Malam
selalu menjadi potret sepi yang aku biarkan memenuhi setiap selaksa. Tidak
peduli seramai apa di luar sana, sesibuk apa orang-orang bercengkrama. Sama
sekali aku tidak mempedulikannya, sebab aku punya dunia sendiri yang sama
sekali belum pernah siapa pun bisa menembusnya. Mungkin banyak suara di luar
sana, kenapa pintunya terlalu rapat di tutup bahkan di rantai, gembok, kunci
berkali-kali agar tidak satu pun orang bisa memasuki dengan seenaknya. Aku
tidak suka orang asing mengusik daerah rahasia, banyak orang yang ingin masuk
tetapi tidak mampu menunjukan pantas tidaknya ia dibiarkan masuk. Aku jelas
tidak mau rumah itu dikotori, sampai di rusak tangan-tangan tidak bertanggung
jawab.
Pintu Rumah ini biarlah tertutup, aku tidak ingin membukanya untuk siapa-siapa sebab aku benci orang asing. Aku menyukai kehidupanku sendiri, tidak terganggu oleh orang-orang yang tidak mengenal baik diri ku. aku membutuhkan diriku sendiri.
Tetapi aku merasa heran dengan banyak orang yang terkadang datang mengetuk untuk sekedar menyapa atau mencoba masuk tetapi mereka tidak pernah mengenal bagaimana pemilik rumah.
Bila
ingin masuk seharusnya bisa menunjukan ia pantas untuk masuk, bukan mengumbar
kepada semua orang bahwa ia ingin masuk. Aku membenci hal-hal norak seperti
itu. Tidak butuh setangkai bunga mawar berwarna merah menyala atau sebatang
cokelat dengan harga mahal. Aku hanya butuh rasa percaya untuk seseorang itu.
Tidak butuh tampang seperti aktor-aktor korea yang punya hidung mancung dengan
alis tebal. Tidak penting kehidupan mapan dengan gaya hidup bak miliyader
dunia, yang penting ia mempunyai pemikiran maju untuk hidup berkualitas bukan
sekedar kaya. Bisa saja yang biasa dimata manusia, adalah luar biasa dimata
Tuhan kita tidak pernah tahu seperti apa Tuhan menilai.
Aku ingin rumah itu bersih dari racun-racun yang bisa menghancurkannya. Maka dari itu menjaganya adalah hal utama. tidak akan pernah bisa rumah itu mempesona kembali ketika sudah retak atau bahkan hancur, walau dikumpulkan arsitek-arsitek hebat dunia sekalipun. Rumah ini hanya untuk seseorang yang pantas dan tepat disuatu waktu. Tetapi bukan sekarang. Sebab aku masih melemparka kuncinya dilautan lepas untuk ditemukan seseorang yang akan berhasil membuka satu demi satu gembok itu. Hanya satu orang yang paling ikhlas sebab ia juga sedang mencari tempat tinggal selamanya. Takdir Tuhan tidak pernah salah.
Maka biarkan pintu rumah ini tertutup hingga waktunya tepat untuk kunci yang sesuai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar