Permen Kecil

Permen Kecil
Siap-siaplah menikmati permen kecil jangan di bawa perasaan nanti bisa jatuh di buat cinta sebab Meski hanya permen kecil akan menjadi pemanis dalam hidupmu.

Jumat, 24 Oktober 2014

Kurasa Tidak Adil



Hari ini ada seorang lelaki menyatakan rasa cintanya padaku, namun tiba-tiba aku merasa sangat takut namamu akan hilang dalam hatiku dan melebur menjadi abu karena aku luluh dengan kata cinta lelaki tersebut. Aku tidak mau kamu hilang, bahkan berniat mengganti dirimu saja aku tidak mau. Aku seperti menghianati cinta dan hati kecilku. Padahal aku bukan siapa-siapa untukmu dan kita tidak pernah memulai sesuatu apapun.
Aku ingin berdiri sendiri disini, menunggumu datang dan berlari kearah ku. Aku yakin suatu saat kamu akan menyadari hadirku.
Sudahlah, aku tak mau membuatmu risih dengan ucapanku, akan ku biarkan waktu menemani hati ini yang sepi menunggumu.
Sore tadi lelaki itu dengan beraninya mengatakan bahwa dia menyukaiku, aku berfikir bagaimana bisa aku menyukainya. Sedangkan aku telah menyukaimu, bukan? Bagaimana aku harus bersikap adil untuk perasaan ini?
Dia mengatakan dengan tegas, dia berkata “ aku telah lama memperhatikanmu setiap kita bertatap muka, dan aku memperhatikan setiap apa yang kamu lakukan jika kita berdekatan dan itu membuat aku menyukaimu”
Lalu aku bertanya, berdekatan? Apakah itu adil ketika aku memperhatikanmu dari jauh namun rasa ini begitu dalam dan mampu membuat aku begitu dalam menyukaimu. Aku bahkan tidak membutuhkan untuk menyukaimu sedalam ini. Berarti rasaku padamu memenangkannya ketimbang rasa dia padaku. Tak mungkin aku meninggalkan rasaku padamu demi rasanya padaku, bukanya itu tidak adil?
Dia kembali berkata “aku menyukaimu ketika kamu berbicara, kamu terlihat sangat berwibawa dan menarik”
Lantas aku berfikir, dia menyukaiku ketika aku berbicara, aku terlihat berwibawa dan menarik? Lalu bagaimana perasaanku padamu yang terjadi tanpa bicara. Aku tidak pernah mendengar suaramu apalagi untuk berbicara padamu, tapi aku bisa melihat karismamu yang membuat aku terpesona. Apa aku harus meninggalkan rasaku padamu demi rasa seperti itu? Bukankah cinta tak mesti saling berbicara. Bukannya itu tidak adil?
Dia kembali meyakinkan aku agar membuka hati untuknya. Dia tunjukan beberapa foto yang disimpannya dalam sebuah buku. poseku tanpa sengaja, kamu tau sayang disana aku terlihat sedikit cantik. Aku terpesona dengan usahanya untuk mendapatkan hatiku. Aku hampir saja luluh dengan semua itu. Namun jangan kawatir sayang, tidak perlu kamu takut akan tersingkir dhatiku. Karena,  hati kecilku mengatakan bahwa aku lebih berusaha ketimbang lelaki itu. Puluhan fotomu tersimpan dihandphoneku dan beberapanya kucetak ketempel dalam dinding kamar juga buku catatan harianku. Aku juga menyimpannya dalam dompet bersamaan foto orang tuaku, agar aku ingat kamu juga sedang aku perjuangkan. Kamu menunggu aku datang berjuang bersama untuk kebahagiaan kita. Bukannya tidak adil jika rasaku padamu terkalahkan rasa dia padaku?
Tenang sayang, aku akan berlaku adil pada perasaan ini. Aku akan menjaga namamu disini, jadi kamu tidak usah kuwatir tentang sesuatu yang tidak mungkin. Bagaimana mungkin seseorang yang baru datang memperlihatkan cintanya sekaligus usahanya padaku yang jauh tertinggal dengan dalamnya perasaanku padamu. Itu tidak adil, aku akan mengadili perasaanku secara adil. Kurasa tidak adil sayang.
Tapi aku berfikir tiba-tiba, sampai kapan kamu akan sadar tentang hatiku. Kalau kita tak pernah saling berdekatan. Maukah kamu mengadili perasaanku ini seperti aku mengadili ini semua.
Cobalah buka matamu dan buka hatimu, aku terlalu lama menunggu dijalan ini tanpa kamu membuka pintu sekedar memastikan tidak ada seorang pun mencoba menerobos pagar tinggi yang kamu bentang di rumahmu. Sebeginikah rumit tentang pegadilan hati sembunyi-sembunyi sayang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar