Setiap manusia terlahir dengan keunggulannya masing masing..
Ada yang memang terlahir pintar dan banyak yang terlahir biasa saja. Ia merasa dirinya biasa saja tidak ada yang di banggakan. Sebenarnya bukan tidak ada sesuatu yang bisa ia banggakan hanya kadang dia lebih memilih melihat ke atas, sehingga ia tidak memahami dirinya sendiri. Apa yang ada dalam dirinya. Sebab, Tuhan telah menciptakan manusia dengan kesempurnaannya masing-masing. Hanya sekarang mau tidak maunya ia belajar menjadi sesuatu yang lebih baik.
Aku menuliskan tulisan ini, buka berarti aku telah baik menasehati orang. Aku hanya sedang berusaha baik untuk memulainya dari diri sendiri. Terkadang banyak yang tidak memahami usaha apa telah dilakukan. Bagaimana usahanya sampai pada titik ini. aku memiliki tolak ukur, memiliki sebuah cerminan diri. Bukan tentang membandingkan diri dengan cerminan itu. Hanya saja aku menggap ia memang pantas untuk dijadikan tolak ukur.
Ia, perempuan baik dengan kesempurnaan derajat yang dimiliki.
Ia, dicintai banyak lelaki tetapi ia lah yang menentukan lelaki mana yang harus ia cintai.
Dia sholehah, setidaknya aku cukup tahu itu. Perempuan itu, perempuan sempurna yang banyak membuat iri kebanyakan perempuan tetapi rasa iri yang baik. Rasa ingin menjadi perempuan itu.
Setiap perempuan tidak bisa melarang lelaki mana pun mencintainya. Tetapi diri dia sendiri lah yang memilih untuk lelaki mana cintanya. Aku tidak suka di puji oleh banyak mata, aku tidak suka di perhatikan ketika melakukan apapun. Aku tidak suka menjadi pusat perhatian. Aku hanya ingin hadir untuk orang yang ingin aku hadir.
Bukankah Tuhan telah menciptakan hati manusia? Bukankah Tuhan memang telah memilihkan pasangan diantara kita? Lantas apa yang salah bila aku memilih mencintainya.
Jangan berdoa untuk memaksa, berdoalah untuk meminta lalu berpasrah.
Aku hanya meminta bila dia baik untuk agamaku mudahkanlah perjalanan dalam tujuannya untuk aku. Namun bila dia tidak baik untuk agamaku, semoga Tuhan segera memalingkan aku dari dia.
Aku mencintainya sebab agamanya, bila agamanya hilang maka hilang pulak cintaku. Bukankah memang seperti itu seharusnya?
#30dwc30
FINISH! 😊😊😊
Permen Kecil

Siap-siaplah menikmati permen kecil jangan di bawa perasaan nanti bisa jatuh di buat cinta sebab Meski hanya permen kecil akan menjadi pemanis dalam hidupmu.
Selasa, 15 Maret 2016
Senin, 14 Maret 2016
Kamu dan Hingga
Terimakasih pernah ada dan
mengajarkan aku bagaimana rasanya menjadi istimewa..
Kamu,
seseorang yang pernah aku sebut sebagai Tuan beberapa waktu lalu. Sebab mengapa
Tuan, karena letakmu begitu istimewa disini. Kamu, seseorang yang pernah aku
anggap begitu istimewa hingga menatap dirimu saja sudah membuat desiran bahagia
yang teramat dalam tentunya. Tetapi sekarang, aku tahu persis disini bukan
kamu lagi. Sebab ada masa yang aku tinggalkan. Sesuatu yang aku paksa untuk
mati, tetapi tetap mati suri. Kamu, yang dulu tega menghempaskan rasaku ketika
aku benar-benar yakin bahwa ada rasa yang sama pada hatimu tentang aku. Kamu,
yang dengan tega membiarkan aku sakit dengan perasaan yang tidak terbalas. Lalu
kabar berita kamu sudah bersama nyonya Jelita. Aku ingin marah, bukan padamu
tetapi pada diriku sendiri. Waktu itu. Mengapa ketika perasaan itu muncul dan
ada masa kita bersama, kamu harus menjadi milik utuh si Nyonya Jelita. Mengapa waktuku
begitu singkat, seperti dalam semalam kamu benar-benar Tuan itu. Tetapi esoknya
aku yakin betul bahwa bukan kamu Tuannya.
Cerita itu sudah lama, sudah aku
selipkan dalam dalam kerapuhan yang seperkian menyakitkan. Tetapi aku masih
yakin, mungkin ada seseorang yang benar-benar tulus nantinya meski itu bukan
kamu. Kita menjauh, aku kehilangan Bintangku. Setiap malam aku coba bangkit,
tidak menunggu lagi cahayanya. Aku hapus semua yang mengingatkan aku padamu,
sebab aku tidak ingin mengusik bahagiamu. Aku benar-benar melenyapkan diri dari
pandanganmu. Meninggalkanmu dalam keadaan bahagia, aku sedang berusaha rela. Merelakan
perasaan yang di buang sia-sia. Kala itu aku bangkit seorang diri,
mempercayakan Tuhan akan menghadirkan sosok lain dalam balutan ketulusan.
Hingga, suatu malam kamu datang
membawa senyum yang berebeda. Bercerita tentang Nyonyamu, memanjakan aku dengan
suaramu. Kamu tahu betapa relung hati yang lama tenggelam terusik? Bagaimana perasaan
yang sudah ku buat mati, ia seakan ingin mati suri. Bangun dari tidur
panjangnya. Aku merasa istimewa, merasakan masakan dari tanganmu. Mendengar lembut
suaramu, melihat senyuman manismu lalu aku terlena. Aku ingin memiliki kisah
ini, meskipun aku tahu tidak ada lagi perasaan yang akan sama. Sebab aku sedang
membatasi diri untuk tidak jatuh dibuat cinta olehmu. Sebab kamu masih
menyimpan sosok Nyonyamu. Aku tidak akan pernah mendapatkan hatimu, beribu
alasan pun kamu buat. Aku tidak akan ingin menjadi hal itu, meski aku merasa
istimewa. Ternyata perasaan itu tidak sebelah tangan.
Lalu, aku mengeras. Mematikan hatiku,
membuatnya lebih keras. Menganggapmu hanya sekedar meski aku ingin lebih tetapi
tidak! Aku harus lebih kokoh dari sebelumnya. aku hanya kelelahan disalahkan, padahal aku hanya ingin meras sesuatu yang dulu belum pernah aku rasakan. tetapi aku paham betul waktu ada kesalahan. aku harus lebih keras pada diriku.
Hingga kamu menyadari aku sedang
berlaku jahat pada hatimu. Kini kamu kembali pergi dan pergi. Lalu aku kembali
membenamkan hati, sebab padamu tidak akan ada cinta yang sama meski aku ingin. Aku
hanya menunggu Tuan yang sesungguhnya.
#30DWC29 :)
Sabtu, 12 Maret 2016
Menyimpan Rasa
Banyak hal yang tidak perlu diketahui
oleh banyak orang, cukup kita simpan seorang diri. Termasuk tentang hati, tidak
perlu rasanya mengumbar kesana kesini toh orang lain tidak akan peduli mereka
terkadang malah merasa benci melihat tingkah kita yang terlalu berlebihan.
Meski hanya diri sendiri yang tau jangan salah, sebab ada Dzat yang Maha
Segalanya jauh lebih memahami ketimbang diri kita sendiri. Tentang hati dan
perasaan, jadi jangan mengumbar pada khayalak ramai. Cukup adukan saja pada
Sang Maha Cinta siapa yang sedang berada dalam hati. Itu jauh lebih bermanfaat
dari pada mengumbar banyak hal malah membuat keburukan.
Mendoakan tetaplah menjadi cara terbaik
bagi para pemendam rasa untuk menyampaikan rindu, mau beribu kata tertulis di
akun sosial media ingatlah itu bukan untuk orang yang kita tuju melainkan memamerkan
untuk dinikmati orang lain.
Kali ini aku mengerti bagaimana
mencintai dengan diam itu. Aku tersenyum ketika mengingat namanya, walau aku
tidak mau ia terlalu dekat denganku. Meskipun jarak kita begitu jauh ada rasa
begitu dekat sebab ada hal yang lebih utama dari sebuah pertemuan. Tuan,
mungkin kita tidak pernah bertemu. Sudah sangat lama rasanya, tetapi aku selalu
percaya ada rahasia yang sedang disiapkan Tuhan untuk kita.
Menunggu tulisanmu saja, aku sudah
bahagia. Sebab dengan tulisan dan membacanya aku tahu apa yang sedang kamu
lakukan. Sekarang aku tahu kamu yang begitu jauh disana bila dalam logika
manusia, tidak akan pernah jalur kita dipertemukan. Tetapi bila Tuhan sudah
berkehendak tidak pernah ada yang tak mungkin.
Aku sedang percaya.
Percaya pada takdir yang manis, percaya
pada kisah seromantis itu. Sebuah kisah sederhana yang menyenangkan.
Untuk kita yang sedang mendoakan seseorang diam-diam, sebab ada rasa yang tersimpan diam-diam. semoga semesta mengaminkan sehingga ada kabar gembira nantinya.
#30DWC28
Jumat, 11 Maret 2016
Fatimah Lalu Khadijahmu
Mungkin aku tidak bisa menjadi Fatimah untukmu. Gadis suci penyimpan rasa sampai pada batas sepi. Mungkin aku tak bisa menyembunyikan cinta dari siapa pun, menjagamu dalam dalam atau menjaga hati agar tak siapa pun berani datang. Mungkin aku telah gagal menjadi Fatimah untuk Ali. Sejak dulu begitu aku dambakan kisah romantis mereka, yang sejak dulu aku tanamkan dalam hati bahwa aku ingin menjadi sosok perempuan itu. Tetapi, ketika aku tahu begitu sulit mungkin aku terlalu payah melawan hati yang sekali lagi rapuh pada perasaan.
Maafkan , jika menjadi Fatimah aku tak mampu. Sebab sejatinya aku hanya seorang perempuan biasa yang sedang menyimpan rasa. Meski aku ingin sekali menjadi Fatimahmu, kini aku sudah gagal.
Tapi, bisa kah aku menjadi Khadijahmu. Menemani apapun yang akan kau lakukan kelak. Bisakah aku mencoba menjadi Khadijah, perempuan mulai yang setia pada lelakinya? Menemani hingga masa tersulit sampai ia di cintai begitu sangat.
Aku berusaha menjadi Khadijah, tak akan mungkin aku samai kemuliaannya. Aku hanya ingin menjaga hati seperti Khadijah. Memberi dukungan terbaik pada lelakinya.
Khadijah namanya, perempuan dengan kelembutan. Perempuan yang begitu dicintai seorang Baginda Nabi, mengambil hati Baginda Nabi.
Andai aku sudah tak mampu menyimpan hati layaknya Fatimah.
Aku ingin mengusahakan hatiku sebening Khadijah, sesetia beliau.
Aku ingin belajar, meski tak mungkin menyamainya.
Aku hanya ingin belajar ..
#30DWC26
Maafkan , jika menjadi Fatimah aku tak mampu. Sebab sejatinya aku hanya seorang perempuan biasa yang sedang menyimpan rasa. Meski aku ingin sekali menjadi Fatimahmu, kini aku sudah gagal.
Tapi, bisa kah aku menjadi Khadijahmu. Menemani apapun yang akan kau lakukan kelak. Bisakah aku mencoba menjadi Khadijah, perempuan mulai yang setia pada lelakinya? Menemani hingga masa tersulit sampai ia di cintai begitu sangat.
Aku berusaha menjadi Khadijah, tak akan mungkin aku samai kemuliaannya. Aku hanya ingin menjaga hati seperti Khadijah. Memberi dukungan terbaik pada lelakinya.
Khadijah namanya, perempuan dengan kelembutan. Perempuan yang begitu dicintai seorang Baginda Nabi, mengambil hati Baginda Nabi.
Andai aku sudah tak mampu menyimpan hati layaknya Fatimah.
Aku ingin mengusahakan hatiku sebening Khadijah, sesetia beliau.
Aku ingin belajar, meski tak mungkin menyamainya.
Aku hanya ingin belajar ..
#30DWC26
Kamis, 10 Maret 2016
Ayah
Ayah, aku tidak akan pernah membandingkan lelaki manapun dengan ayah. Sebab apapun ceritanya, ayah tetaplah ayah lelaki bernama ayah.
Lelaki paling keras kepala dan berambisi keras.
Lelaki yang disiplin dalam hal apapun tanpa ada kata tapi. Namun lelaki lembut yang penuh belas kasih. Mungkin aku akan mencari sosok ayah di dirinya kelak. Tetapi aku hanya ingin lelaki itu menjadi dirinya sendiri, sebab tanpa itu aku tidak akan tahu seperti apa dia. Dia tak perlu bersusah payah seperti ayah walau aku sangat mencintai ayah. Dia hanya perlu menjadi dirinya sendiri.
Sebab karena itu menjadi alasan aku memberikan seluruh hidupku.
Sebab lelaki itu istimewa, berani datang menemui ayah. Tidak ada lelaki lain akan seberani dia bertatap langsung dengan ayah. Meyakinkan bahwa ia akan menjaga putri sulungnya dengan bijaksana. Sebab dia lelaki luar biasa yang berani mengiyakan impian impian ayah.
Ayah, jangan talut aku pergi meninggalkan ayah. Meskipun nantinya ayah tidak menjadi prioritasku lagi, karena sebagai seorang istri nantinya aku harus mengutamakan lelakiku. Tapi aku tahu lelaki luar biasa ini tidak akan membiarkan ayah seorang diri. Aku hanya berharap lelakiku kelak sebijaksana itu.
Ayah kali ini aku begitu mencintai ayah, tetapi kelak akan ada sosok yang harus aku cintai lebih. Tapi ayah tak perlu takut, sebab selalu ayah lah cinta pertamanya. Tidak akan ada seorang pun bisa menjadi seperti ayah atau menggantikan letak ayah pada hatiku.
Ayah, ajari lelakiku kelak menjadi sosok bijaksana. Jadikan dia sahabat terbaik ayah. Jadikan dia anak laki laki ayah, bukankah sejak dulu ayah mendambakan seorang anak laki laki?
Nah, lelaki ku kelak akan menjadi sosok itu untuk ayah.
Ayah percayakan aku pada dia, ayah harus percaya dia bisa menjaga puteri ayah dengan baik. Lalu ditangan dia, penjagaan ayah telah usai padaku.
Ayah, percaya padanya?
Aku menemukan raut senyum khas ayah namun dengan mata yang sedikit melow.
#30dwc25
Lelaki paling keras kepala dan berambisi keras.
Lelaki yang disiplin dalam hal apapun tanpa ada kata tapi. Namun lelaki lembut yang penuh belas kasih. Mungkin aku akan mencari sosok ayah di dirinya kelak. Tetapi aku hanya ingin lelaki itu menjadi dirinya sendiri, sebab tanpa itu aku tidak akan tahu seperti apa dia. Dia tak perlu bersusah payah seperti ayah walau aku sangat mencintai ayah. Dia hanya perlu menjadi dirinya sendiri.
Sebab karena itu menjadi alasan aku memberikan seluruh hidupku.
Sebab lelaki itu istimewa, berani datang menemui ayah. Tidak ada lelaki lain akan seberani dia bertatap langsung dengan ayah. Meyakinkan bahwa ia akan menjaga putri sulungnya dengan bijaksana. Sebab dia lelaki luar biasa yang berani mengiyakan impian impian ayah.
Ayah, jangan talut aku pergi meninggalkan ayah. Meskipun nantinya ayah tidak menjadi prioritasku lagi, karena sebagai seorang istri nantinya aku harus mengutamakan lelakiku. Tapi aku tahu lelaki luar biasa ini tidak akan membiarkan ayah seorang diri. Aku hanya berharap lelakiku kelak sebijaksana itu.
Ayah kali ini aku begitu mencintai ayah, tetapi kelak akan ada sosok yang harus aku cintai lebih. Tapi ayah tak perlu takut, sebab selalu ayah lah cinta pertamanya. Tidak akan ada seorang pun bisa menjadi seperti ayah atau menggantikan letak ayah pada hatiku.
Ayah, ajari lelakiku kelak menjadi sosok bijaksana. Jadikan dia sahabat terbaik ayah. Jadikan dia anak laki laki ayah, bukankah sejak dulu ayah mendambakan seorang anak laki laki?
Nah, lelaki ku kelak akan menjadi sosok itu untuk ayah.
Ayah percayakan aku pada dia, ayah harus percaya dia bisa menjaga puteri ayah dengan baik. Lalu ditangan dia, penjagaan ayah telah usai padaku.
Ayah, percaya padanya?
Aku menemukan raut senyum khas ayah namun dengan mata yang sedikit melow.
#30dwc25
Senin, 07 Maret 2016
Tidak Ingin Sama Sekali
Aku mencintai tidak ingin sama sekali mengekang ia dan hatimu.
Aku membebaskanmu barangkali kau masih ingin mengelilingi dunia dan mencari apa
yang belum pernah kamu temui sebelumnya. Sebab, aku tahu persis kamu penuh
ambisi dalam segala hal.
Aku mencintaimu tidak ingin sama sekali mengekang kamu dan
hatimu. Aku ingin diam-diam mencintai agar kamu tak perlu kewalahan menjaga
hatiku nantinya. Agar kamu tak perlu canggung bila melakukan segala hal hanya
karena takut aku akan sakit hati kata banyak orang. Sejujurnya, aku juga takut
kewalahan untuk menjaga hati sebab sejatinya perasaan tak pernah mau terima
tentang hal yang tak di inginkan. Maka dari itu kali ini aku tak mau mengikatmu
sama sekali.
Bukankah Tuhan akan berjanji, bila yang saling mendoakan maka
di persatukan kelak?
Kebanyakan orang mengikat dengan kuat hatinya sebab takut
kehilangan. Lalu bagaimana dengan aku? Bukan aku tak takut kehilanganmu hanya
saja aku memilih melangitkanmu disepertiga malamku. Agar takdir yang Esa
sempurna menjatuhkannya.
Bukankah perempuan baik akan bersama lelaki yang baik pula.
Sekarang aku ingin memperbaiki diri dengan perlahan sebab
kamu lelaki yang baik. Aku belum baik maka bantu aku menjadi baik berikan waktu
untuk aku menjadi baik.
#30DWC22
Minggu, 06 Maret 2016
Sebab Karena Menemukanmu
Menulis ..
Aku pernah begitu menyukai kesendirian
dan kesepian hingga pada titik aku tak membutuhkan siapapun di dunia ini
kecuali diriku sendiri.
Aku pernah begitu menikmatinya, sampai
aku lupa manusia di takdirkan menjadi mahkluk sosial yang tak bisa hidup tanpa manusia
lain. Namun terlihat begitu nyaman di mata manusia lain sampai mereka
menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada diriku? Tidak kah ada hal yang
menarik selain berteman pada sepi. Ah, manusia selalu memandang manusia lain
dari sampul depan. Aku memang terlihat nyaman, namun dalam nyaman itu ada titik
kosong di dalamnya. Seperti ingin rasanya menemukan hal yang kosong itu. Langkah
tak berarah, apa yang seharusnya aku lakukan. Tujuan apa yang sedang aku kejar
semua hilang bersama dengan kehidupanku yang termakan pada sepi.
Sepi tidak mau meninggalkanku ..
Aku kesepian dan hilang dimakan sepiku
...
Setiap hari aku hanya melakukan hal-hal
bodoh. Namun merasa aman dengan semua itu. Hingga Tuhan menurunkan tangannya
menandakan betapa iba dia padaku. Kau tau melalui apa Tuhan menghidupkan aku
yang hampir mati termakan rasa nyaman sepiku?
Melalui dirimu, ya Tuan. Siapa lagi
kalau bukan kamu. Aku yang tak pernah menyukai apapun selain sendirian kini aku
mulai menyukai dirimu melalui sesuatu.
Aku menemukanmu dalam tulisanku. Mungkin
kamu memang tak akan bisa aku raih dalam dunia nyata tetapi dalam dunia tulisan
yang aku bangun. Mudah bagiku menjadikanmu milikku. Aku tidak gila, tetapi ini
memang seharusnya begini. Aku tidak mau Tuhan marah sebab rasaku padamu nanti
melebihi cintaku padanya. Aku tidak mau Tuhan mengambilmu lagi dalam hidupku,
maka dari itu aku merahasiakanmu melalui tulisan. Melalui tangan Tuhan aku
menemukanmu, melalui senyumanmu aku menemukan bagaimana mencintai tulisan.
Setidaknya kini aku bisa leluasa
menulis, sebab aku bebas menemukan ide tulisanku melalui senyumanmu. Betapa hidupku
kini kembali, ketika aku bisa melakukan hal bermanfaat selain merenungi nasib
yang tak juga berubah. Menulislah, mengubah arah pandangmu. Mengubah segalanya
sebab dengan tulisan aku memahami satu hal dimana jiwa itu sebenarnya.
Tuan, aku menemukanmu melalui tulisan.
Sebab karena menemukanmu aku menjadi menulis, menulis apa saja tentangmu. sebab menemukanmu aku menemukan jiwa, jiwa didalam sebuah tulisan. sebab karenamulah, Tuan.
#30DWC21
#Tulisanserentak
#Hobi
#KokBisaSukaNulis
Sabtu, 05 Maret 2016
Carilah Bahagiamu, Katanya
Berbahagialah dan carilah disana..
Itu yang aku katakan ketika tumpukan sesak sudah lelah di tampung. Sudah cukup rasanya aku biarkan ia tetap terjaga untuk tak lepas dan meleleh. Sekarang aku katakan carilah bahagiamu disana. Bahagia yang begitu kamu idamkan hingga singgah terus menerus pada tempat yang salah. Andai saja kamu tahu aku bertahan karena apa? Karena aku tak ingin kamu kembali pada dunia yang salah. Gelap tak berarah sebab hatimu mulai sepi. Bukan aku merasa baik, bahkan sok paling baik. Bukan itu. Aku hanya berusaha membawamu ke jalan yang menurutku baik. Setidaknya aku yang tak baik ini bisa menahan langkahmu. Aku hanya ingin kau menjadi baik. Sebab orang sepertimu tak layak berada di kegelapan. Kau penuh cahaya, selayaknya begitu.
Namun kini bila rasanya aku terlalu keras. Aku hanya berusaha melangkah bersamamu. Siapa tahu kita bisa sama sama menjadi manusia yang lebih baik.
Jangan lagi seperti itu caranya.. aku jauh lebih membenci cara manusia tak amanah dan jujur.
Kau harus katakan sesuatu saja yang rasanya akan aku pahami.
Contoh " aku ingin berbahagia. Tanpamu."
Ah rasanya, menyakitkan bukan? Tapi kau masih menjadi lelaki yang jujur. Aku hanya ingin kau menjadi lelaki yang baik dan bercahaya sebab sepantasnya kamu begitu.
Namun kini semua sia sia.. maka dari itu carilah bahagiamu sendiri dan disana.
#30dwc20
Jumat, 04 Maret 2016
Bila Ini
Ada rindu di balik namanya ..
Jangan takut bila aku tiba tiba menghilang tanpa sebab, Tuan.
Mungkin aku sedang menikmati senja sore hari sendirian.
Sebab kau tak bisa menemani.
Sebab tak perlu bilang ada rindu dibalik namanya.
Jangan ragu untuk mencari.
Sebab kau pasti tahu kemana langkahku mengiring.
Kau tahu siapa aku, bukan?
Tak banyak tempat yang membuat aku nyaman.
Selain sepi dan jauh dari kebisingan.
Tuan, bila aku tiba tiba diam.
Jangan takut lantas ikut diam seakan tak peduli.
Kamu perlu tahu aku rindu tapi sekali lagi jangan sampai melupakan aku disini.
Mungkin aku saat itu hanya ingin di goda sedikit.
Terkadang perempuan hanya ingin dipuja.
Bila aku mulai memandang yang lain.
Jangan gelisah, aku hanya sedang menikmati dunia luar yang berbeda rasanya , ketika disampingmu.
Ah, Tuan kau tak perlu kepayahan bila aku tak ada.
Jangan takut bila aku tiba tiba menghilang tanpa sebab, Tuan.
Mungkin aku sedang menikmati senja sore hari sendirian.
Sebab kau tak bisa menemani.
Sebab tak perlu bilang ada rindu dibalik namanya.
Jangan ragu untuk mencari.
Sebab kau pasti tahu kemana langkahku mengiring.
Kau tahu siapa aku, bukan?
Tak banyak tempat yang membuat aku nyaman.
Selain sepi dan jauh dari kebisingan.
Tuan, bila aku tiba tiba diam.
Jangan takut lantas ikut diam seakan tak peduli.
Kamu perlu tahu aku rindu tapi sekali lagi jangan sampai melupakan aku disini.
Mungkin aku saat itu hanya ingin di goda sedikit.
Terkadang perempuan hanya ingin dipuja.
Bila aku mulai memandang yang lain.
Jangan gelisah, aku hanya sedang menikmati dunia luar yang berbeda rasanya , ketika disampingmu.
Ah, Tuan kau tak perlu kepayahan bila aku tak ada.
Kamis, 03 Maret 2016
Teduhku Hilang
Senyumannya sudah tidak meneduhkan ..
Ada yang salah dengan ini! Aku masih terus berteriak sendirian. Menghempas Resah yang terus dan terus membuat kebingungan. Aku jelas tahu ini ada kesalahan. Tapi apa yang membuatnya begini?! Hatiku Tenang tetapi logikaku terus mengeras tanpa arah. Ia tak mau ambil pusing dengan keadaan yang mulai kacau. Hatiku mengiba, mengendap lara dengan tumpukan ilusi yang ntah bermunculan beriringan tak mau sabar. Diam aku meratap, ketika kepala mulai pusing menahan gejolak kemarahan pada diri Sendiri.
"Apa yang terjadi?." suaranya perlahan membuka nyataku.
"Tidak ada," jawabku sesingkat mungkin.
"Bagaimana kabarmu?" katanya lagi, aku rasa pertanyaan ini memang untuk basa basi.
"Alhamdulilah, sepertinya baik." kataku masih mencoba mencari Sesuatu yang hilang.
Perbicaraan dingin antara kenalan lama yang sudah sangat lama tidak bertemu. Bahkan secangkir kopi di atas meja benar benar kehilangan kehangatannya dimakan dingin antara aku dan dia. Hingga pembicaraan jatuh pada titik kritis yang sejak tadi begitu aku hindari.
"Aku dengar kamu belum menikah, Rin?" pertanyaan macam apa yang lelaki ini keluarkan. Bahkan membuat gejolak perutku meronta
Aku diam, dia tahu betul kebiasaan ini. Kebiasaan diam ketika aku tak suka arah pembicaraannya.
"Maafkan aku karena datang, aku ingin melamarmu lagi. Bukankah aku masih begitu menantimu?"
Sekali lagi aku diam. Memandang lurus ke arah mata lelaki itu, memandang tarikan bibirnya yang membuat lengkung sempurna, memandang kumis tipis yang menghiasi wajahnya lalu alis tebal dengan dagu sempurna membentuk kekar bentuk wajahnya. Lalu, selama waktu yang Tuhan beri mengapa tak juga ku temukan yang hilang. Sebenanrnya apa yang tejadi? Dimana perasaan itu, perasaan yang dulu begitu dalam.
"Kesalahan apa yang aku buat, Rin?" kembali ia bertanya dengan suara rendah.
Aku diam sejenak, menelaah kembali pertanyaan itu untuk membawa ke sensorikku. Tidak ada jawaban yang bisa aku berikan padanya. Sebab diriku sendiri tak mengerti lagi. Kemana perasaan itu. Kemana perasaan yang selalu merasa teduh ktika memandang senyumnya. Apakah sebab waktu, atau memang Tuhan yang membalikan hatiku? .
"Tidak kutemukan lagi keteduhan dalam senyummu" kalimat itu terlepas begitu saja tanpa aba aba dari otakku.
Kali ini raut wajahnya berubah pias, membuatnya diam. Apakah ia kecewa telah membuat dirinya menunggu sekian lama tanpa mendapatkan apa apa.
"Baiklah, bila itu memang kemauanmu dan takdir Tuhan aku akan coba ikhlas terima. Semoga kau temukan seseorang yang mampu menjadi imam terbaikmu. Aku permisi, Rin. Assalamu'alaikum."
Hatiku tetap keras .
"Iya, walaikumssalam."
Tiba tiba nada pesan di handphoneku berbunyi.
"Aku akan menemui ayahmu untuk berpamitan. Sebab aku pernah berjanji untuk melamarmu ketika telah ku perbaiki. Aku pernah ditolak sebab belum pantas menjadi imammu ketika untuk menjadi imam diriku sendiri aku belum bisa. Tetapi janji adalah janji. Biarkan aku menemui beliau untuk menjelaskan ini. Aku tidak akan memaksamu,Rin."
Aku terdiam, kakiku melemas ntah apa yang membuatnya. Lelaki itu masih begitu amanah walau aku tahu hatinya sedang kecewa. Lantas apakah aku harus menolak ketika Tuhan saja telah menghadirkan lelaki amanah itu. Tuhan, Maha memiliki hati dengan segala bentuknya membolak balikan hati . dalam seperkian menit rasa itu membludak ketika aku mulai merasakan mati rasa pada hatiku sebab sendiri.
#30dwc18
Ada yang salah dengan ini! Aku masih terus berteriak sendirian. Menghempas Resah yang terus dan terus membuat kebingungan. Aku jelas tahu ini ada kesalahan. Tapi apa yang membuatnya begini?! Hatiku Tenang tetapi logikaku terus mengeras tanpa arah. Ia tak mau ambil pusing dengan keadaan yang mulai kacau. Hatiku mengiba, mengendap lara dengan tumpukan ilusi yang ntah bermunculan beriringan tak mau sabar. Diam aku meratap, ketika kepala mulai pusing menahan gejolak kemarahan pada diri Sendiri.
"Apa yang terjadi?." suaranya perlahan membuka nyataku.
"Tidak ada," jawabku sesingkat mungkin.
"Bagaimana kabarmu?" katanya lagi, aku rasa pertanyaan ini memang untuk basa basi.
"Alhamdulilah, sepertinya baik." kataku masih mencoba mencari Sesuatu yang hilang.
Perbicaraan dingin antara kenalan lama yang sudah sangat lama tidak bertemu. Bahkan secangkir kopi di atas meja benar benar kehilangan kehangatannya dimakan dingin antara aku dan dia. Hingga pembicaraan jatuh pada titik kritis yang sejak tadi begitu aku hindari.
"Aku dengar kamu belum menikah, Rin?" pertanyaan macam apa yang lelaki ini keluarkan. Bahkan membuat gejolak perutku meronta
Aku diam, dia tahu betul kebiasaan ini. Kebiasaan diam ketika aku tak suka arah pembicaraannya.
"Maafkan aku karena datang, aku ingin melamarmu lagi. Bukankah aku masih begitu menantimu?"
Sekali lagi aku diam. Memandang lurus ke arah mata lelaki itu, memandang tarikan bibirnya yang membuat lengkung sempurna, memandang kumis tipis yang menghiasi wajahnya lalu alis tebal dengan dagu sempurna membentuk kekar bentuk wajahnya. Lalu, selama waktu yang Tuhan beri mengapa tak juga ku temukan yang hilang. Sebenanrnya apa yang tejadi? Dimana perasaan itu, perasaan yang dulu begitu dalam.
"Kesalahan apa yang aku buat, Rin?" kembali ia bertanya dengan suara rendah.
Aku diam sejenak, menelaah kembali pertanyaan itu untuk membawa ke sensorikku. Tidak ada jawaban yang bisa aku berikan padanya. Sebab diriku sendiri tak mengerti lagi. Kemana perasaan itu. Kemana perasaan yang selalu merasa teduh ktika memandang senyumnya. Apakah sebab waktu, atau memang Tuhan yang membalikan hatiku? .
"Tidak kutemukan lagi keteduhan dalam senyummu" kalimat itu terlepas begitu saja tanpa aba aba dari otakku.
Kali ini raut wajahnya berubah pias, membuatnya diam. Apakah ia kecewa telah membuat dirinya menunggu sekian lama tanpa mendapatkan apa apa.
"Baiklah, bila itu memang kemauanmu dan takdir Tuhan aku akan coba ikhlas terima. Semoga kau temukan seseorang yang mampu menjadi imam terbaikmu. Aku permisi, Rin. Assalamu'alaikum."
Hatiku tetap keras .
"Iya, walaikumssalam."
Tiba tiba nada pesan di handphoneku berbunyi.
"Aku akan menemui ayahmu untuk berpamitan. Sebab aku pernah berjanji untuk melamarmu ketika telah ku perbaiki. Aku pernah ditolak sebab belum pantas menjadi imammu ketika untuk menjadi imam diriku sendiri aku belum bisa. Tetapi janji adalah janji. Biarkan aku menemui beliau untuk menjelaskan ini. Aku tidak akan memaksamu,Rin."
Aku terdiam, kakiku melemas ntah apa yang membuatnya. Lelaki itu masih begitu amanah walau aku tahu hatinya sedang kecewa. Lantas apakah aku harus menolak ketika Tuhan saja telah menghadirkan lelaki amanah itu. Tuhan, Maha memiliki hati dengan segala bentuknya membolak balikan hati . dalam seperkian menit rasa itu membludak ketika aku mulai merasakan mati rasa pada hatiku sebab sendiri.
#30dwc18
Senin, 29 Februari 2016
Tentang Sore
Seperti biasa ketika sore datang ada perbincangan khusus
antara aku dan dirimu. Apa saja yang penting bagiku itu percakapan denganmu. Namun
sore ini raut wajahmu berbeda dari biasanya.
“Mengapa, ada masalah?.” Kataku sambil menutup buku yang
sedang aku baca.
“Tidak, aku hanya heran.”
“Heran untuk apa?.” Tanyaku lagi.
“Heran, bagaimana lelaki untuk bersikap adil atas hati
perempuan.”
Aku hanya diam, sambil menelaah apa yang sedang kamu maksud.
“Ntahlah, aku tak mengerti.” Kataku untuk memberi penjelasan
tak ada yang bisa di diskusikan kali ini.
“Hei, begini maksudku. Bagaimana kalau lelaki harus bersikap
adil kepada kedua istrinya nanti.” Katamu serius.
“Kamu berniat poligami?.” Kataku jauh lebihs serius.
“Bisa jadi, tetapi aku sedang berpikir keras bagaimana caranya
bersikap adil. Sedangkan manusia tidak ada yang mampu adil apalagi masalah
hati.”
“Aku tidak menerima apapun halnya tentang itu. Perempuan itu
dilahirkan dengan kepekaan. Tidak pernah ada perempuan yang bisa rela dan
ikhlas dengan penuh hatinya terbagi. Bagaimana dengan aisyah perempuan mulia
seperti dia saja begitu mencemburui khadijah. Bila di umpamakanpohon disandarkan pada aisyah akan terbakar karena cemburu. kurang penjelasanku?."
"wah, jangan kesal seperti itu. aku juga tak pernah percaya bisa adil apalagi masalah hati "
Katamu tersenyum.
hanya sampai disitu percakapan kita sore ini dengan seribu tanya mengapa lelaki harus mencoba memiliki lebih dari satu perempuan sedangkan ia di takdirkan tak bisa adil sebagai manusia.
#30DWC15
Pelangi Vs Senja
Setiap orang yang aku tahu selalu menunggu pelangi datang
begitu mengagumi pelangi sebab pesonanya yang teramat hebat. Pelangi sebutannya
begitu, cantik rupanya, cerdas dan mempesona banyak mata. Tidak ada yang tak
suka dengan Pelangi. Tidak ada yang tak mengagumi seorang Pelangi termasuk aku
dan dirimu pastinya Tuan.
Tuan pernah begitu mengagumi Pelangi, setahuku seperti itu.
Sampai di buat begitu cinta dengan pesona pujaan hati. Pelangi, sebut saja
namanya itu. Pelangi memiliki warna indah dengan susunan yang sempurna. kata orang ia merupakan tangga para bidadari untuk turun ke bumi. Ah, begitu spesialnya Pelangi sampai mampu berteman dengan bidadari cantik. lagi-lagi semua orang membicarakan Pelangi dengan keberadaannya yang datang tiba-tiba.
Pelangi memang begitu banyak yang mengagumi, namun tak pernah
ada yang tahu kapan ia datang. Pelangi memang membawa indah warna yang sempurna
namun sayang, ia datang tak pernah untuk setia. Hanya membagi pesona lalu
meninggalkan cinta pada hati yang kesepian. Pelangi, aku begitu ingin menjadi
pelangi dulunya. Namun aku mengerti cinta yang sebenarnya bukan seperti itu. Kau
harus berada di waktu yang di butuhkan tanpa perlu menginginkan untuk dilihat.
Lalu, bagaimana dengan Senja?
tak begitu banyak orang menyukai hadirnya sebab dengan datangnya Senja. Gelap akan segera hadir lalu mengunci hati-hati yang bahagia kata banyak orang. Senja terkadang malang ku lihat, tak banyak yang mau menikmati hadirnya. seolah ia bukanlah hal yang beharga sama sekali. orang-orang terlalu takut dengan gelap sehingga memilih bersembunyi di dalam rumah ketika senja datang . Senja? apa yang salah dengannya.
Senja yang selalu hadir setiap hari ketika matahari mulai kelelahan seharian menyinari bumi. lalu senja dengan ikhlas menjadi tangga pergantian untuk bulan datang. lalu tak ada yang melihatnya.
Namun bagiku, senja istimewa ..
meski tak pernah ada yang menantinya layaknya pelangi, ia tak pernah ingin untuk berhenti datang menjadi tangga. bagaimana kalau tak ada senja? lalu matahari langsung berebut posisi dengan Bulan? bukankah itu rumit?
Nah seperti itulah diriku, mungkin nantinya untukmu Tuan.
sebab begini Tuan.
Tuan, Mungkin aku tak akan bisa mempesona layaknya pelangi. Membuat
kekaguman dan kebanggan pada hatimu. Tetapi aku selalu menjadi senja yang
setiap soremu akan datang tanpa kau minta. Sebab aku akan datang, tunggu aku
saja di tempat kau berdiri kini.
Meski warnaku tak sebanyak pelangi. Tetapi aku akan memberi
pancaran yang berbeda bila saja kau mau. Kau lepas ilusimu tentang Pelangi,
agar warnaku tak mati dibuatnya.
#30DWC14
Jumat, 26 Februari 2016
Detik
Apa yang sedang kau pandang di antara
hujan Tuan, mengapa begitu khusyuk hingga kau sama sekali tak pernah sadar ada
aku yang sedang menunggu hujan reda bersamamu. Apa yang salah Tuan, tentang
hujan hari ini. Kau masih dengan seribu diammu, dengan tatapan kosongmu dan
juga sebuah ilusi yang hanya kau pahami seorang diri. Tuan, aku ingin
memanggilmu sebentar untuk menyadarkan kamu tentang bagaimana cara menikmati
hujan selain berdiam dan menunggu redanya.
Beberapa
saat lalu, aku melihatmu menoleh. Sebentar saja dan beberapa detik yang lalu
tak terhitung cepatnya. Ah, andai saja aku lebih cepat dari detik mungkin bisa
saja aku menyapamu lewat senyum dengan sok manisnya. Tetapi aku tak pernah bisa
secepat itu, detik terlalu angkuh untuk mengalah padaku barang sebentar saja.
Ingin rasanya aku memaki detik lalu berkata “Hai, izinkan aku menyapa Tuanku!”
sayangnya tak ada yang bisa melawan detik kali ini. Baiklah aku akan kembali
mengalah.
Aku hanya
ingin berjalan bersamamu Tuan, sebab hujan terlalu dingin kala ini. Akan aku
ajarkan bagaimana caranya menikmati hujan sehingga kau tak perlu berdiam
melawan jenuh. Akalku tak mau juga di ajak berbagi, apa yang harus aku lakukan
selain menemanimu setiap waktu di kala hujan. Jujur saja, aku sudah mulai bosan
berdiam disini hanya menghitung rintikan hujan sembari menikmati mata sendumu.
Tapi, aku masih sabar menunggu di tengah kisah ini. Senandung gelisah mulai
kembali kau senandungkan Tuan, setiap rintiknya semakin deras. Aku mulai risau
mendengar senandungmu. Apa yang sebenarnya sedang kau takutkan atau mungkin
sendang menguras pikiranmu Tuan? Aku hanya ingin membawamu mengitari hujan. Aku
hanya ingin berdua denganmu Tuan. Tetapi mengapa aku hanya bisa melihat
keresahan dalam matamu. Aku tak bisa melihat senyummu. Maafkan aku Tuan, kali
ini di detik ini aku sudah tak mampu menunggu kembali. Menunggumu dan semua
detikmu.
Baiklah aku akan memulai satu langkah baru dalam hidupku di
detik ini. Sebuah kenekatan yang akan menguras sisa detikku selamanya sebab aku
telah berani.
“Kamu mau ikut?.” Kataku sambil mengulurkan tangan padamu
Tuan untuk pertama kalinya. Di ribuan detik yang telah kita lalui bersama dalam
payung hujan. Diamku akhirnya usai kali ini aku akan menerimanya. Untuk
membawamu berdua denganku, atau melepasmu bersama hujan detik ini.
Kamu masih kebingungan memandang uluran tanganku.
Terima
Tuan! sambut tanganku secepatnya. Hatiku terus berkata sambil mulai
memasrahkannya pada Tuhan. Detik selanjutnya kau belum juga menyambut tanganku
Tuan. Baiklah aku akan pergi sendiri untuk hujan kali ini.
“Ayok kita pergi!.” Kau menarik tanganku dan membawaku
berlari menembus Hujan.
“Kamu tak seharusnya mengulurkan tanganmu, sebab akulah yang
harusnya menarik tanganmu untuk menembus semua ini.” Katamu Tuan sambil terus
mengajakku berlari kecil.
#30DWC13
Filosofi Dias “Mencintaimu Tanpa JEDA”
Aku pernah bertemu perempuan itu.
Kesempatan
yang hanya dimiliki beberapa orang, kesempatan yang hanya satu banding seratus
ribu. Di sebuah toko buku tua, hanya menjual buku-buku lawas sudah sangat lama
dan mungkin tidak memiliki peminat lagi. Kemeja biru muda melapisi kaus putih
bersih, celana jeans dengan model selebor di bagian lutut sedikit terlihat
sobekan, juga sebuah sepatu bernada sama terkesan tomboi. Perempuan itu
membolak-balikan setiap buku yang ia pegang. Salah satu buku tentang, biografi
Soekarno juga beberapa biografi tokoh pembesar lainnya. Mungkin dia adalah
mahasiswi jurusan sejarah pikirku kala itu. Di toko tersebut tidak banyak anak
muda, mungkin hanya kutu buku seperti aku yang hobi bermain disini. Bukan
perempuan itu, ia sangat jauh dari kata kutu buku.
Jendela
di sisi toko buku menjadi tempat favoritnya mungkin, ia tidak beranjak dari
sana sejak tadi kecuali ketika mengganti buku bacaannya. Beberapa buku yang dia
ambil tampak berdebu, mungkin sudah terlalu lama tidak digunakan. Aku masih
memperhatikan perempuan itu, ia merogoh tas ranselnya mengeluarkan sesuatu yang
ternyata sebuah kacamata. Mungkin gadis itu memang seorang kutu buku, tidak
pernah disangka ada kutu buku seperti dia. Sial! Perempuan itu memandang ketika
aku sedang asik memperhatikannya. Matilah, pikirku mungkin perempuan itu akan
marah dan memaki lelaki genit yang memananginya. Atau mungkin dia akan beranggapan,
aku berotak mesum. Tuhan, tolong kuatkan hati untuk dimaki.
“Ini.” Dia memberikan sebuah buku tanpa
banyak berkata.
“Untuk apa?.” Tanyaku polos.
“Aku lihat dari tadi kamu merhatiin aku lagi
baca buku ini, aku rasa kamu butuh buku itu. Ambil aja, aku nggak butuh banget
kok.” Lanjutnya dan berlalu pergi.
Perempuan
istimewa itu, toko buku tua yang sudah mempertemukan aku dengan perempuan itu.
Mungkin kalau saja dulu aku bukan seorang kutu buku, aku tidak pernah bertemu
perempuan yang sekarang telah menemani banyak hal bersamaku. Dialah Ririn,
gadis cantik dengan kepribadian yang sangat berbeda dengan gadis lain. Begitu
banyak masalah ketika semakin dekat waktu itu, aku semakin takut ketika
bersamanya. Bukan takut untuk hal lain,
aku takut tidak bisa membahagiakannya. Memberi yang terbaik bagi perempuan itu.
Aku bukan lelaki yang hebat dalam segala hal, aku tidak terlalu pandai agama,
yang aku tau cuma sebatas shalat fardu, sunah, puasa, zakat, dan naik haji.
Sebatas mengerti baik dan buruk, mana perintah Allah dan laranganNya. Aku takut tidak bisa menjadi
iman terbaik untuk perempuan itu. Bersikap romantis bukan keahlian dalam
membahagiakannya, memanjakannya ku rasa tidak pernah sebab aku percaya
perempuan itu mandiri, selain itu alasannya mungkin kembali ke kata takut.
Takut membuat dia tidak nyaman ketika perhatian ekstra mulai di berikan. Namun
cinta pada perempuan itu jelas tanpa jeda, tidak akan pernah surut meski banyak
hal yang aku takuti. Tetap saja bersamanya terlalu banyak kekuatan membangkitkan
semua.
Ada
sebuah kejadian yang membuat aku menyesal sampai sekarang, ketika pertengkaran
kami tentang sebuah pendakian gunung. Kenapa tidak mengiyakan saja
permintaannya, andai saja semudah itu mungkin sudah ku lakukan. Pada
kenyataannya, gunung masih menjadi tempat yang sangat aku benci, sangat aku
coba hindari, andai saja Ririn meminta untuk berenang di laut mungkin tanpa
banyak alasan sudah kulakukan. Banyak hal yang coba sembunyikan untuk
kebahagiaan perempuan itu. Maafkan aku yang tidak bisa menjadi teman
pendakianmu, terbaik.
-Dias-
Kamis, 25 Februari 2016
Sebuah Kata Nol
Semua
bermula dari kata nol? Sebuah kata nol yang begitu mendasar. Lalu menurutmu
bagaimana jika disekitarmu begitu banyak yang meneriakan dengan lantang bahwa
mereka bersedia menemanimu dari nol? Apakah kamu akan berpikir mereka lah yang
terbaik dan pantas menemanimu juga dipuncak?
Bukankah
itu sebuah kalimat yang berlebihan? Bukankah Tuhan sedang menata kita? Bukankah
Tuhan yang memiliki takdir seseorang sedangkan kita hanya memenuhi skenario
dari Tuhan? .
Ntah
siapa yang akan aku temani kelak, dia yang akan aku temani berawal dari nol
hingga ia mencapai puncak yang tinggi. Lalu bagaimana bila Tuhan menakdirkan
aku datang terlambat untuknya? Apakah aku tak pantas menemaninya pula?
Bila
waktu membawa ketika lelakiku nanti sedang menikmati usaha dan kerja kerasnya. Apa
yang harus aku lakukan, ketika membaca tulisan dengan menemani dari kata nol? Apakah
aku harus pergi dan mencari lelaki lain yang belum melakukan apa-apa dalam
hidupnya?. Menjadi lelaki itu memang tak mudah, saat sendiri ia harus menjaga
seorang perempuan bernama ibu, setelah menikah ia harus menjaga perempuan
bernama isteri, lalu setelahnya menjadi ayah ia harus menjaga perempuan bernama
puteri.
Lalu
tidak ada yang salah dengan semua itu.
Semua
itu bukan tentang kata nol. Tetapi bagaimana kita menemani langkahnya nanti
mengusahakan dan menyemangatinya hingga ia percaya bahwa dia tidak sendiri di
dunia ini. Aku yang nantinya akan menjadi perempuanya, membuat ia tak keras
kepala dalam hidup. Mengerti bahwa aku akan membawa hidupnya menjadi lebih
baik.
Sebab
bagiku masih sama lelaki yang hebat selalu berada dalam tangan seorang
perempuan yang hebat.
lalu,
lelaki yang penuh cinta dan menjaga perempuannya pernah berada di tangan
seorang ibu berhati ratu.
#30DWC11
Langganan:
Postingan (Atom)