Permen Kecil

Permen Kecil
Siap-siaplah menikmati permen kecil jangan di bawa perasaan nanti bisa jatuh di buat cinta sebab Meski hanya permen kecil akan menjadi pemanis dalam hidupmu.

Kamis, 28 Mei 2015

One More

 Seperti biasanya mata itu selalu memberi sekilas cahaya yang mampu memikat. Tajam dan penuh dengan pesona. Di bawah keteduhan pohon rindang ini menatapnya cukup dengan begitu kesempurnaan yang menurut aku sudah menjadi hal yang tetap mempesona meski hanya aku yang mengerti. tidak pernah ada nyali sekedar menyapa Tuan, meskipun jarak hanya sejengkal saja. jangankan untuk menyapa, sekedar membagi senyum saja aku tidak pernah mampu melakukannya. bukan sebab ada sebuah perasaan berdebar namun pada rasa istimewa yang sama. 
sepertinya memang sudah lama, aku menjauh dari jarak dekat denganmu. Bukan sebab benci atau apalah kata orang tetapi pada rasa takut untuk memotong jarak. bagaimana bisa aku bersikap biasa padamu, bila banyak hal yang membuat kamu tidak pernah sama dengan yang lainnya. ntah pada kenyataan mata atau pada hal yang ku simpan dalam hati. menyimpan perasaan seorang diri mengolahnya sendiri pula bukan lah hal mudah bagiku. Namun, harus seperti apa? membagi pada siapa. Tidak mungkin pada orang-orang yang tidak pernah paham tentang perasaan ini. Tidak mungkin juga pada kamu yang jelas menjadi objek kegelisahan ini.
Aku selalu bicara perasaan harus berdamai, aku sadari merasa hebat dengan perdamaian dengan hati sendiri dan perasaan ini. Pada nyatanya, tidak semudah itu sebab aku sekarang sadar berdamai itu ketika tidak pernah ada rasa berbeda bila bertatap, atau tanpa sengaja lewat dan bertemu. jika suatu saat aku tidak memandang ke arah mu, aku hanya ingin Tuan mengerti hatiku belum cukup berdamai menenggelamkan rasa ke laut terdalam. Meski Tuan menawarkan kisah berbeda selayaknya persahabatan namun aku masih butuh waktu untuk membiasakan rasa itu tenggelam. Sebab Tuan, sudah memiliki nyonya yang cantik jelita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar