Bagaimana malammu kali ini Tuan.
Sudah lama sekali aku tidak menyapamu melalui rangkaian aksara yang ku buat
indah. Tepatnya, ku buat indah untuk aku nikmati sendiri. Masih kah kau dalam
ruang menunggu? Menunggu sesuatu yang belum pasti datang. Aku tidak berkata
sinis hanya saja masih terheran ada seseorang yang rela menunggu sepertimu.
Tanpa kepastian dan tanpa kejelasan. Kau itu aneh! Sebaiknya pergilah, tidak
ada siapa pun yang menginginkan untuk di tunggu. Jangan memaksakan yang tidak
mungkin. Jangan lagi menjadi seorang penunggu setelah itu kamu uring-uringan
bila yang kau tunggu tidak sesuai harapan. Hei, Tuan. Dia memiliki
kehidupannya, kau tidak bisa mengurusi hidupnya untuk menerima kata tunggu
darimu. Kenapa kau begitu keras kepala? Apa yang membuatmu begitu cinta
padanya.
Dia itu sederhana malahan sangat biasa, pasti ada seorang gadis yang
lebih pantas untuk kau tunggu. Percaya padaku, jangan kau akan sesat. Lebih
baik percaya saja hatimu aku tidak mau ambil pusing dengan urusanmu.
Lupakan saja lah nyonya itu.
Hidupmu masih panjang ada yang harus kamu kejar kenapa kamu begitu keras
kepala. Ada yang salah darimu Tuan. Boleh aku menasehatimu, jangan menjadi
penunggu lagi!.
Tuan, tidak bosankah kamu
menunggu? Tidak ada kah hal yang bisa kamu lakukan selain menunggu? Mungkinkah ada
yang lain namun kamu begitu tidak peduli?. Ada begitu pertanyaan untukmu Tuan. Jangan
buat aku semakin tidak mengerti jalan pikiranmu. Tuan sekali lagi aku bertanya,
Tidak bosan kamu menunggu? . Taun, Itulah pertanyaan yang harusnya ku tanyakan
pada diriku sendiri. Sebab, aku pun terlalu lama menunggu. Menunggu seseorang
yang hatinya bukan untukku. Seseorang yang tidak pernah melihat aku, mendengar
aku. Seseorang yang sedang sibuk melatih hatinya untuk bersabar dalam penantian
panjang. Kamu tau seseorang itu siapa? Siapa lagi kalau bukan kamu Tuan. Aku sedang
atau terlalu lama menunggumu. Nona ini menunggumu, sedang kau Tuan sedang
menunggu nyonya lain. Tidak pernah merasa bosan sekali pun tidak pernah di
pandang atau di lirik. Aku tidak pernah mendengar sapaanmu sekalipun, jangankan
sapaan senyummu.
Meskipun, berkali-kali aku
berjanji agar tidak menunggumu. Namun akhirnya aku mengingkari janji itu
seorang diri. Menunggumu adalah hal menyakitkan namun menyenangkan untukku. Sebab
dalam ruang tunggu, aku bisa menikmati indahnya perasaan ini. Hal yang kecil
mampu membuat aku begitu bahagia. Berkali-kali aku selalu menjatuhkan air mata
hingga tandas di tengah malam ketika akun sosial mediamu menceritakan betapa
kamu mencintai nyonya itu. Aku tidak ingin tahu, namun aku mencari tahu. Mengoreskan
luka yang sengaja aku buat sendiri. Kata-kata indahmu, mengapa kamu berikan
untuk nyonya itu? Andai saja itu semua untukku. Bagaimana bisa aku jatuh pada
hati yang sudah dimiliki perempuan lain. Cinta sendiri, kisah ini ku sebut
demikian. Karena hanya aku yang bermain disini. Menikmatinya sendiri hingga aku
tahu rasa ini akan semakin dalam atau akhirnya ku relakan untuk pudar. Tuan,
sekali lagi berhentilah menunggu. Sebab ada yang menunggumu. Menunggu untuk
membuat harimu indah dan tidak menangis sebab rindu berkepayahan tanpa balas.
Ini aku, nona Cinta sendirimu yang tersia-sia.
#Inspirasi Sahabat yang ntah namanya pun tidak mau di ucap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar