Hari ini ada seorang lelaki menyatakan rasa
cintanya padaku, namun tiba-tiba aku merasa sangat takut namamu akan hilang
dalam hatiku dan melebur menjadi abu karena aku luluh dengan kata cinta lelaki
tersebut. Aku tidak mau kamu hilang, bahkan berniat mengganti dirimu saja aku
tidak mau. Aku seperti menghianati cinta dan hati kecilku. Padahal aku bukan
siapa-siapa untukmu dan kita tidak pernah memulai sesuatu apapun.
Aku ingin berdiri sendiri disini,
menunggumu datang dan berlari kearah ku. Aku yakin suatu saat kamu akan
menyadari hadirku.
Sudahlah, aku tak mau membuatmu risih
dengan ucapanku, akan ku biarkan waktu menemani hati ini yang sepi menunggumu.
Sore tadi lelaki itu dengan beraninya
mengatakan bahwa dia menyukaiku, aku berfikir bagaimana bisa aku menyukainya.
Sedangkan aku telah menyukaimu, bukan? Bagaimana aku harus bersikap adil untuk
perasaan ini?
Dia mengatakan dengan tegas, dia berkata “
aku telah lama memperhatikanmu setiap kita bertatap muka, dan aku memperhatikan
setiap apa yang kamu lakukan jika kita berdekatan dan itu membuat aku menyukaimu”
Lalu aku bertanya, berdekatan? Apakah itu
adil ketika aku memperhatikanmu dari jauh namun rasa ini begitu dalam dan mampu
membuat aku begitu dalam menyukaimu. Aku bahkan tidak membutuhkan untuk menyukaimu
sedalam ini. Berarti rasaku padamu memenangkannya ketimbang rasa dia padaku.
Tak mungkin aku meninggalkan rasaku padamu demi rasanya padaku, bukanya itu
tidak adil?
Dia kembali berkata “aku menyukaimu ketika
kamu berbicara, kamu terlihat sangat berwibawa dan menarik”
Lantas aku berfikir, dia menyukaiku ketika
aku berbicara, aku terlihat berwibawa dan menarik? Lalu bagaimana perasaanku
padamu yang terjadi tanpa bicara. Aku tidak pernah mendengar suaramu apalagi
untuk berbicara padamu, tapi aku bisa melihat karismamu yang membuat aku
terpesona. Apa aku harus meninggalkan rasaku padamu demi rasa seperti itu?
Bukankah cinta tak mesti saling berbicara. Bukannya itu tidak adil?
Dia kembali meyakinkan aku agar membuka
hati untuknya. Dia tunjukan beberapa foto yang disimpannya dalam sebuah buku.
poseku tanpa sengaja, kamu tau sayang disana aku terlihat sedikit cantik. Aku
terpesona dengan usahanya untuk mendapatkan hatiku. Aku hampir saja luluh
dengan semua itu. Namun jangan kawatir sayang, tidak perlu kamu takut akan
tersingkir dhatiku. Karena, hati kecilku
mengatakan bahwa aku lebih berusaha ketimbang lelaki itu. Puluhan fotomu
tersimpan dihandphoneku dan beberapanya kucetak ketempel dalam dinding kamar
juga buku catatan harianku. Aku juga menyimpannya dalam dompet bersamaan foto
orang tuaku, agar aku ingat kamu juga sedang aku perjuangkan. Kamu menunggu aku
datang berjuang bersama untuk kebahagiaan kita. Bukannya tidak adil jika rasaku
padamu terkalahkan rasa dia padaku?
Tenang sayang, aku akan berlaku adil pada
perasaan ini. Aku akan menjaga namamu disini, jadi kamu tidak usah kuwatir
tentang sesuatu yang tidak mungkin. Bagaimana mungkin seseorang yang baru
datang memperlihatkan cintanya sekaligus usahanya padaku yang jauh tertinggal
dengan dalamnya perasaanku padamu. Itu tidak adil, aku akan mengadili
perasaanku secara adil. Kurasa tidak adil sayang.
Tapi aku berfikir tiba-tiba, sampai kapan
kamu akan sadar tentang hatiku. Kalau kita tak pernah saling berdekatan. Maukah
kamu mengadili perasaanku ini seperti aku mengadili ini semua.
Cobalah buka matamu dan buka hatimu, aku
terlalu lama menunggu dijalan ini tanpa kamu membuka pintu sekedar memastikan
tidak ada seorang pun mencoba menerobos pagar tinggi yang kamu bentang di
rumahmu. Sebeginikah rumit tentang pegadilan hati sembunyi-sembunyi sayang?