Hujan sore
ini aku masih duduk manis di balkon sambil menikmati secangkir kopi yang mulai
mendingin. Menghirup aroma kopi hangat ini mengingatkan aku pada seseorang ,
seseorang yang sedang berada jauh disana. Seperti apa sesungguhnya merindu? Bagiku
rindu sebenarnya adalah ketika kita menginginkan kehadiran seseorang tanpa
perlu ia pahami. Benar-benar menyiksa perasaan ini, apa yang harus aku lakukan
ketika rindu ini tak pernah tersampaikan sedemikian rupa. Dia bukanlah lelaki
yang hebat, yang memiliki ketampanan seperti lelakimu mungkin tetapi ia begitu
istimewa di hadapanku. Sejujurnya sejauh apapun dia sekarang, tetaplah dia yang
begitu aku dambakan tanpa tapi sedikit pun. Ah, aku begitu rindu ucapan manis
yang selalu keluar sudut bibirnya. Andai saja masih ada waktu yang
dipersembahkan untuk aku dan dia. Aku hanya ingin menyediakan kopi hangat ini
bersama dengan gulanya. Bukan kopi tanpa gula yang beberapa kali aku suguhkan
dulu. Masih pantaskah aku hadir untuk menemaninya. Aku ingin berlari sejauh
mungkin dari tempatnya kini. Meskipun berkali-kali bunyi suaranya memanggil
untuk meminta aku pulang dan tinggalkan kesendirianku kini.
Telah letih langkahku dan terasa berat seorang diri tanpa dia
lelakiku. Dimimpiku ku dengar bunyi suaranya, yang terus memanggilku pulang
untuk kembali. Aku tahu betul bahwa Pulangku adalah hatinya, aku ingin pulang
ke tempat itu tetapi bagaimana janji yang telah kuucapkan dulu. Lelakiku bantu
aku untuk pulang menyusuri jalan ini. Aku kan pulang ke hatimu, rumah terindah.
Ku pulang ke hatimu rumah yang indah untukku. Tempat paling nyaman yang pernah
ku singgahi. Tapi bagaimana cara aku pulang?
Aku pernah begitu melemparnya tanpa kasih. Memebiarkannya menangis
bahkan seperti bukan seorang pria. Rumahku begitu mempesona, tapi bagaimana
caranya aku pulang? Atau pantaskah aku untuk kembali menempatinya.
Telah letih langkah ini, berat rasanya. Begitu banyak kesalahan
yang ku buat tentangnya , lelakiku. Masih pantaskan aku pulang kehati dia
lelakiku. Meskipun dia terus memanggilku pulang untuk kembali tinggal. Hatiku masih
begitu takut untuk kembali dan menghancurkan tempat pulangku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar