Permen Kecil

Permen Kecil
Siap-siaplah menikmati permen kecil jangan di bawa perasaan nanti bisa jatuh di buat cinta sebab Meski hanya permen kecil akan menjadi pemanis dalam hidupmu.

Rabu, 30 September 2015

#DiaryCinta Episode : Bayi Tanpa Nama

                Sore ini aku masih terlelap tidur dalam kehangatan. Tetapi sebenarnya aku tidak tertidur hanya pura-pura tidur. Tidak pernah ada yang menyangka aku akan terlahir begitu sempurna, bukan sempurna hanya saja mendekati sempurna. Termasuk diriku sendiri, tidak pernah bermimpi akan menjadi sosok cantik dan mempesona kata banyak orang. Kulit putih merona, rambut hitam bergelombang, selanjutnya warna mata cokelat menjadi salah satu pujian siapa pun yang melihatnya. Namun semua itu tidak membuat aku bangga, karena ada seseorang yang menangis setiap menatapku. Aku tidak butuh pujian dari mata-mata itu, bila aku hanya membuat seseorang itu selalu mengeluarkan air mata setiap memendang tubuhku. Aku benci membuat ia menangis! Menatap pada sesuatu yang disebut TUHAN.

                Kalau saja usiaku tidak terlalu kecil aku akan protes pada Tuhan kenapa Dia mengirimku pada seseorang itu. Kenapa aku terlahir hanya untuk membuat seseorang menangis. Aku ingin menumpahkan amarahku pada Tuhan. Kenapa dengan usiaku yang begitu muda, bahkan nama pun belum kusandang namun undangan tangisan terus ku buat.

“Tuhan! Mengapa aku ada!.” Aku ingin berteriak pada-Nya.

Tetapi aku tahu Tuhan telah memberikan kehidupan padaku. Sehingga aku bisa menghirup oksigen-Nya di alam yang dulu sama sekali tidak aku rasakan. Sebenarnya aku bukan marah pada Tuhan, aku hanya merasa menjadi manusia sia-sia saja. Aku kecil, tubuh rentan, dan aku tidak berdaya.
Tuhan andai saja sehari aku di izinkan berbicara. Aku ingin menyampaikan sesuatu pada seseorang itu.

Maafkan aku yang belum sempat mengenal mama. Memeluk mama sekedar untuk menenangkan hati mama. Aku tahu mama merindukan pelukan bayi mungil ini yang sudah selama sembilan bulan lebih di tunggu kehadirannya. Mama, bukan anakmu ini tidak ingin memeluk. Hanya saja tangannya terlalu rentan untuk menenangkan kesahmu.

Mama, aku tahu pasti kesepian. Sudah terlalu berat bebanmu menanggung derita selama ini di hina atas kehadiranku. Bayi mungil tanpa daya yang hanya mampu menyusahkan saja. Ah mama, maafkan aku tidak bisa menemanimu hingga cukup tua. Menghadirkan senyuman kebahagiaan dirumah kita. Aku ingin mama. Tapi apalah dayaku jika Tuhan memiliki takdir untukku. Mungkin aku hanya sebentar disini tetapi aku tidak akan pernah melupakan mama yang selalu berdoa untuk kehidupan panjangku. Mama terimakasih atas semua, tetapi aku harus pergi dengan cepat, karena para malaikat sudah menantiku di surga. Surga dan aku akan menunggu mama. Mama tidak perlu takut jatuh saat melewati jembatan sidaratul muntaha karena aku akan menggandeng mama esok. Aku akan membantu mama dengan izin Tuhan. Mama maafkan aku, yang harus sakit. Mama maafkan aku yang hanya bisa membahagiakanmu ketika detik kelahiran. Mama maafkan aku yang tidak bisa menjadi orang besar untuk menjagamu.
Mama maafkan aku tidak bisa memberi kesempatan pada mama untuk memanggil namaku. memanggil? sedangkan untuk memikirkan namaku pun mama tidak sempat karena terlalu sibuk meminta di sepertiga malam pada Tuhan agar aku dapat menikmati hidup. Mama jangan menangis lagi, aku akan bahagia disana. Surga itu indah mama. percayalah.

Mama aku akan menitipkan mama pada penjagaan Tuhan. Mama maafkan anakmu yang hanya bisa mencicipi bau dunia sekejap saja.
Inilah surat untuk mama dari Bayi tanpa namamu.

   

Cerita Kala Dia

 "Ada yang salah denganku?" Tanyamu tanpa menoleh dan masih menikmati senja.
"Apanya?" tanyaku heran.
"Apa sajalah pokoknya ada yang salah denganku?." tanyamu lagi tidak juga mengalihkan pandangan dari senja.
"...." aku hanya diam karena kehabisan kata-kata.               


Aku membaca malam sedingin angin, lalu ia membelai kesepian. Tuan malam ini aku begitu bahagia, sebab ada kamu di sela hariku. Kau tahu detik detik yang kita habiskan dalam kehangatan sebuah kebersamaan, detik detik kita hiasi dengan suara gelak tawa, detik detik yang sengaja kita warnai cerianya canda. Detik detik itu adalah waktu yang paling berharga untukku. Setiap detik yang terjadi dalam perjalanan kita sore itu. Sebuah rangkaian detik yang menjadi saksi tumbuh seuntai rasa pada hatiku. Detik detik yang tidak ingin aku lewati barang sedetik pun. Sebab detik itu selalu cepat berlalu setiap bersamamu. Bagiku detik itu bukan sebuah perpindahan waktu yang biasa biasa saja. Atau gerak sang waktu yang semu dari sudut hatiku. Aku menamainya detik berharga. Apakah kau akan sama menamainya?

Tuan, tataplah ke langit ada begitu banyak jutaan bintang bertebaran namun tetap tidak mampu mengalahkan terangnya bulan. Kenapa kau tidak mampu mengerti arti alam sedemikian rupa. Kau masih terlihat aneh terkadang membuat aku ingin bertanya satu hal. Apa yang terjadi? Kenapa kau harus bersedih? Aku disini menemani ruang waktumu. Aku sengaja datang, sebab aku tidak suka kau kesepian. Ketika kita sama sama terdiam, begitu jelas napasku berat sedang suaramu bergetar. Aku mendengar begitu banyak kata yang sedang kau sembunyikan di dalam sana. Bicaralah untuk sekedar membuka cakap antara kita. Sebab matamu menahan segala kata yang ingin aku muntahkan. Aku ingin bicara dan membuatmu tersenyum, tetapi aku tidak bisa. Sebab ada sesuatu yang begitu menekan dari sorot matamu. Kau terluka Tuan, siapa yang berani melukaimu? Bila aku adalah dokter biar ku sembuhkan lukamu. Namun ku rasa luka itu dalam tergores. Tetapi bicaralah.

Kau mulai menggerakan bibirmu, aku memasang lekat lekat telingaku dan mengkoordinir hati yang pekat. Kau bercerita tentang dia yang ku sebut dulu nyonyamu. Mungkin dulu kau pernah menyukainya tetapi bukan itu yang aku permasalahkan. Sebab aku menyukaimu, itulah urusanku. Sedang kau tidak begitu, itu urusanmu! Itulah Tuan sebuah kalimat yang selalu menjadi penegakku. Yah, Tuan ini bukan waktunya aku membicarakan cerita tentang diriku. Maaf aku akan mendengarkanmu.

Apapun yang pernah dia lakukan padamu di masa lalu. Aku ingin peduli, namun terkadang aku merasakan hatiku menjadi asing. Setiap kalimat yang kau ucapkan terlihat jelas ia pernah menggoreskan kecewa yang dalam hingga kau terlalu berhati-hati. Patah hati itu biasa Tuan, kau harus mempersilahkan dirimu bersedih. Meskipun banyak orang menganggap tabu. Bersedihlah namun segera lah bangkit. Tuan kau harus mampu menghilangkan goresan luka itu sendiri, sebab aku tidak akan mampu bila kau masih tak sudi. Kau selalu merasa dirimu begitu buruk untuk dicintai, padahal setiap gadis memiliki cara pandangnya sendiri. Termasuk aku. Meskipun banyak gadis tidak mengistimewakan kamu, apakah cukup untukmu bila aku menjadikanmu istimewa?. aku akan meminjamkan pundakku untukmu bersandar. Tetapi sembuhkan lah segera lalu lepaskan sebelum terlambat. Jika belum Itu membuat aku kalah, asing.

"Kamu itu aneh." Kataku tiba-tiba sambil memandang lurus ke arah senja.
"Aku?. kenapa?."
"Aku tidak suka mendengar ceritamu. Jangan lewatkan orang baik, orang baik itu langka." Kataku.
"Aku tahu orang baik itu langka. Apa kamu termasuk orang baik?." Tanyamu, kali ini tepat menatap manik mataku.
"Aku yakin kamu orang baik, karena itu aku tidak akan melewatkanmu." Lanjutmu, kali ini dengan memasang senyum yang paling mempesona di tengah senja.







Minggu, 27 September 2015

#DiaryCinta : Episode Damarku Damar


Dan lalu ..
O, langkahku tak lagi jauh kini ..
Memudar biruku ..
Jangan lagi pulang! ..
Jangan lagi datang ! ..
Jangan lagi pulang, Rindu!
Pergi Jauh! (Float-Pulang)
         
Hujan belum juga ingin meninggalkan tempat kami berteduh, aku dan seseorang yang begitu istimewa di sisiku kali ini. Mengapa hujan terus menggoda dengan rintiknya, mengapa ia tak juga lekas berhenti. Agar aku segera terlepas dari situasi yang menyebalkan ini. Aku ingin segera pergi dari sini karena debaran hebat semakin membuat lemah menahan gejolak yang ntah apa maksud Tuhan menyelipkan rasa ini. Tubuhnya yang begitu tegap begitu jelas untuk di pandang, rambutnya basah membuat sesuatu yang berbeda.

“Kamu kedinginan?.” Tanyanya padaku.
“Tidak untuk sekarang, kamu?.”

Dia hanya tersenyum lalu menggeleng pelan. Tampak lesung pipi saat tarikan sudut bibir sempurna ia lakukan. Membuat aku semakin luluh dengan pesona lelaki ini.

“Maaf ya? Kita kehujanan kayak gini. Kamu basah.” Kataku sambil memandang matanya.

“Ha ha ha , tidak usah minta maaf.”

“Kenapa, tidak usah. Kamu basah kuyup.” Kataku lagi sedikit kikuk.

“Untuk orang yang spesial, hujan bukanlah masalah. Benarkan?” kalimat itu terucap tanpa ekspresi. Matanya menerawang jauh, begitu datar. Sedang aku membisu tidak mengerti apa yang di ucapkannya.

“Kenapa?.” Kali ini ia membaca gerak salah tingkahku. Tuhan, bantu hambamu ini.

Tidak ada kata-kata yang mampu aku ucapkan. Suaraku tertahan sempurna di kerongkongan membuat aku ingin memaki diri sendiri. Di situasi saat ini aku malah merasa seperti orang bodoh.

“Kita pulang? Atau kamu mau nunggu sampai reda?.” Katanya begitu santai membuat aku kesal. Apa maksud lelaki ini, sudah membuat dentuman keras antara jantungku, kini ia terlihat seperti tidak terjadi apa-apa. Tidak bertanggung jawab! Kalau saja aku tidak menjadi orang yang tiba-tiba bisu. Rasanya aku ingin melemparnya menggunakan tas yang sedang aku tenteng.

“Aku mau pulang.” Kalimat pertama yang akhirnya bisa aku keluarkan setelah kesekian menit membisu tidak jelas. Tanpa mempedulikan dia aku berjalan. Aku benci dia! Apa dia tidak tahu baru saja menerobos salah satu bentengku.

Meskipun hujan terus mengguyur semua tidak aku pedulikan. Hatiku jauh lebih deras oleh kekesalah pada lelaki yang beberapa menit lalu telah membuat aku merasakan sesuatu.

“Sini aku bawakan.”

“Tidak. Pulanglah.” Kataku ketus.

“Kalau kamu menerima bantuanku. Berarti kamu akan menerima kehadiranku.”

“Maksud kamu?.”

“Aku suka kamu, itu urusanku. kalau kamu tidak suka aku, aku tidak peduli karena itu urusanmu.” Ia tersenyum.

Kali ini aku benar-benar tersentak mendengar pernyataan yang tidak pernah sekalipun untuk aku bayangkan. Dia mengatakannya dengan senyum yang selalu menjadi tempat aku membagi rindu. Damar berlari sambil melambaikan tangannya, rambutnya kali ini benar-benar basah. Membuat aku tidak percaya pada pernyataan banyak orang bahwa lelaki akan terlihat tampan saat berkeringat.


Sedangkan aku lebih suka lelaki itu basah terguyur hujan. Damarku damar !

Sabtu, 26 September 2015

Permen Kecil Datang

aku sedang kehilangan inspirasi detik ini. sudah hampir menekuni layar laptop selama tiga jam belum juga ada tulisan yang bisa aku jatuhkan pada lembar word. keadaan seperti ini yang selalu membuat aku benci, dimana inspirasi. otakku sedang membutuhkanmu! Sudah beberapa tulisan aku coba rangkai tetapi di pertengahan selalu kehilangan arah. Membuat aku lebih memilih mendelete membersihkan tulisan tidak berguna itu. Saat menulis tulisan yang ntah untuk apa di tulis ini, aku sedang menerawang jauh mencari sumber yang bisa aku jadikan objek. Dimana orang-orang? Berikan aku sedikit kisah agar mampu menciptakan sebuah karya.
Satu detik. Dua detik. sampai tiga detik.
Akhirnya ku putuskan menulis tentang Permen Kecil. Sebuah nama yang sengaja aku pilih menjadi sebuah nama blog pribadiku. Banyak orang bertanya kenapa dengan Permen kecil? Apa yang istimewa dari Permen berukuran kecil itu? Baiklah kali ini aku akan menjawabnya melalui tulisan. Seperti biasa aku selalu kalah dalam kalimat langsung. Sedangkan melalui tulisan aku bisa mengalahkan kalian. Sombong! Tidak, aku hanya sedikit angkuh untuk menyamai keangkuhan kalian. Cukup! Jangan ganggu konsentrasiku.

Kembali ke arah pembicaraan kita, dengarkan baik-baik. Tepatnya baca baik-baik.

Permen Kecil memang untuk sebagian orang adalah hal sepele. Tetapi dalam pikiranku mereka itu istimewa dengan berbagai warna yang berbeda lalu cita rasa yang  khas. Meskipun banyak yang menganggap mereka itu biasa biasa tetapi aku akan membuat Permen Kecil menjadi sesuatu yang tidak terlupakan lagi.

Begini sebenarnya aku ingin menjadi permen kecil untuk seseorang yang menganggapku nantinya spesial. Meskipun aku kecil dan tidak seberapa, tetapi setidaknya aku bisa menjadi pemanis untuk hidupnya. Mimpiku tidak muluk-muluk menemaninya dalam jutaan detik tanpa harus berpura-pura tertawa. Sebab di sampingnya saja sudah membuat aku tertawa. Bukan! Maksudku dia yang berada disampingku bisa merasakan kegilaan yang ku buat untuk dia. Lagi-lagi untuk kuluman senyum yang tertahan diantara bibirnya.

Biarlah tulisanku menjadi permen Kecil untuk para penikmat bacaan. Meskipun di dalam tulisanku terlalu banyak cerita tragis mencintai tanpa balasan. Aku hanya membuat itu sedikit melankolis agar ketika aku menuliskan kisah bahagia adalah benar-benar kisah yang terjadi dalam hidupku.

suatu saat aku ingin berlari lalu meneriakan suatu kalimat.
Hei! nona Permen Kecilmu datang! Sambuut aku!


Aku nona si Permen Kecil yang akan menjadi pemanis hidupmu. Sudah siapkah untuk aku bahagiakan? Jika sudah datanglah jangan membuat onar. Cukup duduk dan mencintai.

Kamis, 24 September 2015

Tuan Jingga

                     
  Mimpiku tenggelam dalam senyum, wajahmu membuai mimpiku. Rinduku akhirnya berbuah jua. Salam cinta pada langit malam, duhai Tuan pemilik hati. Tuan sadarkah kamu aku terbiasa menunggumu dalam diam, membiarkan setiap gelombang penantian membawa aku dalam lamunan. Selalu ku biarkan angan mengizinkan untuk mengingatmu. Duhai Tuan, pertemuan kita ini tidak pernah sekalipun menjadi rencana antara kita. Lalu percakapan yang melintas dipikiran pun tidak pernah. Lalu rindu yang tidak pernah kita dambakan sebelumnya. Mengapa Sang Maha Cinta dan segala pemilik rasa ini, memberikan kejutan yang sama sekali tidak pernah aku idamkan. Pernah aku berpikir meminta pada-Nya untuk mengambil satu nikmat ini, sebuah rasa yang mulai membubui hati. Bagaimana tidak, menikmati indahnya karunia cinta ini pun aku tidak tenang dibuatnya. Aku terlalu malas merasakan ini, karena sejauh ini aku hanya merasakan tersakiti dan terbebani. Hingga aku tidak pernah sudi mempersilahkan siapa pun untuk datang atau bahkan menolak hatiku untuk berdamai pada mereka. Aku akan berteriak “TIDAK” sekalipun ada yang berniat baik sekedar melindungi atau menemani. Aku tidak butuh siapa pun disini, aku hanya butuh diriku sendiri. Aku tidak suka orang lain mengganggu ketenanganku. Tetapi kali ini aku begitu lemah untuk menolak kehadiranmu, begitu yakin tentang suatu pengharapan sesuatu padamu Tuan, lalu mengapa aku begitu gundah tidak ada kabar darimu. Lantas mengapa aku begitu rindu ketika kau tidak ada disampingku, Tuan aku menunggumu disini. Aku kini bagaikan daun yang layu namun tak juga gugur, walaupun aku benar-benar jatuh dalam cintamu nanti aku tak lantas tenggelam. Aku memilih sejenak duduk mencoba meminta agar segala ragu yang ada menguap ketika aku benar-benar jatuh pada namamu Tuan.

Tuan, aku lah hujan yang sedang mencoba memberimu sedikit rindu.

Ada saatnya aku akan rela menghantam tanah gersang untuk menciptakan pelangi dimatamu. Sebab aku bisa menjadi hujan di saat kau butuh lalu matahari dalam waktu yang sama. Bila rasanya aku masih belum mengerti kenyataan seperti apa yang sedang Tuhan sematkan dalam sekenario-Nya. Atau ini hanya ilusi senja yang menggoda khusyukku agar terlena oleh jingganya. Semua bila terjadi akan ku biarkan terus senja mengilusi langkahku. Sebab kini aku jelas melihat Tuan di bawah sinar jingganya. Aku rela berlama-lama berdiri hanya untuk menunggu jingga sore ini yang begitu mempesona. Kini tidak akan aku biarkan jingga lepas tanpa mengenangnya. Tuan, kini mulai menunggumu. Membawa pelukan arti dan sebuah janji kebersamaan. Jika Tuan sudi, kamu hanya cukup datang memberi pelukan dan hutang janji kesetiaan. Jingga tidak butuh ucapan Tuan. Tuan ada yang menunggumu di langit senja yang berjingga.

Kamis, 17 September 2015

#DiaryCinta Episode :Pangeran Vespa Putih







Kata banyak orang jatuh cinta itu indah, menyenangkan dan bisa merubah segalanya. Merubah siapapun dia yang mengalami namanya jatuh dibawa cinta pula. Jujur saja awalnya aku tidak pernah percaya dengan pernyataan banyak orang, aku bahkan sempat menganggap mustahil sebuah perasaan yang terkadang mampu membuat banyak orang menjadi gila. Sebelum semuanya terjadi, sebelum pangeran dalam imajinasiku datang. Ah iya, pangeran yang membawa kuda putih datang membawa segudang impian tetapi itu hanya sebuah khayalan, jelas dia hanya seorang lelaki dengan motor bebek atau vespa warna putih. Cukup.


Sebelum lelaki vespa putih itu beraninya menerobos benteng pertahanan yang selama bertahun-tahun sengaja aku jaga, aku tidak pernah mengizinkan siapapun masuk. Aku akan mengancam siapapun dia yang mencoba untuk mengambil jarak dekat untuk menerobos masuk. Hati-hati sikap yang selalu aku ambil pada sosok bernama lelaki, aku tidak mau mencoret atau masuk dalam kotak hitam malaikat roqib dan atib. Aku selalu bermimpi memberikan hati untuk jatuh cinta pada satu lelaki siapa lagi kalau bukan dia yang nantinya menemani perjalanan panjangku di dunia. Romantis rasanya, tetapi lelaki vespa putih itu sudah menimbun segala impian. Dia memang tidak salah, mungkin saja aku yang terlalu bermain perasaan kali ini.  Aku gagal.

Semua berawal dari sebuah tempat bernama perpustakaan, tempat favorit seorang Viola. Namaku Viola, panggil saja Vio. Aku akan memberi tahu sedikit pada semua seorang Vio yang kenyataannya bukan gadis modis yang keren, cantik, dan populer. Malahan kebalikannya, aku seorang kutu buku dengan kacamata minus menghiasi wajah bulat. Aku pendek, gemuk, kulit juga tidak terlalu putih. Kata banyak orang aku bulat.  Aku bukan gadis terkenal hanya beberapa mahasiswa saja mengenal Vio bisa jadi hanya teman-teman sekelas saja. Tapi itu membuat aku aman, nyaman, dan bebas. Sebab aku semakin mudah menjaga diri, Alhamdulilah rasanya Allah menyayangiku dengan cara keadaan seperti ini. Kembali lagi pada sosok si lelaki vespa.  Jangan berharap menemukan cerita romantis seperti tabrakan atau apapun berbau drama korea. Ini hanya melalui sebuah media audio. Ya tepatnya sebuah radio kampus, saking anti sosialnya aku baru pertama kali mendengar siaran di radio kampus. Siang itu radio sedang mengadakan talkshow bersama salah satu dekan fakultas kampusku, pembahasannya sangat menarik tentang perbedaan agama yang ada di kampus. Tunggu, aku bukan tertarik dengan topik yang sedang dibicarakan tetapi aku tertarik pada cara si penyiar membawakan alur dan jalannya talkshow. Suaranya mengagumkan, ia cerdas dan hebat dalam menanggapi apa yang sedang dibicarakan narasumber. Aku suka.

Namanya Arjun, tepatnya Arjun Kemal. Itu sih yang aku dengar setiap lelaki vespa putih itu on air. Oh iya kalian pasti penasaran kenapa aku bisa tahu kendaraan yag digunakan lelaki vespa putih. Tunggu aku tidak mau terburu-buru membawa cerita ke arah sana. Aku juga lupa menjelaskan sekarang rasanya sering mendengar radio kampus setiap Arjun on air. Aku tahu persis jadwal siarannya, karena hampir setiap hari aku akan memeriksa timeline twitter radio kampus hanya untuk mengetahui kapan lelaki itu nyiar. Sungguh menyebalkan tidak bisa mengontrol diri sendiri melawan rasa penasaran yang hebat. Aku hanya kagum! iya awalnya, sampai pada suatu titik aku tahu itu lebih dari suatu kekaguman. Aku tidak pernah tahu nama aslinya selain tahu nama siarannya, menyesakkan. Tahu rupanya saja hanya sekali ketika radio mengadakan meet and greet, aku datang hanya untuk mengetahui seperti apa sosok Arjun Kemal. Kali ini jantungku berdebar lebih keras, lelaki itu tampan tanpa kacamata, tingginya sekitar 176cm, potongan rambut ala artis korea Kim Soo Hyun, alis matanya seperti deretan gerbong kereta api, dan yang paling aku suka adalah gigi taringnya. Rasanya ingin berteriak “Arjun!! Kamu ganteng.” Tapi itu tidak mungkin bisa-bisa merusak image coolku. Aku pergi langsung setelah berada disana beberapa menit, tepatnya setelah melihat Arjun. Cukup Vio bentengnya semakin hancur nanti!.

Sebenarnya aku menyadari sedang jatuh cinta padanya. Tidak ada hal yang tidak mungkin ketika Allah telah menitipkan sebuah rasa, tetapi bukan saatnya aku terbuai dengan sebuah cinta. Aku hanya bisa memendamnya, menjaga setiap aksara yang sedang kutulis untuk namanya. Peganganku masih kuat tidak akan pernah ada kata pacaran dalam kamus Vio. Bila memang Arjun sudah menerobos hingga membuat aku jatuh cinta sudah aku terima. Namun aku tidak akan membiarkan rasa pada hamba mengalahkan rasa cintaku pada Sang Maha Memiliki. Perasaan tidak mesti harus diutarakan saat ini juga. Aku memiliki perasaan itu diam-diam meskipun sedalam lautan di samudra, sejauh bentangan senja di langit, dan seindah suara Krisdayanti.


Setiap pagi aku selalu berpapasan dengan lelaki itu yang sedang mengendarai vespa kinclong warna putih. Bagaimana caranya kami bertemu, tepatnya di gerbang depan kampus. Setiap jam setengah delapan tepat aku pasti sudah berada di gerbang kampus setelah naik bus yang mengharuskan para mahasiswa  pengguna bus berjalan ke dalam kampus. Nah dari situlah aku tahu Arjun memakai vespa putih. Setap pagi aku hanya bisa memandang punggungnya. Sebab kepalanya tertutup oleh helm tapi aku sudah hapal betul bentuk vespa dan suara motor bebek yang khas. Hanya itu tidak lebih tetapi begitu istimewa. Dialah Arjun Kemal pangeran vespa putih seorang Viola.