Bagaimana aku bisa berjalan ketika
jalan yang ingin ku lalaui hilang
Bagaimana aku mau menaiki tangga ketika
aku kehilangan jenjang
Lalu bagaimana aku bisa tertawa ketika
yang aku rasa hanya sepi.
Sore hari itu , saat hujan kembali
datang dengan suasana yang sama sepi,sunyi, dan hampa aku kembali menari dalam
lamunanku. Bait sajak sederhana itu membawa aku menerawang jauh . Mengingatkan
aku pada seorang gadis yang aku kenal beberapa waktu lalu. Wajah senyum yang menyimpan
makna dan terpenting adalah impiannya. Impiannya hanya satu yaitu mengubah
kehidupannya lebih baik dan membalas kebaikan mereka yang telah merawatnya.
Tawa
yang kalian lihat tidak akan pernah menyangka di usia yang masih muda menyimpan
kisah pilu. Gadis itu bernama Gita, aku mengenalnya disebuah halte bus .
Sore itu hujan turun begitu deras ,matahari enggan
menampakkan sinarnya bahkan untuk menyapa kegelisahan ku saja ia menolak. Kali
ini halte sangat sepi hanya ada aku dan gadis berjilbab merah itu, aku terus
memandanginya dari sudut mana pun tidak ada beban dikepalanya padahal hujan
semakin deras. Tidak ada tanda-tanda bus akan datang. Dia menoleh padaku dan
tersenyum lalu mendekatkan diri padaku .
“Nikmati
hujan sebagai anugerah, Biarkan dia turun dan syukuri karena hujan tidak akan
terus turun. Dia pasti akan memberi kesempatan pada matahari “ katanya begitu
bermakna . Aku hanya melihatnya sekilas lalu kembali mengacuhkannya.
Kadang aku merasa hidup ini begitu
tidak adil , mengapa banyak kebahagiaan orang lain tetapi beda dengan diriku.
“Kenalkan
aku Gita” sapa gadis itu lebih lembut sambil mengulurkan tangannya.
“Aku
Annisa” jawabku singkat menyambut uluran tangannya.
“
Maaf tadi aku nggak sengaja mendengar percakapan kamu di telpon, jangan terlalu
keras kepada orang tua. Mereka mencoba melakukan yang terbaik untuk kita.
Jangan sia-siakan waktumu. Kalau mereka sudah jauh dihidup kita kamu bakalan
ngerasain kehilangan besar” Tatapan mata Gita menerawang jauh kedepan.
“Aku
hanya merasa hidup itu nggak adil, semua orang terlihat bahagia tanpa beban.
Tetapi aku diberikan terus keadaan ini” Aku merespon ucapan Gita, kami seperti
sudah kenal lama begitu nyaman didekatnya.
“Jangan
melihat apa lagi membandingkan hidupmu dengan orang lain, mereka hanya memperlihatkan
apa yang ingin mereka perlihatkan. Seperti aku misalnya. Mungkin kamu akan
mengira aku baik-baik saja, kamu salah. Setiap manusia memiliki masa yang
menyakitkan An. Saat itu aku SMP papa mengalami ke bangkrutan membuat kami
sekeluarga terpaksa pindah ke Jakarta. Ketika itu aku masihlah Gita yang
anak-anak. Hatiku keras berontak, tapi mama meluluhkan hatiku dengan ucapan dan
senyumnya.
Kami sekeluarga, Aku, mama, papa,
dan kedua malaikat kecilku Mila dan Tika akhirnya berangkat menuju Jakarta sore
itu , tidak pernah kurasakan kecemasan seperti ini. Ada perasaan gelisah
tersendiri, kehidupan seperti apa
setelah ini akan aku hadapi.
Setibanya di rumah nenek, seperti
biasa sambutan nenek selalu hangat dengan senyumnya yang ramah. Sekitar satu
minggu disana papa berpamitan pergi ke Kalimantan untuk bekerja di salah satu
saudaranya. Setelah itu aku tidak pernah bertemu dengan beliau. Aku kehilangan
sosok papa sebagai pelindung hidupku selama ini.
Setelah papa pergi mama bekerja di
sebuah rumah sebagai juru masak disana. Sebenarnya aku tak tega melihat tangan
hangatnya bekerja seperti itu, namun aku tidak bisa berbuat apa-apa selain
berdoa dan bekerja keras untuk tidak mengecewakannya di sekolah. Ketika sekolah
aku hanya diberi uang saku dua ribu rupiah, jarak rumah dan sekolah sekitar
satu kilometer ku tempuh dengan berjalan kaki. Membeli buku-buku pegangan
belajar, aku membelinya sendiri dengan uang yang aku tabung melalui hasil
jualan kue-kue kecil di sekolah. .
Di Jakarta semua berjalan baik-baik
saja. Satu minggu,satu bulan lalu hampir menginjak enam bulan semua keadaan
berubah. Adik-adik mama yang awalnya baik berubah memusuhi aku dan kedua
adikku. Aku tidak pernah tau alasannya, mungkin bentuk kekesalan mereka pada
papa. Hinaan terhadap papa lalu sikap buruk mereka semua ku anggap cambukkan
untuk membentuk karakter di hidupku. Hidup adalah takdir yang harus kita jalani
jangan menghindari takdir itu, karena engkau tidak akan pernah menemukan jalan
untuk kembali An .” Gita menoleh kepadaku lalu tersenyum tidak ada sedikit pun
rasa sedih di suaranya tapi aku bisa merasakan beban di kedua matanya.
Aku mulai mengerti apa maksud Gita menceritakan
kehidupannya padaku. Beberapa saat dia kembali bercerita.
“
Tetapi Allah adalah semangat hidup ku , aku percaya dunia tidak selamanya
gelap. Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas hambanya. Selepas SMP
aku dianjurkan untuk sekolah di Kalimantan dengan biaya ditanggung paman tempat
papa bekerja. Karena tidak ada peluang untuk aku sekolah di Jakarta. Nenek
memberi saran untuk menunggu satu tahun agar bisa sekolah di Jakarta tapi aku
menolaknya karena aku tidak mau mengorbankan pendidikan dalam masalah hidupku.
Lalu papa menyarankan untuk kembali ke Bandung tapi beliau tidak memberi
kepastian akan sekolahku. Aku bertekat ke Kalimantan.
Seperti biasa semua berawal manis
dan aku harapkan lebih baik daripada saat kami di Jakarta. Tapi harapan
tinggalah harapan. Ketika itu aku melihat rumah paman sangat besar, ada
beberapa kamar besar didalamnya terdapat AC. Tapi bukan kamar itu yang kami
tempati melainkan kamar berukuran 5 x 5 meter. Sebenarnya cocok ditempati
sekitar tiga orang. Hari itu aku seperti merasakan kelelahan yang begitu hebat.
Bukan perjalanan Jakarta menuju Kalimantan dengan bus tapi lelah dengan
perjalanan hidup ini. Mama seperti tau apa yang aku rasakan dia memelukku dan
berkata.
“
Bersabarlah , Bersyukurlah Allah membiarkan kita terus bersama . Kamu gadis
yang kuat Gita.“ lagi-lagi mama mampu
menenangkan hatiku. Aku terus melangkah dengan pasti walau badai terus
menghantamku . Kapal layar ku akan terus di kembangkan karena masih ada
keluarga yang terus berada di sampingku.
Semuanya terus berjalan, aku masih
melangkah dan akan terus melangkah walaupun terasa menyakitkan. Tetapi
lagi-lagi badai itu datang menghancurkan kapal layarku dan benteng pertahanan.
Ketika mama masih disampingku segalanya terasa mudah karena aku bisa memeluknya
kapan saja, tapi kini aku harus kembali ikhlas. Allah menjauhkan mama dari sampingku.
Saat kelas dua SMA mama memutuskan
pulang ke Jakarta membawa kedua adikku. Mama memang memberikan aku pilihan ikut
atau tetap tinggal. Tetapi aku memilih tinggal karena masih ada satu tahun
setengah menyelesaikan sekolahku. Rasanya hampa ketika hidupmu tidak ada lagi
seseorang yang memeluk dan member motivasi saat kamu terjatuh, itu yang aku
rasakan. Langit yang tadinya biru dalam bayangan mataku berwarna kelabu. Aku
melakukan kesalahan dan sampai sekarang aku menyesal pernah menyalahkan Allah atas
semua itu.
Setelah kepulangan mama, aku menjadi
anak yang lebih pendiam di rumah. Kehilangan membuat aku merasa sendiri dan
kesepiaan. Aku mulai mengacuhkan keadaan termasuk papa. Saat itu aku hanya
mencoba membangun hati kembali dan menerima keadaan yang terjadi. Aku tidak mau
memperlihatkan kesedihan karena papa akan merasa sangat bersalah. Tetapi orang
lain hanya bisa berkomentar lalu mencaci, tanpa mereka tau apa yang tengah aku
rasakan. Tertekannya aku, Sakitnya aku,
mereka tidak akan tau.Mata hanya bisa melihat bukan merasakan An.
Setelah masa SMA selesai, aku
bertekat untuk kuliah di Bandung agar bisa bertemu mama. Tetapi aku gagal
menembus persaingan disana, hatiku sakit tapi itu tidak membuat aku menyerah
begitu saja. Akhirnya aku memutuskan kuliah di salah satu Universitas Negeri di
kota Pontianak dengan beasiswa pendidikan.
Kota baru dan suasana baru, aku
berharap menjadi hal baru. Meninggalkan luka di kota lamaku. Semester awal
semunya baik-baik saja aku menyukai kota ini. Semuanya berjalan normal seperti harusnya
mahasiswi baru.
Kadang aku juga punya rasa iri
terhadap teman-teman, urusan kuliah dan keseharian orang tua mereka yang
mengurus. Mereka bebas tertawa lalu berpelukkan dengan mamanya. Aku iri hal itu
An. Tapi seperti biasa aku hanya bisa mencoba acuh dengan hatiku.
Pada suatu hari aku menemukan
seseorang yang membuka mataku akan dunia luar. Bagaimana bentuk kasih sayang
dan merasakan rasa peduli kembali. Adanya dia aku merasa bukan Gita yang
sendiri lagi tanpa orang tua. Dia adalah motivasi terbesar dihidupku selain
keluarga. Orang hebat setelah papa yang aku kenal. Dia mengajarkan aku kuat ,
mandiri , menangis, lalu bangkit, lalu aku juga belajar untuk Ikhlas. Terpenting
bagaimana kita memaknai rasa syukur kepada Allah. Tapi jalan kehidupan tidak
akan selalu mulus dan sesuai. Lagi-lagi aku harus kalah pada semesta, ketika
diantara keduanya berbeda lalu ada hal lain yang membuat dia berbeda aku harus
ikhlas melepaskannya dan membiarkan nya pergi bersama hal lain itu. Tapi dia
memberikan ilmu yang luar biasa untuk hidupku walau pun itu menyakitkan. Aku
menjadi sadar siapa aku dan aku bukan siapa-siapa untuk saat ini. Aku
harus ikhlas menjalankan hidupku yang diberikan Allah karena ini lah yang
nantinya akan menjadi bekal ku kelak untuk menjadi wanita yang tegar.
Aku tidak sendiri masih ada papa dan
mama yang selalu mendoakan meski jarak mereka jauh. Ada sahabat yang selalu
hadir dalam hidupku meski mereka terkadang memiliki kehidupan masing-masing.
Tentu saja selalu ada Allah yang menemani langkahku kemanapun dan dimanapun.
Jangan pernah tutup matamu dari dunia luar ,membiarkan kesepian menjadi rajamu
.
Aku selalu berharap suatu saat bisa
bertemu mama dan adikku. Melihat keluarga kami kembali utuh dan berkumpul bersama
lagi.
Biarkan kehidupan seperti angin
membawamu kemana dia mau, tapi kamu harus seperti pepohonan yang tetap tegar
berdiri ketika angin menerpa. Jangan biarkan badai menghancurkan kapalmu. Jika
hancur perbaiki terus dan terus karena kekuatan ada di diri kita. Hidup harus
terus berlanjut meskipun itu menyakitkan atau pun membuatmu bahagia karena
Allah akan memberikan obat seiring dengan waktu. Jangan menganggap hidupmu yang
paling menderita karena diluar sana banyak orang-orang yang tidak beruntung menikmati
indahnya harapan dan mimpi. Ikhlas lah maka hidupmu akan indah .”
itu
kata perpisahan darinya karena bus yang aku tunggu telah datang . Gita
menghilang di ujung jalan bersamaan dengan hujan yang reda .
Sulit ungkapkan semua ..
Apa yang kini terjadi..
Walau hati ini bicara, semua tiada
berguna ..
Pergilah kau pergi..
Ikhlasku mencintaimu ,berarti ku ikhlas
untuk melepaskanmu ..
Lagu ini membawa aku kembali ke
dunia nyata ku . Masih panjang dan sangat panjang perjalanan hidup ini . Terus
melangkah dengan rasa syukur dan ikhlas .
“An,
ngapain kamu ngelamun disini ? . ayok waktunya kita on air sekarang “ Sapa Lisa
temanku dengan suaranya yang sedikit cempreng itu .
“
Oke Lis” aku balas dengan senyum .
- The End -
mantap Nti... lanjtkan terus berkarya nya ya...
BalasHapusjangan patah semangat... tunjukkan klo Anti adalah gadis yang kuat dan suatu saat akan merubah cara pandang orang terhadap Anti...
heheheheeee
trimaksih kawan buat suportnya :)
BalasHapusMatahari akan bersinar terang hingga awan hitam datang menukar teriknya, tapi itu bukanlah suatu kerugian yang harus kita sesali, karena setelah semua selesai, pelangi indah akan datang jua pengganti kelamnya.
BalasHapusDoa kecil bukan hanya dari orang tua, tapi tadi semua orang yg mungkin kita kenal tapi dia tidak pernah memberitahukan untuk siapa dia berdoa.
Hidup itu indah, jangan pernah sesali, karena roda pasti akan berputar, GITA