Permen Kecil

Permen Kecil
Siap-siaplah menikmati permen kecil jangan di bawa perasaan nanti bisa jatuh di buat cinta sebab Meski hanya permen kecil akan menjadi pemanis dalam hidupmu.

Jumat, 26 Februari 2016

Detik

                Apa yang sedang kau pandang di antara hujan Tuan, mengapa begitu khusyuk hingga kau sama sekali tak pernah sadar ada aku yang sedang menunggu hujan reda bersamamu. Apa yang salah Tuan, tentang hujan hari ini. Kau masih dengan seribu diammu, dengan tatapan kosongmu dan juga sebuah ilusi yang hanya kau pahami seorang diri. Tuan, aku ingin memanggilmu sebentar untuk menyadarkan kamu tentang bagaimana cara menikmati hujan selain berdiam dan menunggu redanya.
            
Beberapa saat lalu, aku melihatmu menoleh. Sebentar saja dan beberapa detik yang lalu tak terhitung cepatnya. Ah, andai saja aku lebih cepat dari detik mungkin bisa saja aku menyapamu lewat senyum dengan sok manisnya. Tetapi aku tak pernah bisa secepat itu, detik terlalu angkuh untuk mengalah padaku barang sebentar saja. Ingin rasanya aku memaki detik lalu berkata “Hai, izinkan aku menyapa Tuanku!” sayangnya tak ada yang bisa melawan detik kali ini. Baiklah aku akan kembali mengalah.

            Aku hanya ingin berjalan bersamamu Tuan, sebab hujan terlalu dingin kala ini. Akan aku ajarkan bagaimana caranya menikmati hujan sehingga kau tak perlu berdiam melawan jenuh. Akalku tak mau juga di ajak berbagi, apa yang harus aku lakukan selain menemanimu setiap waktu di kala hujan. Jujur saja, aku sudah mulai bosan berdiam disini hanya menghitung rintikan hujan sembari menikmati mata sendumu. Tapi, aku masih sabar menunggu di tengah kisah ini. Senandung gelisah mulai kembali kau senandungkan Tuan, setiap rintiknya semakin deras. Aku mulai risau mendengar senandungmu. Apa yang sebenarnya sedang kau takutkan atau mungkin sendang menguras pikiranmu Tuan? Aku hanya ingin membawamu mengitari hujan. Aku hanya ingin berdua denganmu Tuan. Tetapi mengapa aku hanya bisa melihat keresahan dalam matamu. Aku tak bisa melihat senyummu. Maafkan aku Tuan, kali ini di detik ini aku sudah tak mampu menunggu kembali. Menunggumu dan semua detikmu.

Baiklah aku akan memulai satu langkah baru dalam hidupku di detik ini. Sebuah kenekatan yang akan menguras sisa detikku selamanya sebab aku telah berani.

“Kamu mau ikut?.” Kataku sambil mengulurkan tangan padamu Tuan untuk pertama kalinya. Di ribuan detik yang telah kita lalui bersama dalam payung hujan. Diamku akhirnya usai kali ini aku akan menerimanya. Untuk membawamu berdua denganku, atau melepasmu bersama hujan detik ini.
Kamu masih kebingungan memandang uluran tanganku. 

Terima Tuan! sambut tanganku secepatnya. Hatiku terus berkata sambil mulai memasrahkannya pada Tuhan. Detik selanjutnya kau belum juga menyambut tanganku Tuan. Baiklah aku akan pergi sendiri untuk hujan kali ini.

“Ayok kita pergi!.” Kau menarik tanganku dan membawaku berlari menembus Hujan.

“Kamu tak seharusnya mengulurkan tanganmu, sebab akulah yang harusnya menarik tanganmu untuk menembus semua ini.” Katamu Tuan sambil terus mengajakku berlari kecil.


#30DWC13


Tidak ada komentar:

Posting Komentar