Permen Kecil

Permen Kecil
Siap-siaplah menikmati permen kecil jangan di bawa perasaan nanti bisa jatuh di buat cinta sebab Meski hanya permen kecil akan menjadi pemanis dalam hidupmu.

Minggu, 08 Maret 2015

Kue Manis (episode 1)

“Sudah, Kin?.” Tanyamu tidak sabaran.
“Sebentar lagi, nggak sabaran banget.” Aku sedikit kesal menjawabnya sambil mengaduk adonan kue yang sedang kita persiapkan. Alangkah senangnya melakukan hal-hal menyenangkan seperti ini denganmu, Tuan. Melihat matamu yang sungguh-sungguh sedang membaca buku-buku resep kue yang tersedia di atas meja dapur. Kau tampak tampan dengan celemek menggantung di leher jenjangmu, Tuan. Aku mencuri pandang di sudut mata ini sembari pura-pura kusyuk mengaduk adonan yang sedari tadi sambil tersenyum geli melihat tingkahmu, Tuan.
Tiba-tiba aku teringat di suatu senja kamu meminta aku untuk mengajarkan membuat kue manis ini, Tuan. Beberapa hari kita melakukan percobaan, beberapa kali juga gagal, ada yang hangus, ada yang bantet dan bulat seperti aku, mengingatnya membuat aku tertawa geli. Tapi, kau tidak putus asa bahkan waktumu yang katanya penting itu. Di habiskan dengan membuat kue manis yang sebenarnya bisa kau beli di toko kue mana pun, yang berserakan di kota ini. Ada apa denganmu, Tuan? Apa kau berniat memberi hadiah kecil kepada perempuanmu. Aku sedikit cemburu. Perempuan mana yang tidak tergila-gila dengan pesonamu Tuan. Kau tampan dan juga mapan, berbudi pekerti baik dan bijaksana meski terkadang kau begitu menyebalkan untukku.
“Tadaaaa, jadi deh.” Suaramu terdengar bahagia melihat kue manis itu benar-benar membuat perut siapapun ingin melahapnya cepat.
“Aku coba ya?” Lanjutku “ Enak loh, Zon. Cobain deh.” Aku sambil mencoba menyuapi kue manis ini tapi sepertinya postur tubuhmu yang semakin tinggi membuat aku sedikit kesulitan, Tuan.
“Nunduk coba, biar aku suapin.” Pintaku sedikit canggung.
“Segini Cukup?.” Senyummu tampak riang menggoda. Kau menundukkan wajahmu tepat berhadapan dengan mata. Aku memasang wajah tak senang, memasamkan wajah.
“Bercanda Kinan, jangan marah ah!” Geletuk tawamu sekilas membayang dimata. Aku hanya mendengus kesal dan masih tidak teralih. Sungguh Tuan, aku tak marah hanya saja aku tak tau harus berbuat apa. Aku hanya mampu pura-pura merasa risih dengan kelakuan jailmu itu. Aku selalu senang berada di dekatmu mendapatkan kejailan-kejailan, itu membuatku nyaman Tuan. Ku sebut itu cinta atau mungkin ku sebut sayang, tetapi terserahlah. Bagiku apa pun itu yang terpenting berada di sisimu sudah cukup membuat aku bahagia. Meskipun, sebentar lagi kau akan menemukan nona pengantar rindumu Tuan. Aku terasingkan Tuan...

          Kue manis untuk nonamu sudah selesai, mungkin beberapa jam lagi dia akan merasakan kue manis kerja kerasmu Tuan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar