“Sudah, Kin?.” Tanyamu tidak
sabaran.
“Sebentar lagi, nggak sabaran
banget.” Aku sedikit kesal menjawabnya sambil mengaduk adonan kue yang sedang
kita persiapkan. Alangkah senangnya melakukan hal-hal menyenangkan seperti ini
denganmu, Tuan. Melihat matamu yang sungguh-sungguh sedang membaca buku-buku
resep kue yang tersedia di atas meja dapur. Kau tampak tampan dengan celemek
menggantung di leher jenjangmu, Tuan. Aku mencuri pandang di sudut mata ini
sembari pura-pura kusyuk mengaduk adonan yang sedari tadi sambil tersenyum geli
melihat tingkahmu, Tuan.
Tiba-tiba
aku teringat di suatu senja kamu meminta aku untuk mengajarkan membuat kue
manis ini, Tuan. Beberapa hari kita melakukan percobaan, beberapa kali juga gagal,
ada yang hangus, ada yang bantet dan bulat seperti aku, mengingatnya membuat aku
tertawa geli. Tapi, kau tidak putus asa bahkan waktumu yang katanya penting
itu. Di habiskan dengan membuat kue manis yang sebenarnya bisa kau beli di toko
kue mana pun, yang berserakan di kota ini. Ada apa denganmu, Tuan? Apa kau
berniat memberi hadiah kecil kepada perempuanmu. Aku sedikit cemburu. Perempuan
mana yang tidak tergila-gila dengan pesonamu Tuan. Kau tampan dan juga mapan,
berbudi pekerti baik dan bijaksana meski terkadang kau begitu menyebalkan
untukku.
“Tadaaaa, jadi deh.” Suaramu
terdengar bahagia melihat kue manis itu benar-benar membuat perut siapapun
ingin melahapnya cepat.
“Aku coba ya?” Lanjutku “ Enak
loh, Zon. Cobain deh.” Aku sambil mencoba menyuapi kue manis ini tapi
sepertinya postur tubuhmu yang semakin tinggi membuat aku sedikit kesulitan,
Tuan.
“Nunduk coba, biar aku suapin.”
Pintaku sedikit canggung.
“Segini Cukup?.” Senyummu tampak
riang menggoda. Kau menundukkan wajahmu tepat berhadapan dengan mata. Aku
memasang wajah tak senang, memasamkan wajah.
“Bercanda Kinan, jangan marah
ah!” Geletuk tawamu sekilas membayang dimata. Aku hanya mendengus kesal dan
masih tidak teralih. Sungguh Tuan, aku tak marah hanya saja aku tak tau harus
berbuat apa. Aku hanya mampu pura-pura merasa risih dengan kelakuan jailmu itu.
Aku selalu senang berada di dekatmu mendapatkan kejailan-kejailan, itu
membuatku nyaman Tuan. Ku sebut itu cinta atau mungkin ku sebut sayang, tetapi
terserahlah. Bagiku apa pun itu yang terpenting berada di sisimu sudah cukup
membuat aku bahagia. Meskipun, sebentar lagi kau akan menemukan nona pengantar
rindumu Tuan. Aku terasingkan Tuan...
Kue
manis untuk nonamu sudah selesai, mungkin beberapa jam lagi dia akan merasakan
kue manis kerja kerasmu Tuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar