Dan lalu ..
O, langkahku tak lagi jauh kini ..
Memudar biruku ..
Jangan lagi pulang! ..
Jangan lagi datang ! ..
Jangan lagi pulang, Rindu!
Pergi Jauh! (Float-Pulang)
Hujan
belum juga ingin meninggalkan tempat kami berteduh, aku dan seseorang yang
begitu istimewa di sisiku kali ini. Mengapa hujan terus menggoda dengan
rintiknya, mengapa ia tak juga lekas berhenti. Agar aku segera terlepas dari
situasi yang menyebalkan ini. Aku ingin segera pergi dari sini karena debaran
hebat semakin membuat lemah menahan gejolak yang ntah apa maksud Tuhan
menyelipkan rasa ini. Tubuhnya yang begitu tegap begitu jelas untuk di pandang,
rambutnya basah membuat sesuatu yang berbeda.
“Kamu
kedinginan?.” Tanyanya padaku.
“Tidak
untuk sekarang, kamu?.”
Dia
hanya tersenyum lalu menggeleng pelan. Tampak lesung pipi saat tarikan sudut
bibir sempurna ia lakukan. Membuat aku semakin luluh dengan pesona lelaki ini.
“Maaf
ya? Kita kehujanan kayak gini. Kamu basah.” Kataku sambil memandang matanya.
“Ha
ha ha , tidak usah minta maaf.”
“Kenapa,
tidak usah. Kamu basah kuyup.” Kataku lagi sedikit kikuk.
“Untuk
orang yang spesial, hujan bukanlah masalah. Benarkan?” kalimat itu terucap
tanpa ekspresi. Matanya menerawang jauh, begitu datar. Sedang aku membisu tidak
mengerti apa yang di ucapkannya.
“Kenapa?.”
Kali ini ia membaca gerak salah tingkahku. Tuhan, bantu hambamu ini.
Tidak
ada kata-kata yang mampu aku ucapkan. Suaraku tertahan sempurna di kerongkongan
membuat aku ingin memaki diri sendiri. Di situasi saat ini aku malah merasa
seperti orang bodoh.
“Kita
pulang? Atau kamu mau nunggu sampai reda?.” Katanya begitu santai membuat aku
kesal. Apa maksud lelaki ini, sudah membuat dentuman keras antara jantungku,
kini ia terlihat seperti tidak terjadi apa-apa. Tidak bertanggung jawab! Kalau
saja aku tidak menjadi orang yang tiba-tiba bisu. Rasanya aku ingin melemparnya
menggunakan tas yang sedang aku tenteng.
“Aku
mau pulang.” Kalimat pertama yang akhirnya bisa aku keluarkan setelah kesekian
menit membisu tidak jelas. Tanpa mempedulikan dia aku berjalan. Aku benci dia!
Apa dia tidak tahu baru saja menerobos salah satu bentengku.
Meskipun
hujan terus mengguyur semua tidak aku pedulikan. Hatiku jauh lebih deras oleh
kekesalah pada lelaki yang beberapa menit lalu telah membuat aku merasakan
sesuatu.
“Sini
aku bawakan.”
“Tidak.
Pulanglah.” Kataku ketus.
“Kalau
kamu menerima bantuanku. Berarti kamu akan menerima kehadiranku.”
“Maksud
kamu?.”
“Aku suka kamu, itu urusanku. kalau kamu tidak suka aku, aku tidak peduli karena itu urusanmu.” Ia tersenyum.
Kali
ini aku benar-benar tersentak mendengar pernyataan yang tidak pernah sekalipun
untuk aku bayangkan. Dia mengatakannya dengan senyum yang selalu menjadi tempat
aku membagi rindu. Damar berlari sambil melambaikan tangannya, rambutnya kali
ini benar-benar basah. Membuat aku tidak percaya pada pernyataan banyak orang
bahwa lelaki akan terlihat tampan saat berkeringat.
Sedangkan
aku lebih suka lelaki itu basah terguyur hujan. Damarku damar !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar