Diantara Kita
Tuhan telah
menciptakan sebuah perasaan yang tidak pernah diminta bahkan di undang
sekalipun. Bagi siapa untuk siapa dan diberi izin atau tidaknya. Sepanjang malam
aku memilih dalam sendiri Tuan, memilih untuk tidak ada yang menemani bahkan
ketika aku begitu kesepian sekalipun. Aku memiliki duniaku sendiri, aku hanya
ingin terbebas dalam sebuah rasa yang terkadang aku tak bisa untuk menanganinya
sendiri. Itulah sebuah perasaan Tuan, yang bahkan untuk diriku sendiri saja aku
tidak mengerti walau perasaan itu milikku sendiri. Sepanjang hari kuhabiskan
dengan kesibukan duniaku, ntah itu aku harus seperti apa tetapi aku hanya
percaya kesendirian itu akan Tuhan balas dengan kebersamaan yang menyejukkan
hati. Kala aku jatuh pada hati itu, aku tak perlu lag takut untuk sakit atau
menjatuhkan perasaanku secara keseluruhan.
Bukan sebab aku
pernah terluka lalu takut untuk membagi perasaan. Aku hanya takut menghadapi
kenyataan seseorang yang aku cintai nanti tak utuh hatinya padaku. Atau
ternyata Tuhan memisahkan aku dengannya sebab bukan takdir. Aku lebih memilih
sendiri daripada harus bergulat dengan rasa tak tentu arah. Tetapi aku
melakukan kesalahan Tuan, ketika diri ini mulai angkuh dan lupa bahwa Tuhan tak
suka hambanya trerlalu percaya diri. aku melupakan bahwa hati yang sedang ada
dalam tubuhku adalah hati seorang perempuan, hati seorang hamba yang mudah saja
bagi Tuhan untuk membolak-balikannya.
Semuanya yang
begitu aku angkuhkan runtuh tanpa aba-aba. Tanpa Tuhan mempersilahkan aku untuk
tahu bahkan bersiap-siap menerimanya. Ketika sosok yang begitu menjadi impian
yang ntah bermula darimanya. Sosok itu adalah dirimu Tuan. Sosok yang datang
membuka hati yang tak pernah ingin aku buka sekalipun. Aku hanya memahami satu
hal saat itu, kau lah sosok yang pernah begitu aku kagumi. Perasaan yang
bermula hanya ingin mendekat jarak yang tak pernah aku coba sekalipun. Sebuah batas
yang tak pernah sekalipun aku tembus sebab keberanian yang tak pernah tumbuh. Ah,
Tuan itu bukan masalah keberanian tetapi
sebuah dinding yang sengaja aku buat atau bahkan memang ada diantara kita. Senadainya
di sekitar kita semua sama bagi diriku, kau selalu membuka hati.
Bahkan bila aku
mengumpamakannya saat itu, aku seperti anak kecil yang sedang berlari lurus kearah
dekap hangatmu dengan seribu langkahnya sebab tak sabar untuk menunggu seuntai
mimpi indah hadir dihidupku. Kau adalah impian yang dinyatakan oleh Tuhan,
Tuan. Impian yang tak sekalipun ingin aku impikan apalagi untuk aku nyatakan. Sebab,
Senyummu menguatkan setiap langkah-langkahku.
kau hadir bersama mimpi-mimpi yang terpendam jauh tanpa pernah aku ingin tarik ke permukaan. mimpi yang aku benamkan dalam angan-angan. langkah kedatanganmu membuat sebuah amunisi baru dalam hidupku. aku ingin menjatuhkan segenapnya padamu bila memang diperbolehkan. Namun waktu berkata lain ..
Seandainya
kau cukup memahami hadirmu sebenarnya dalam hatiku Tuan. Begitu banyak hal yang
tak pernah aku percaya kini terjadi. Kau boleh saja menganggap aku seorang nona
kecil terlalu lancang untuk mencintaimu kali ini. Aku hanya tak mau
menyianyiakan waktu yang bahkan aku sendiri tak tahu sampai kapan waktu itu
berada diantara kita. Jangan paksa aku untuk pergi, atau jangan biarkan aku
untuk pergi. aku benar-benar tak ingin Tuan yang melakukan dan mematahkan harapan yang ingin aku bangun. Andai saja kau paham tentang hati nona ini mungkin kau tidak akan
pernah merasakan hal yang tak nyaman bila aku sedang mencari bahkan meminta. Aku
hanya ingin merasakan hal yang sebelumnya hanya bisa aku bayangkan tentangmu. Aku
hanya ingin mengerti kali ini bahwa mimpi-mimpi kecil itu tak selamanya seperti
dongeng. Aku hanya butuh tahu untuk beberapa hal bahwa tak selamanya aku hidup
dalam tulisan. Meski bayangan jingga yang telah aku rangkai dan pernah
tergambarkan warnanya tak pernah lagi sama. Atau sudah banyak yang tak sama. Aku
masih ingin percaya kau adalah jingganya. Dapat mengubah warnanya kembali
sempurna. Biarkan aku jatuh padamu sebenarnya jatuh, agar aku tak perlu takut
dengan banyak hal. Inginku sesederhana itu Tuan. Bersamamu dengan impian
diantara kita.