Semua
bermula dari kata nol? Sebuah kata nol yang begitu mendasar. Lalu menurutmu
bagaimana jika disekitarmu begitu banyak yang meneriakan dengan lantang bahwa
mereka bersedia menemanimu dari nol? Apakah kamu akan berpikir mereka lah yang
terbaik dan pantas menemanimu juga dipuncak?
Bukankah
itu sebuah kalimat yang berlebihan? Bukankah Tuhan sedang menata kita? Bukankah
Tuhan yang memiliki takdir seseorang sedangkan kita hanya memenuhi skenario
dari Tuhan? .
Ntah
siapa yang akan aku temani kelak, dia yang akan aku temani berawal dari nol
hingga ia mencapai puncak yang tinggi. Lalu bagaimana bila Tuhan menakdirkan
aku datang terlambat untuknya? Apakah aku tak pantas menemaninya pula?
Bila
waktu membawa ketika lelakiku nanti sedang menikmati usaha dan kerja kerasnya. Apa
yang harus aku lakukan, ketika membaca tulisan dengan menemani dari kata nol? Apakah
aku harus pergi dan mencari lelaki lain yang belum melakukan apa-apa dalam
hidupnya?. Menjadi lelaki itu memang tak mudah, saat sendiri ia harus menjaga
seorang perempuan bernama ibu, setelah menikah ia harus menjaga perempuan
bernama isteri, lalu setelahnya menjadi ayah ia harus menjaga perempuan bernama
puteri.
Lalu
tidak ada yang salah dengan semua itu.
Semua
itu bukan tentang kata nol. Tetapi bagaimana kita menemani langkahnya nanti
mengusahakan dan menyemangatinya hingga ia percaya bahwa dia tidak sendiri di
dunia ini. Aku yang nantinya akan menjadi perempuanya, membuat ia tak keras
kepala dalam hidup. Mengerti bahwa aku akan membawa hidupnya menjadi lebih
baik.
Sebab
bagiku masih sama lelaki yang hebat selalu berada dalam tangan seorang
perempuan yang hebat.
lalu,
lelaki yang penuh cinta dan menjaga perempuannya pernah berada di tangan
seorang ibu berhati ratu.
#30DWC11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar