Kata banyak orang jatuh cinta itu
indah, menyenangkan dan bisa merubah segalanya. Merubah siapapun dia yang
mengalami namanya jatuh dibawa cinta pula. Jujur saja awalnya aku tidak pernah
percaya dengan pernyataan banyak orang, aku bahkan sempat menganggap mustahil
sebuah perasaan yang terkadang mampu membuat banyak orang menjadi gila. Sebelum
semuanya terjadi, sebelum pangeran dalam imajinasiku datang. Ah iya, pangeran
yang membawa kuda putih datang membawa segudang impian tetapi itu hanya sebuah
khayalan, jelas dia hanya seorang lelaki dengan motor bebek atau vespa warna
putih. Cukup.
Sebelum lelaki vespa putih itu
beraninya menerobos benteng pertahanan yang selama bertahun-tahun sengaja aku
jaga, aku tidak pernah mengizinkan siapapun masuk. Aku akan mengancam siapapun
dia yang mencoba untuk mengambil jarak dekat untuk menerobos masuk. Hati-hati
sikap yang selalu aku ambil pada sosok bernama lelaki, aku tidak mau mencoret
atau masuk dalam kotak hitam malaikat roqib dan atib. Aku selalu bermimpi
memberikan hati untuk jatuh cinta pada satu lelaki siapa lagi kalau bukan dia
yang nantinya menemani perjalanan panjangku di dunia. Romantis rasanya, tetapi
lelaki vespa putih itu sudah menimbun segala impian. Dia memang tidak salah,
mungkin saja aku yang terlalu bermain perasaan kali ini. Aku gagal.
Semua berawal dari sebuah tempat
bernama perpustakaan, tempat favorit seorang Viola. Namaku Viola, panggil saja
Vio. Aku akan memberi tahu sedikit pada semua seorang Vio yang kenyataannya bukan
gadis modis yang keren, cantik, dan populer. Malahan kebalikannya, aku seorang
kutu buku dengan kacamata minus menghiasi wajah bulat. Aku pendek, gemuk, kulit
juga tidak terlalu putih. Kata banyak orang aku bulat. Aku bukan gadis terkenal hanya beberapa
mahasiswa saja mengenal Vio bisa jadi hanya teman-teman sekelas saja. Tapi itu
membuat aku aman, nyaman, dan bebas. Sebab aku semakin mudah menjaga diri,
Alhamdulilah rasanya Allah menyayangiku dengan cara keadaan seperti ini. Kembali
lagi pada sosok si lelaki vespa. Jangan
berharap menemukan cerita romantis seperti tabrakan atau apapun berbau drama
korea. Ini hanya melalui sebuah media audio. Ya tepatnya sebuah radio kampus, saking
anti sosialnya aku baru pertama kali mendengar siaran di radio kampus. Siang
itu radio sedang mengadakan talkshow bersama salah satu dekan fakultas kampusku,
pembahasannya sangat menarik tentang perbedaan agama yang ada di kampus.
Tunggu, aku bukan tertarik dengan topik yang sedang dibicarakan tetapi aku
tertarik pada cara si penyiar membawakan alur dan jalannya talkshow. Suaranya
mengagumkan, ia cerdas dan hebat dalam menanggapi apa yang sedang dibicarakan
narasumber. Aku suka.
Namanya Arjun, tepatnya Arjun Kemal.
Itu sih yang aku dengar setiap lelaki vespa putih itu on air. Oh iya kalian
pasti penasaran kenapa aku bisa tahu kendaraan yag digunakan lelaki vespa
putih. Tunggu aku tidak mau terburu-buru membawa cerita ke arah sana. Aku juga
lupa menjelaskan sekarang rasanya sering mendengar radio kampus setiap Arjun on
air. Aku tahu persis jadwal siarannya, karena hampir setiap hari aku akan
memeriksa timeline twitter radio kampus hanya untuk mengetahui kapan lelaki itu
nyiar. Sungguh menyebalkan tidak bisa mengontrol diri sendiri melawan rasa
penasaran yang hebat. Aku hanya kagum! iya awalnya, sampai pada suatu titik aku
tahu itu lebih dari suatu kekaguman. Aku tidak pernah tahu nama aslinya selain
tahu nama siarannya, menyesakkan. Tahu rupanya saja hanya sekali ketika radio
mengadakan meet and greet, aku datang hanya untuk mengetahui seperti apa sosok
Arjun Kemal. Kali ini jantungku berdebar lebih keras, lelaki itu tampan tanpa
kacamata, tingginya sekitar 176cm, potongan rambut ala artis korea Kim Soo Hyun,
alis matanya seperti deretan gerbong kereta api, dan yang paling aku suka
adalah gigi taringnya. Rasanya ingin berteriak “Arjun!! Kamu ganteng.” Tapi itu
tidak mungkin bisa-bisa merusak image coolku. Aku pergi langsung setelah berada
disana beberapa menit, tepatnya setelah melihat Arjun. Cukup Vio bentengnya
semakin hancur nanti!.
Sebenarnya aku menyadari sedang jatuh
cinta padanya. Tidak ada hal yang tidak mungkin ketika Allah telah menitipkan
sebuah rasa, tetapi bukan saatnya aku terbuai dengan sebuah cinta. Aku hanya
bisa memendamnya, menjaga setiap aksara yang sedang kutulis untuk namanya.
Peganganku masih kuat tidak akan pernah ada kata pacaran dalam kamus Vio. Bila
memang Arjun sudah menerobos hingga membuat aku jatuh cinta sudah aku terima.
Namun aku tidak akan membiarkan rasa pada hamba mengalahkan rasa cintaku pada
Sang Maha Memiliki. Perasaan tidak mesti harus diutarakan saat ini juga. Aku
memiliki perasaan itu diam-diam meskipun sedalam lautan di samudra, sejauh
bentangan senja di langit, dan seindah suara Krisdayanti.
Setiap pagi aku selalu berpapasan
dengan lelaki itu yang sedang mengendarai vespa kinclong warna putih. Bagaimana
caranya kami bertemu, tepatnya di gerbang depan kampus. Setiap jam setengah
delapan tepat aku pasti sudah berada di gerbang kampus setelah naik bus yang
mengharuskan para mahasiswa pengguna bus
berjalan ke dalam kampus. Nah dari situlah aku tahu Arjun memakai vespa putih.
Setap pagi aku hanya bisa memandang punggungnya. Sebab kepalanya tertutup oleh
helm tapi aku sudah hapal betul bentuk vespa dan suara motor bebek yang khas.
Hanya itu tidak lebih tetapi begitu istimewa. Dialah Arjun Kemal pangeran vespa
putih seorang Viola.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar