Permen Kecil

Permen Kecil
Siap-siaplah menikmati permen kecil jangan di bawa perasaan nanti bisa jatuh di buat cinta sebab Meski hanya permen kecil akan menjadi pemanis dalam hidupmu.

Kamis, 24 September 2015

Tuan Jingga

                     
  Mimpiku tenggelam dalam senyum, wajahmu membuai mimpiku. Rinduku akhirnya berbuah jua. Salam cinta pada langit malam, duhai Tuan pemilik hati. Tuan sadarkah kamu aku terbiasa menunggumu dalam diam, membiarkan setiap gelombang penantian membawa aku dalam lamunan. Selalu ku biarkan angan mengizinkan untuk mengingatmu. Duhai Tuan, pertemuan kita ini tidak pernah sekalipun menjadi rencana antara kita. Lalu percakapan yang melintas dipikiran pun tidak pernah. Lalu rindu yang tidak pernah kita dambakan sebelumnya. Mengapa Sang Maha Cinta dan segala pemilik rasa ini, memberikan kejutan yang sama sekali tidak pernah aku idamkan. Pernah aku berpikir meminta pada-Nya untuk mengambil satu nikmat ini, sebuah rasa yang mulai membubui hati. Bagaimana tidak, menikmati indahnya karunia cinta ini pun aku tidak tenang dibuatnya. Aku terlalu malas merasakan ini, karena sejauh ini aku hanya merasakan tersakiti dan terbebani. Hingga aku tidak pernah sudi mempersilahkan siapa pun untuk datang atau bahkan menolak hatiku untuk berdamai pada mereka. Aku akan berteriak “TIDAK” sekalipun ada yang berniat baik sekedar melindungi atau menemani. Aku tidak butuh siapa pun disini, aku hanya butuh diriku sendiri. Aku tidak suka orang lain mengganggu ketenanganku. Tetapi kali ini aku begitu lemah untuk menolak kehadiranmu, begitu yakin tentang suatu pengharapan sesuatu padamu Tuan, lalu mengapa aku begitu gundah tidak ada kabar darimu. Lantas mengapa aku begitu rindu ketika kau tidak ada disampingku, Tuan aku menunggumu disini. Aku kini bagaikan daun yang layu namun tak juga gugur, walaupun aku benar-benar jatuh dalam cintamu nanti aku tak lantas tenggelam. Aku memilih sejenak duduk mencoba meminta agar segala ragu yang ada menguap ketika aku benar-benar jatuh pada namamu Tuan.

Tuan, aku lah hujan yang sedang mencoba memberimu sedikit rindu.

Ada saatnya aku akan rela menghantam tanah gersang untuk menciptakan pelangi dimatamu. Sebab aku bisa menjadi hujan di saat kau butuh lalu matahari dalam waktu yang sama. Bila rasanya aku masih belum mengerti kenyataan seperti apa yang sedang Tuhan sematkan dalam sekenario-Nya. Atau ini hanya ilusi senja yang menggoda khusyukku agar terlena oleh jingganya. Semua bila terjadi akan ku biarkan terus senja mengilusi langkahku. Sebab kini aku jelas melihat Tuan di bawah sinar jingganya. Aku rela berlama-lama berdiri hanya untuk menunggu jingga sore ini yang begitu mempesona. Kini tidak akan aku biarkan jingga lepas tanpa mengenangnya. Tuan, kini mulai menunggumu. Membawa pelukan arti dan sebuah janji kebersamaan. Jika Tuan sudi, kamu hanya cukup datang memberi pelukan dan hutang janji kesetiaan. Jingga tidak butuh ucapan Tuan. Tuan ada yang menunggumu di langit senja yang berjingga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar