana, kau bisa begitu tenang dengan kesepian. Sedang aku masih begitu menggerutu setiap hal-hal yang tidak aku suka silih berganti.”

Sepiku masih membisu, tidak bicara satu kata pun.

“Sepi, mungkinkan aku melakukan kesalahan? Aku tidak tenang, aku merasa sebuah benalu telah mengambil alih seluruhnya.”

Ia tidak juga berbicara.

“Sepi, salah aku mencintainya? Salah aku jatuh kan hati pada dia? Aku tidak mengenalnya bahkan untuk mengetahui siapa dia aku masih tertatih. Aku merasa bodoh, aku tidak tahu apa-apa. tetapi kenapa aku nekat berada di sampingnya. Sedang ketakutan-ketakutan aku buat sendiri.” Kali ini sebuah genangan air hangat mengalir di pipi. Sepi, lagi-lagi ia menjadi saksi betapa lemah aku.

“Sepi bicaralah! Aku tidak peduli kau akan memarahi atau mencaci tapi tolong katakan sesuatu. Aku membutuhkan kalimatmu! Aku membutuhkanmu!.” Kali ini aku tidak bisa membendung amarahku pada sepi, bukan pada sepi tetapi pada diriku sendiri.
Sepi menemaniku dalam isak tangis, air mata yang mulai tandas. Air mata yang tersimpan lama, ku usahakan tidak tumpah saat apa pun. Kini ia kembali jatuh tidak berdaya lagi-lagi di depan Sepi. Sepi betapa teganya dia membiarkan aku seperti ini. Aku membencinya!

“Menangislah.” Kalimat pertama dari Sepi. “Menangislah kalau kau ingin menangis. Kau tetap seorang perempuan yang memakai perasaan. Jangan sok tegar, kau bukan robot yang di modif menahan gempuran. Bukan?.” Lanjutnya.

“Tidak ada yang salah untuk mencintai, siapa pun dia. Tidak pernah salah ketika hatimu memilih. Tetapi kau harus menjatuhkan hati pada cinta yang aman agar hatimu yang sudah lama kau bentengi tidak hancur. Kau harus menjatuhkan hati pada cinta yang aman.” Katanya lagi, kali ini ia mulai menepuk pundakku.

“Apakah dia bukan cinta yang aman untukku?.” Tanyaku. Sepi menghentikan tepukannya, ia menerawang ke langit malam. Tatapannya penuh arti membuat aku semakin tidak memahami Sepi.

“Apakah kau yakin dia mencintaimu? Apakah kau yakin di hatinya tidak ada nyonya yang lain? apakah kau yakin, bahwa hujanmu sudah tepat jatuh dihatinya?. Bila kau belum yakin dan percaya cobalah tanyakan pada hatimu. Amankah dia untuk kau cintai?.”

Kali ini aku terdiam mendengar ucapan Sepi. Bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu aku masih begitu ragu.

“Aku gadis biasa, Sepi. Aku takut tidak cukup sekedar hati untuk membahagiakan dan membuatnya nyaman. Aku takut suatu saat ia pergi pada sosok lain yang pernah menempati tempat dihatinya dalam waktu lama. Sebab aku masih tidak mengerti cara membuatnya bahagia seperti ia bahagia bersama nyonyanya dulu. Aku takut tidak cukup membuatnya bahagia.”

“Kau cukup tahu Sepi, betapa aku selalu berdoa untuk kehadirannya. Meskipun aku selalu menekan perasaan setiap hari agar tidak tumbuh harapan yang menyakitkan. Kali ini aku bersamanya, ingin terus bersamanya sampai waktu yang tepat.”

“Ha Ha Ha.” Sepiku tertawa sinis.

“kenapa kau tertawa?.”

“Bila kau ingin bersamanya, lakukan. Kau memang biasa jauh dari kata sempurna. Tetapi buatlah hatimu yang tidak biasa. Lalu, Bila ia pergi kau cukup tahu bahwa Tuhan memberikan kesempatan padanya untuk bersama dirimu. Kau harus percaya tidak selamanya waktu lama itu hebat. doa-doalah yang memanggil ia datang. Jangan pikirkan hal yang tidak-tidak. Sekarang tendang nyonya itu keluar, kali ini kau tidak boleh mengalah pada pesimis.”

“Aku lelah bersamamu, aku ingin melihatmu bersama seseorang berbagi cerita. Melihatmu bahagia tanpa ada lagi keresahan.” Kata Sepi.

“Bebahagialah, kau tidak boleh bersama Sepi lagi.”


Sepi beranjak pergi, benar kata Sepiku. Aku tidak akan melepaskan dia, apapun yang terjadi. Aku ingin memeluk Tuan, bersamanya. Meskipun aku harus menjadi egois.  Semoga Tuan benar-benar 
telah menempatkan aku pada hatimu.

Selasa, 06 Oktober 2015

Sedang percaya, Aku Sedang Percaya



Ketika kau percaya sedang jatuh cinta. pastikan cinta itu jatuh pada seseorang yang aman.

Aku sedang percaya ini cinta, sebab bersamanya di bawah terik matahari pun justru aku merasa teduh.

Aku sedang percaya ini cinta, karena bersamanya dalam derasnya air hujan pun aku malah merasa kehangatan.

Aku sedang percaya ini cinta, karena bersamanya dalam jarak jauh dan rentan waktu yang lama aku tetap merasakan tenang.

Betapa pun aku sangkal, aku sedang percaya ini cinta. sebuah cinta yang selalu tumbuh baru. Aku mencintaimu bukan lagi rahasia untukmu. Ini bukan sekedar perasaan yang aku miliki sendiri.

Ini juga bukan sekedar tentang aku berjuang mendapatkanmu. Sebab perjuangan tentangmu bukan mencuri perhatianmu, tetapi aku mencuri perhatian Tuhanku. Sebab takdir ini indah, menanti sesuatu yang tak perlu kita kejar. Hanya tentang batas kening dan sajadah. Ini bukan sekedar tentang bersamamu, tetapi aku ingin menjaga anugerah Tuhan untukku.

Akhirnya aku sedang percaya tidak pernah ada yang tidak mungkin ketika Tuhan berkehendak. Memperjuangkanmu, ini hal sulit tetapi bukan berarti sesuatu yang mustahil.

aku sedang percaya bahwa sekarang aku tidak dalam ilusi aksaraku. Melainkan sesuatu yang bisa aku ceritakan dengan nyata. 
 
Bukan hanya sekedar tentang menunggu, tetapi bagaimana aku memenangkan diriku sendiri yang rentang untuk rasa yang ada.

Aku berdoa, berulang kali menyebut namamu. Terkadang ku selipkan dalam doa malamku. 

Suatu saat aku adalah bagian dari takdirmu, meski pun aku tidak terlalu percaya tentang semua. Tetapi itulah usaha yang dapat aku lakukan. sekarang aku sedang percaya tentang takdir itu.

Aku sedang percaya, tidak akan ada nyonya lain yang akan hadir dalam selip cakap kita lagi. Nyonya yang akan mengambil ruas jarimu. Jangan hadirkan siapa pun. sebab aku sendiri yang akan melengkapinya. 


Aku akan matikan segala takut yang sengaja aku buat sendiri, agar tidak ada sia-sia warna jingga yang sedang aku percaya. Aku akan egois kali ini, tidak untuk mengalah meski aku harus kalah. sebab aku sedang ingin percaya untuk menjatuhkan diri tepat dihatimu.

Memilikimu bukan hanya sebuah rasa bangga, tetapi sebuah keberuntungan sebab Tuhan memilih aku menemani hari-harimu. 

Aku merindukanmu, bukan sekedar membahas perihal temu namun sesuatu yang sulit di ungkapkan.

Kau tahu? Aku begitu antusias menunggu waktu dimana akan ada hal-hal ajaib dan hebat yang akan kita lewati bersama.

Bagiku, kita adalah cinta yang hangat.

Doa-doa yang hebat. Ku harap kita tidak akan kedinginan lagi seperti itu, suatu saat nanti.


Kamu. Bukan hanya seseorang yang aku kagumi tanpa bohong. Tetapi kamu adalah seorang lelaki yang dipilih Tuhan untuk aku cintai dengan adanya.

Rahasia



Akan ku bagi satu rahasia padamu yang tidak pernah sekalipun ku bagi. Mungkin sudah tidak bisa terhitung lagi sudah berapa banyak aku menyebut namamu dalam doa-doa malam. Semoga saja Tuhan tidak bosan mendengarnya segala ceritaku. Sebab hanya pada-Nya ingin ku bagi, sebab hanya Dia yang mampu membuat aku aman berbagi. Aku selalu merangkainya dalam satu malam yang rahasia.

Boleh saja ku bagi rahasia ini. Rahasia aku dan Tuhanku selama ini yang tidak satu pun ku bagi. Rahasia tentang satu laki-laki yang yang kumau. Dalam tujuan perjalanan panjangku. Bercerminlah lalu kau boleh tersenyum. Ia laki-laki itu adalah kamu. Memilikimu? Bukan sebatas kalimat itu. Tetapi lebih dari itu, aku ingin mendampingimu. Bila waktu dan jarak tidak memberi kesempatan untuk aku bersamamu kali ini, aku hanya meminta mereka mengizinkan aku menemanimu nanti. Nanti di waktu aku yang akan memilih makanan untuk kamu nikmati, memilihkan dasi dan pakaian yang akan kamu kenakan, aku yang akan merapikan rambutmu dan hanya aku yang akan menyambut pagimu tanpa malu-malu.

Kamu tahu? Aku adalah perempuan yang menyukai kamu.

Aku suka suaramu.
Aku suka senyummu.
Aku suka tawamu.
Aku suka candamu.
Aku suka matamu.
Aku suka apapun tentangmu.
Aku mau senyummu selalu hadir dalam detik-detik hariku.
Aku mau tawamu selalu hadir dalam senyumku.
Aku mau candamu selalu hadir dalam lelahku.
Aku mau suaramu selalu hadir dalam telingaku.
Aku mau matamu selalu hadir dalam tatapku.
Aku mau semuamu selalu hadir dalam diriku. 

Ah, iya aku memang egois dan kau boleh mengatakannya. Aku tidak akan marah. Memang nyatanya aku ingin menjadi satu-satunya perempuan yang mencintaimu dengan terbaik. Aku tidak ingin ada perempuan lain yang menjadi sandaranmu dalam gelisah. Kecuali seorang perempuan yang akan mencintaimu lebih dari cintaku. Atau yang akan memelukmu lebih dari hangatnya pelukanku. Itu adalah ibumu. Hanya dia yang bisa mengalahkan cintaku.

Dalam air mataku mungkin tak sama persis yang dimiliki ibumu. Tapi yang harus kamu pahami bahwa doa-doaku sama dengan doa ibumu. Hanya satu untuk kebahagiaanmu.
Jangan bersedih. Apalagi menangis. Sebab aku benci melihat kau seperti itu. Jangan katakan siapa yang menyakitimu sebab ia akan hilang keesokan harinya. 

Kau tidak pantas untuk semua itu. Kau sepantasnya untuk bahagia. 

Ingat kau tidak sendiri, sebab ada aku yang akan mendampingimu. Berjalan kemana langkahmu terarah, berlari mengejar mimpimu, mendaki sulitmu. Apa pun itu aku siap berada di garis sampingmu.

Satu pintaku, suatu saat di hari itu. 

Lenyapkan ragumu atas diriku. Pertanyaan tentang cinta, ketulusan, kasih sayang atas dirimu. Jangan sampai kau memikirkan apa pun yang jelasnya dalam pikiranku pun tidak pernah terpikirkan.

Mulai sekarang. Untuk menuju masa itu.

Marilah kita memanjatkan doa-doa terselip dalam batas kening dan sajadah.
Marilah kita bersama untuk memanjatkan segala pujian pada Tuhan.
Marilah kita bersama-sama bahagia meski terkadang luka tetapi di atas restu-Nya.
Aku tidak akan berjanji apa pun kepadamu, Tuan. Berjanji seumur hidup menemanimu sebab aku takut Tuhan mengambilku kelak. Namun segala yang terbaik untukmu, akan selalu aku usahakan untuk kita. Meski aku perempuan yang memiliki keterbatasan.
Sekali lagi. Aku akan menegaskan bahwa hanya denganmu aku ingin. Memantaskan diri dalam diam, agar menjadi satu-satu perempuan yang kau cintai. Hanya bersamamulah aku ingin direstukan dan diteguhkan Tuhan.

itulah rahasia yang akan kubagi denganmu.