Perjalanan itu sebuah keberanian
kepada siapa pun yang memiliki kebesaran hati untuk lebih baik. Kali ini
mungkin berada di telapak tangan takdirku. Memang sulit ketika melepaskan
sesuatu yang sama sekali belum pernah dimiliki. Membiarkannya hilang bersama
harapan-harapan yang baru, seperti aku dan kamu. Bila di ingat bersama kita
pernah berjalan bersama sebagai seorang yang bisa di andalkan satu dan yang
lain. Aku pintar bermusik tetapi buta dalam olah vokal, sedang kamu pandai
bernyanyi dengan suara yang sangat merdu. Kita terbiasa berbagi dalam hal apa
pun, hubungan kita sebatas saling mengimbangi. Aku senang ketika berada tepat
di dekatmu sebab akan ada banyak hal yang tadinya tidak mungkin dilakukan
menjadi hal yang sangat mudah untuk dilakukan. Kamu pintar berhitung dengan
kepala hebat, tetapi soal mengarang tentu aku jagonya. Kamu ingat? Ketika kita
sama-sama mencari tahu tentang apa sebenarnya kata persahabatan? Yang aku tahu
itu adalah kamu. Dulu perjalanan kita seperti sepasang kaos kaki yang harus sewarna
dan jangan sampai norak. Tidak mungkin kan? Kaki kanan dengan warna merah lalu
kaki kiri dengan warna kuning? Tidak mecing nantinya. Itulah kita, selalu
berjalan serasi sebab tujuan kita sama-sama untuk mencari keberhasilan. Tapi
itu semua dulu.
Semakin
hari kita bertumbuh dewasa, masing-masing memahami diri sendiri. Apa yang
sebenarnya tujuan dan memaknai hidup. Jalan kita mulai berubah, tidak searah
dan tidak sama-sama melengkapi lagi. Aku mulai keilangan sosok kamu yang selalu
menjadi hal menyenangkan setiap ada kedekatan. Kenapa kita bisa saling
menghilang? Bukannya persahabatan hal yang abadi? Mungkin kamu sibuk dengan
dunia logaritmamu sedang aku sibuk dengan dunia bukuku. Itulah kita sekarang,
memiliki jalan cerita yang berbeda. Perlahan namun pasti kita sama-sama
melupakan, bila bertemu hanya sekedarnya saja. Saling sapa untuk berbasa-basi,
tidak ada lagi kaos kaki serasi. Kita lebih mirip, sepatu dengan merek berbeda
saling meninggikan kualitas untuk dipandang. Itulah yang aku fikirkan tentang
kita ketika usia sudah beranjak dewasa, hingga suatu sore kala itu ada yang
berbeda. Kamu kembali datang, bersama seseorang yang aku kenal. Dia adalah
Ayahmu bukan? Mana mungkin aku lupa sosok yang berulang kali aku jumpai ketika
dulu kita bermain bersama. Pada akhirnya aku mulai menyadari kita memilih jalan
yang berbeda namun dengan tujuan yang sama. Untuk bersama.
Hari
kamu datang bersama seseorang itu, dimana sebuah percakapan serius yang membuat
aku mengerti dengan namanya takdir. Tidak perlu rasanya kita selalu berjalan
bersama, bila telah di tetapkan semua akan berjalan sesuai takdir. Seperti
itulah, aku dan kamu. Berawal dari sebuah rasa kehilangan tanpa janji-janji
namun bertepat pada kata pasti. Aku menamainya cinta kehilangan, biarkan ia sejenak
menghilang untuk meninggikan kualitas masing-masing memantaskan diri. Sebab
pada akhirnya yang tertulis akan tetap tinggal meski dia jauh pergi walau
sampai mengelilingi dunia sekali pun. Tuhan, memiliki banyak cara mempertemukan
yang tertulis. Seperti aku dan kamu, si kaos kaki serasi.