Kali ini di
suasana yang teduh, aku sedang termanggu-manggu duduk disisi jendela. Memandang
langit yang mulai menjingga. Sudah sangat lama rasanya suasana seperti ini aku
biarkan begitu saja. Sudah berapa jingga yang aku tinggalkan dan tidak acuh,
itu bukan mauku tetapi rutinitas yang memaksa aku untuk menjadi manusia sibuk
seperti robot. Kali ini aku bisa menikmati Senja, sudah sangat lama rasanya
kita tidak bertemu. Saking lamanya aku sampai lupa bagaimana warna rupamu. Aku
kini terlalu sibuk dalam duniaku, sampai-sampai melupakan sesuatu yang begitu
ingin aku nikmati disetiap sore. Ditepi jendela tua ini aku tidak sendiri,
tetapi bersama dengan sebuah kotak bewarna emas. Kotak yang warnanya mulai
lusuh tampak begitu jelas termakan oleh waktu. Inilah, benda yang masih begitu
beharga untuk aku tinggalkan. Sudah hampir sepuluh tahun ku biarkan ia menempati
posisi khusus di laci meja hias yang selalu terkunci. Kotak emas yang berisi
sebuah masa lalu, kali ini aku memandang sebuah foto yang sudah butek. Perlahan
aku menelusuri permukaan foto itu dengan ujung jemari. Mengingat atau malah
mengenang sesuatu yang pernah terjadi dilukiskan dalam foto itu.
Tampak
seseorang yang sedang berpose tersenyum dalam foto itu. Senyum lebar
menampakkan gigi gingsulnya yang membuat dia tampak manis. Memandang foto itu
saja masih membuat aku tersenyum sendiri. Mengingat masa lalu yang terkadang
memang sulit untuk tidak di rindukan. Tanganku mulai menelusuri sudut belakang
foto itu, sebuah nama tertera di dalamnya. Nama itu, panggilan yang aku
sematkan pada pemilik senyum bergigi gingsul. Sebuah tinta biru yang mulai memudar
namun tidak mengubah satu huruf pun, tulisanku masa dulu masih begitu jelas.
Dia “Tegar”, itu bukanlah nama aslinya. Tetapi aku lebih suka memanggilnya
dengan sebutan itu.
“Senja?.” Suara seseorang memanggil namaku. Aku segera
merapikan kotak berharga dan meletakkannya kembali pada tempatnya. Aku masih
ingin menikmati masa lalu dan menceritakan kisah mengenai lelakiku dulu. Tetapi
dunia nyata sedang memanggilku, malam nanti aku akan ceritakan tentang dia,
Sebuah perasaan yang bukan hanya tentang manis namun lebih pada pahitnya. Pahit
memendam perasaan bertahun-tahun namun setelah terungkap aku tak bisa
menjamunya dengan sempurna.
“Iya, Mas?.” Aku menyaut panggilan seseorang itu. Ah, apakah
aku harus mengingat lelaki lain ketika aku temukan damai bersama seseorang yang
begitu mencintaiku. Lelaki yang begitu memberikan kehidupan amat sempurna
menjadi seorang perempuan.
“Jangan kecapekan Sayang. Sudah mau magrib siap-siap shalat
dulu yuk?” Katanya dengan suara meneduhkan. Tangannya mulai mendorong kursi
roda yang telah bertahun-tahun menemaniku. Mas Tegar lelakiku dulu dan
sekarang, masih sama seperti awal aku mencintaniya. Dia tidak pernah berubah
meski aku tak bisa menjamu cintanya dengan sempurna. Aku tak bisa menjadi sosok
perempuan yang sempurna baginya. Itulah yang membuat aku begitu kecewa dengan
diriku sendiri. Mengapa tak bisa menjadi perempuan sempurna untuk lelakiku ini.
Kecelakaan itu merenggut kemampuanku berjalan, sepasang kaki yang membantu aku
mengejar ambisi.
“Kenapa kamu mau menikahi perempuan cacat seperti aku mas?.”
Pertanyaan yang aku lontarkan ketika satu hari sebelum pernikahan kami.
Lelakiku hanya diam dan tersenyum.
“Kamu masih memiliki waktu sekitar 24 jam untuk menghentikan
langkahmu sebelum kamu menyesal seumur hidupmu. Kamu akan hidup bersama
perempuan seperti aku yang penuh dengan kekurangan.” Lanjutku dengan suara
dibuat setegar mungkin meskipun aku takut keputusannya akan membuat terluka.
Tetapi kebahagiannya adalah yang utama.
“Demi Tuhan, aku tidak pernah menyesal dengan keputusanku.
Aku akan bahagia ditemani perempuan hebat seperti kamu. Kamu adalah perempuan
terbaik yang dijanjikan Tuhan padaku. Kekuranganmu ?, bukankah aku sebagai
imammu nanti yang akan melengkapinya? Melangkah bersamamu. Aku yang akan
menemanimu mengejarnya. Kamu percaya denganku, Senja? Mempercayakan hidupmu
bersamaku? Aku akan berusaha menjadi sebaik-baiknya lelaki meski kamu akan
menemui banyak hal yang tidak baik padaku nantinya. Percayakan hidupmu
bersamaku.” Perkataan yang sampai sekarang masih begitu ia pegang. Aku masih
begitu merasakan cintanya yang sama meski perjalanan kami telah masuk tahun
kesepuluh. Dia lelakiku masih sama dengan cintanya yang tak ubah. Terimakasih
Tuhan, telah menghadirkan dia bersama Senja.
***
Tulisan #30DWC7
Obat Tradisional Sakit Kepala paling Ampuh
BalasHapusPantangan Makanan Bagi Penderita Maag
Obat Tradisional Pria Perkasa dan Tahan Lama Bercinta
Solusi Ampuh Menurunkan Berat Badan paling Mujarab
Vig Power Capsule Green World
Eye Care Softgel Harga
Obat Disfungsi Seksual Pria Alami
Obat Impotensi Alami Paling Ampuh
Obat Ejakulasi Dini Paling Ampuh
Obat Kuat Pria Alami
Obat Tradisional Flu paling Ampuh
Distributor Green World Manado Sulawesi Utara
Pengobatan Penyakit Ginjal paling Mujarab
Pengobatan Alami untuk Mencegah Kebutaan
Obat Tradisional Hepatitis paling Ampuh