Permen Kecil

Permen Kecil
Siap-siaplah menikmati permen kecil jangan di bawa perasaan nanti bisa jatuh di buat cinta sebab Meski hanya permen kecil akan menjadi pemanis dalam hidupmu.

Rabu, 17 Februari 2016

Lelaki Hujan

Seperti biasanya menikmati hujan adalah kesukaanku. Apalagi hujan rintiknya tak terlalu membuat sakit tubuh seperti di tusuk jarum. Tapi sekarang aku sedang ingin menjadi orang dewasa. Kenapa aku menyebutnya seperti itu? Sebab orang dewasa itu selalu berteduh di saat hujan turun. Padahal mereka selalu bilang “Aku suka banget sama Hujan.” Itu kata-kata paling membuat aku heran. Bagaimana bisa seseorang menyukai suatu hal tetapi menghindar. Namun kali ini aku menjadi orang dewasa menghindari hujan sebab sesuatu. Hujan, ini rahasia kita antara makhluk Tuhan.

     Hujan, kali ini kau akan  menjadi saksi pertemuan aku dengan lelaki Hujan. Entah mengapa ada sesuatu yang membuatnya seperti magnet. Bukan karena ketampanannya ia mempesona, dia tidak tampan. Itu tidak membuat aku menghentikan langkah untuk berteduh hanya karena dia tampan. Langkahku berhenti sebab tindakannya. Mungkin akan jarang di lakukan lelaki lain yang tidak memiliki pemikiran berbeda. Siapa yang mau membiarkan tubuhnya kebasahan oleh hujan demi menolong seseorang. Aku tahu persis dia sedang mempercepat langkahnya untuk kesuatu tempat, pasti ada hal penting yang akan ia lakukan dengan pakaian formal seperti itu. Lalu sekarang Hujan membuatnya basah. Sekarang kami sedang berteduh. Tidak ada yang di bicarakan meskipun aku sangat penasaran mengapa ia rela basah-basahan begini.

“Iya, aku lagi berteduh ini. Haltenya masih lumayan jauh agak reda langsung aku tancap deh.” Samar-samar suaranya ketika mengangkat telepon. Sudut mataku mencurinya, seperti ada rasa gelisah diantara gerak tubuh lelaki Hujan.

“Heeh, hari ini aku harus seminar. Nggak mungkin aku biarin bajunya basah kuyup gitu.  Tadi aku ketemu bumil pas turun angkot kasihan aja kalau kehujanan, nggak lucu kalau ngelahirin kehujanan kan?. Tolong siapin aja deh semua keperluan, tolong banget ya, Men. Kalau nggak karena seminar aku langsung jalan aja tanpa berteduh.” Katanya, lelaki itu diam seperti sedang menunggu.

“Thanks ya Men.”

Ia memasukan kembali ponselnya.
Tiba-tiba lelaki itu menoleh sambil tersenyum. Hei, kenapa? jangan tersenyum kearahku. Aduh aku benar-benar ketangkap basah kali ini sedang memperhatikannya. Tanpa membalas senyumnya kutundukan saja lah pandangan. Hujan, cepatlah berhenti! 
Tunggu! aku memiliki payung. Benda bewarna biru muda yang sedang aku pegang.

"Gunakan ini." Kataku sambil menyodorkan payung biruku. Tanpa perlu menunggu kata iya darinya, aku sudah melangkah pergi dari sana menerobos hujan deras yang penuh ujian kali ini. 

Hujan, akhirnya aku memahami. Terkadang kita harus mengindari apa yang begitu kita sukai sebab sesuatu hal. Bukan karena kita tak menyukai suatu hal itu tetapi ada yang harus kita lakukan . Lelaki Hujan mengajariku tentang itu. Meninggalkan yang kita sukai bukan sebab kita tidak menyukainya. 

4 komentar: