Permen Kecil

Permen Kecil
Siap-siaplah menikmati permen kecil jangan di bawa perasaan nanti bisa jatuh di buat cinta sebab Meski hanya permen kecil akan menjadi pemanis dalam hidupmu.

Minggu, 27 September 2015

#DiaryCinta : Episode Damarku Damar


Dan lalu ..
O, langkahku tak lagi jauh kini ..
Memudar biruku ..
Jangan lagi pulang! ..
Jangan lagi datang ! ..
Jangan lagi pulang, Rindu!
Pergi Jauh! (Float-Pulang)
         
Hujan belum juga ingin meninggalkan tempat kami berteduh, aku dan seseorang yang begitu istimewa di sisiku kali ini. Mengapa hujan terus menggoda dengan rintiknya, mengapa ia tak juga lekas berhenti. Agar aku segera terlepas dari situasi yang menyebalkan ini. Aku ingin segera pergi dari sini karena debaran hebat semakin membuat lemah menahan gejolak yang ntah apa maksud Tuhan menyelipkan rasa ini. Tubuhnya yang begitu tegap begitu jelas untuk di pandang, rambutnya basah membuat sesuatu yang berbeda.

“Kamu kedinginan?.” Tanyanya padaku.
“Tidak untuk sekarang, kamu?.”

Dia hanya tersenyum lalu menggeleng pelan. Tampak lesung pipi saat tarikan sudut bibir sempurna ia lakukan. Membuat aku semakin luluh dengan pesona lelaki ini.

“Maaf ya? Kita kehujanan kayak gini. Kamu basah.” Kataku sambil memandang matanya.

“Ha ha ha , tidak usah minta maaf.”

“Kenapa, tidak usah. Kamu basah kuyup.” Kataku lagi sedikit kikuk.

“Untuk orang yang spesial, hujan bukanlah masalah. Benarkan?” kalimat itu terucap tanpa ekspresi. Matanya menerawang jauh, begitu datar. Sedang aku membisu tidak mengerti apa yang di ucapkannya.

“Kenapa?.” Kali ini ia membaca gerak salah tingkahku. Tuhan, bantu hambamu ini.

Tidak ada kata-kata yang mampu aku ucapkan. Suaraku tertahan sempurna di kerongkongan membuat aku ingin memaki diri sendiri. Di situasi saat ini aku malah merasa seperti orang bodoh.

“Kita pulang? Atau kamu mau nunggu sampai reda?.” Katanya begitu santai membuat aku kesal. Apa maksud lelaki ini, sudah membuat dentuman keras antara jantungku, kini ia terlihat seperti tidak terjadi apa-apa. Tidak bertanggung jawab! Kalau saja aku tidak menjadi orang yang tiba-tiba bisu. Rasanya aku ingin melemparnya menggunakan tas yang sedang aku tenteng.

“Aku mau pulang.” Kalimat pertama yang akhirnya bisa aku keluarkan setelah kesekian menit membisu tidak jelas. Tanpa mempedulikan dia aku berjalan. Aku benci dia! Apa dia tidak tahu baru saja menerobos salah satu bentengku.

Meskipun hujan terus mengguyur semua tidak aku pedulikan. Hatiku jauh lebih deras oleh kekesalah pada lelaki yang beberapa menit lalu telah membuat aku merasakan sesuatu.

“Sini aku bawakan.”

“Tidak. Pulanglah.” Kataku ketus.

“Kalau kamu menerima bantuanku. Berarti kamu akan menerima kehadiranku.”

“Maksud kamu?.”

“Aku suka kamu, itu urusanku. kalau kamu tidak suka aku, aku tidak peduli karena itu urusanmu.” Ia tersenyum.

Kali ini aku benar-benar tersentak mendengar pernyataan yang tidak pernah sekalipun untuk aku bayangkan. Dia mengatakannya dengan senyum yang selalu menjadi tempat aku membagi rindu. Damar berlari sambil melambaikan tangannya, rambutnya kali ini benar-benar basah. Membuat aku tidak percaya pada pernyataan banyak orang bahwa lelaki akan terlihat tampan saat berkeringat.


Sedangkan aku lebih suka lelaki itu basah terguyur hujan. Damarku damar !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar