Permen Kecil

Permen Kecil
Siap-siaplah menikmati permen kecil jangan di bawa perasaan nanti bisa jatuh di buat cinta sebab Meski hanya permen kecil akan menjadi pemanis dalam hidupmu.

Kamis, 28 Mei 2015

Tuan Nyonya Jelita

Tuan, masih kau ingat sedikit cerita tentang kita?. sebelum ada nyonya jelita disampingmu. tapi tak perlu rasanya kau ingat dalam-dalam atau bahkan banyak-banyak. sebab kita hanya mempunyai secuil kenangan. Ntah itu bagimu sebuah kenangan atau hanya aku saja yang merasa itu sebuah kenangan, yap kenangan manis kata banyak orang. Hujan pernah menjadi saksi kenangan manis kita menuju perjalanan yang sebenarnya sengaja ku buat nyata. Terkadang senyum ini sendiri mengembang bagaimana gilanya gadis ini berusaha keras berada didekatmu.Tuan, semoga saja kau tidak lupa tentang hujan dan obrolan kecil kita yang tidak seberapa itu. sebab aku bersyukur pernah menuliskan kenangan bersamamu, meski sebuah kenangan yang kecil..
Tuan, coba lihat langit malam ini? langit itu pernah menjadi atap kita saat bercerita menikmati malam yang sebentar. sebelum nyonya jelita datang. Lagi-lagi aku membuat hal yang sebenarnya tidak pernah terbayangkan akhirnya nyata bersamamu. sebenarnya masih banyak hal yang ingin aku jadikan saksi atas kita, namun sayang kau memberi waktu terlalu singkat atau bahkan aku saja yang sebenarnya merampas waktu berhargamu. waktu memotong usaha untuk berasa di sampingmu, hingga aku harus kalah pada semesta ketika nyonyamu datang. Jelas aku harus pergi, mana mungkin gadis ini tetap berada disana setelah tempat kosong yang aku harap menjadi tempat menetap kau sediakan untukku ternyata, itu bukan aku. tetapi nyonya itu, jelita.
Bilang pada nyonyamu, Tuan untuk menjaga hatinya. sebab ada hal yang telah banyak di korbankan untuk membiarkan dia menempati tempat kosong itu. Tuan, jelita itu cantik hatinya ku rasa cantik. sudahlah, aku ingin melihat Tuan tersenyum lepas.

Mungkin rinduku tidak akan pernah bertuan lagi, sebab Tuanku sudah memiliki jelita disampingnya menopang rindu pada nyonyamu. meskipun banyak hal yang akan berbeda nanti, jangan merasa  bersalah Tuan. Sebab ini hidupku, kalau pun kita bertemu nanti berpura-pura lah tidak mengenal sebab aku hanya ingin melihatmu lewat sekilas saja Tuan agar aku bisa mersakan getaran hebat karena namamu. 
Kau tidak boleh merasa bersalah atau marah. ketika aku tidak pernah tersenyum bahkan menawarkan pertemanan. Aku hanya sedang mencoba berdamai kepada perasaan, agar kelah tidak perlu menikam hati bila bertatap temu denganmu. seperti kemarin di sebuah tempat yang aku tau pasti ada dirimu, Tuan. 
salam untuk nyonyamu jelita...

One More

 Seperti biasanya mata itu selalu memberi sekilas cahaya yang mampu memikat. Tajam dan penuh dengan pesona. Di bawah keteduhan pohon rindang ini menatapnya cukup dengan begitu kesempurnaan yang menurut aku sudah menjadi hal yang tetap mempesona meski hanya aku yang mengerti. tidak pernah ada nyali sekedar menyapa Tuan, meskipun jarak hanya sejengkal saja. jangankan untuk menyapa, sekedar membagi senyum saja aku tidak pernah mampu melakukannya. bukan sebab ada sebuah perasaan berdebar namun pada rasa istimewa yang sama. 
sepertinya memang sudah lama, aku menjauh dari jarak dekat denganmu. Bukan sebab benci atau apalah kata orang tetapi pada rasa takut untuk memotong jarak. bagaimana bisa aku bersikap biasa padamu, bila banyak hal yang membuat kamu tidak pernah sama dengan yang lainnya. ntah pada kenyataan mata atau pada hal yang ku simpan dalam hati. menyimpan perasaan seorang diri mengolahnya sendiri pula bukan lah hal mudah bagiku. Namun, harus seperti apa? membagi pada siapa. Tidak mungkin pada orang-orang yang tidak pernah paham tentang perasaan ini. Tidak mungkin juga pada kamu yang jelas menjadi objek kegelisahan ini.
Aku selalu bicara perasaan harus berdamai, aku sadari merasa hebat dengan perdamaian dengan hati sendiri dan perasaan ini. Pada nyatanya, tidak semudah itu sebab aku sekarang sadar berdamai itu ketika tidak pernah ada rasa berbeda bila bertatap, atau tanpa sengaja lewat dan bertemu. jika suatu saat aku tidak memandang ke arah mu, aku hanya ingin Tuan mengerti hatiku belum cukup berdamai menenggelamkan rasa ke laut terdalam. Meski Tuan menawarkan kisah berbeda selayaknya persahabatan namun aku masih butuh waktu untuk membiasakan rasa itu tenggelam. Sebab Tuan, sudah memiliki nyonya yang cantik jelita.